07/12/17

Dengar DKS Mau Digusur, Saya Jadi Ingat Halte Sastra

Reporter: Ribut Wijoto
beritajatim.com 07 Des 2017

Mendengar kabar gedung sekretariat Dewan Kesenian Surabaya (DKS) di kompleks Balai Pemuda mau digusur, itu rasanya pedih banget. DKS memiliki kesan sangat mendalam dalam hidup saya. Dulu ketika masih bertempat tinggal di Surabaya, saya mengelola acara Halte Sastra DKS selama 4 tahun lebih. Sebuah acara yang menguras tenaga, pikiran, utopia, nilai-nilai pertemanan, sekaligus menguras isi dompet saya.

Nah, pada tulisan ini, saya akan sedikit bercerita tentang Halte Sastra DKS. Seingat saya, Halte Sastra pertama kali digelar hari Sabtu (11 Juli 2009). Bermula dari perbincangan saya dengan Didik Wahyudi, ketika itu dia menjabat Komite Sastra.

Halte Sastra ini bersifat terbuka. Tetapi, mayoritas mengundang sastrawan pemula. Sudah lebih dari 30 sastrawan muda yang pernah tampil memamerkan karya sekaligus menjabarkan proses kreatif. Tetapi beberapa kali juga melibatkan sastrawan senior. Misalnya R Giryadi, Widodo Basuki, Mardi Luhung, mendiang Lan Fang, F Aziz Manna, Indra Tjahjadi, Afrizal Malna, Sungging Raga, Imam Muhtarom, Mahwi Air Tawar, Bustan Basir Maras, dll.

Selama 4 tahun lebih, banyak orang bahu membahu bekerja untuk Halte Sastra. Tentu saja bekerja yang tanpa pamrih, alias tanpa bayaran. Mereka adalah Hanif Nashrullah, Diana AV Sasa, Dheny Jatmiko, Mufian Harris, Alex Subairi, Kharis L Junandaru, Mashuri, Denny Tri Aryanti, Suryadi Kusniawan, Nu’man Yus Anggara, dll. Dukungan moral-finansial biasa didapat berkat orang-orang baik seperti Sabrot D Malioboro, Desemba, Wisjnubroto, Aribowo, dan para pengurus DK Jatim.

Kerap kali, Halte Sastra menerbitkan buku. Sebuah buku sederhana. Tanpa ISBN. Buku-buku ini selalu habis karena dibagikan pas acara berlangsung. Saat ini saja, saya hanya memegang arsip 13 judul buku. Sepertinya ada beberapa judul yang saya sendiri, sebagai koordinator, justru tidak kebagian.

Saya selalu teringat nasihat Saiful Hadjar (memang, Halte Sastra terinspirasi oleh acara yang digelar Saiful dan kawan-kawannya pada tahun 1990-an) bahwa acara tidak boleh menjadi besar. Harus dipertahankan sederhana. Katanya, agar mudah dijalankan, agar awet. Jika sudah besar, kata Saiful, berat untuk melanjutkan.

Saya ingat pula, manajemen Halte Sastra memang sengaja dibikin longgar. Misalnya jadwal. Seharusnya Halte Sastra digelar pada Sabtu malam, tiap minggu kedua. Tetapi faktanya, oleh sebab beberapa kendala, ada bulan-bulan yang kosong. Sehingga setahun tidak selalu 12 bulan tetapi menjadi 10 atau 9 bulan.

Walau bolong-bolong, respon audiens sebenarnya sangat bagus. Halte Sastra jarang sekali sepi. Hampir tidak pernah yang datang kurang dari 50 orang. Selalu rata-rata antara 60 sampai 100 orang. Rata-rata mahasiswa penyuka sastra yang datang. Beberapa kali pula ruangan Galery DKS sampai tidak muat. Mereka juga sangat antusias. Sesi tanya jawab berlangsung meriah, kadang sengit. Saling melontarkan ide dan kerap kali beradu argumentasi.

Judul resmi Halte Sastra memang ‘Pertemuan Sastrawan Muda’, toh pada kenyataannya, sastrawan yang ditampilkan tidak selalu muda. Beberapa kali juga sastrawan senior. Menurut saya tidak apa. Sebab dalam pikiran saya, sekali waktu, sastrawan muda juga perlu mendengarkan sastrawan senior menguraikan gagasan dan proses kreatifnya.

Terkait kelonggaran manajemen ini, bukan berarti saya tidak mendapatkan benturan. Ketika pertama kali menampilkan sastrawan senior, yaitu Lan Fang (alm), saya mendapatkan protes keras dari teman-teman komunitas sastra ESOK. Mereka sampai melontarkan ancaman akan memboikot Halte Sastra. Beruntung ancaman boikot itu hanya diterapkan sebentar.

Salah seorang tokoh sastra senior juga sempat mengkritik konsep acara Halte Sastra yang mengedepankan sastrawan muda alias sastrawan pemula. Sang tokoh itu berpandangan, Halte Sastra hanya akan menurunkan kewibawaan DKS dan Balai Pemuda. Menurutnya, DKS harusnya membuat seleksi ketat sehingga hanya menampilkan sastrawan-sastrawan mapan. Sementara saya berpendapat, DKS juga memiliki tanggung jawab pembinaan. Artinya, DKS perlu memberi ruang kreatif bagi sastrawan muda/ pemula.

Karena debat dengan saya membentur jalan buntu, sang tokoh itu sampai wadul kepada Ketua DKS, ketika itu masih dijabat Sabrot D Malioboro. Saya tahu dia wadul karena besoknya saya dipanggil Sabrot ke sekretariat DKS. Sabrot menceritakan kritik tajam sang tokoh itu. Saya sempat cemas juga kalau-kalau Halte Sastra dibubarkan. Ternyata, Sabrot orang yang bijaksana.

“Mas Ribut jalankan terus Halte Sasta, dia kalau mau bikin acara untuk sastrawan mapan, ya biar bikin acara sendiri,” begitu Sabrot bilang ketika itu. Maka Halte Sastra jalan terus.

Di internal manajemen Halte Sastra sendiri juga sempat muncul gejolak. Salah satu anggota memutuskan keluar dari manajemen Halte Sastra karena tidak setuju saya mengundang Riadi Ngasiran. Tidak hanya keluar dari Halte Sastra, dia bahkan sempat beberapa bulan memutuskan kontak dengan saya. Untungnya silaturahmi kembali terjalin. Dia lantas kembali aktif di Halte Sastra.

Namun setelah jalan 4 tahun lebih, saya sendiri tampaknya mulai lelah. Tahun 2013, saya pindah tempat tinggal di Sidoarjo. Otomatis membutuhkan lebih banyak waktu tempuh (perjalanan) yang saya harus jalani untuk bisa sampai di Surabaya. Akhirnya Halte Sastra tamat.

Bila ditanyakan, Halte Sastra telah melahirkan sastrawan handal siapa saja? Saya akan menjawab, Halte Sastra tidak pernah melahirkan siapa-siapa. Biarlah sastrawan lahir atas usaha sendiri. Atau, lahir berkat intens berproses kreatif bersama komunitasnya. Halte Sastra sekadar acara. Memberi ruang interaksi para sastrawan Surabaya dan sekitarnya. Menjadi ruang publik untuk mendialogkan gagasan kreatif.

Tahun 2015 lalu, saya berniat menghidupkan lagi Halte Sastra. Saya kontak beberapa teman dan pengurus DKS, mereka oke. Maka, setelah vakum 2 tahun, Halte Sastra sempat jalan sekali acara. Tapi setelah itu, saya kembali lelah.

Untuk mengatasi kelelahan, masih di tahun 2015, saya lalu mengubah konsep acara dan mengganti namanya menjadi Pelataran Sastra. Memakai nama ‘pelataran’ karena memang acaranya memakai tempat di pelataran depan sekretariat DKS. Sempat jalan dua kali acara, lelah saya kumat datang.

Saya pun berubah haluan. Saya bersama Hanif Nashrullah lalu mengajukan program ‘Sekolah Menulis Puisi’ ke pengurus DKS. Ternyata disetujui. Bekerja sama dengan Bengkel Muda Surabaya (BMS) yang sekreatariatnya di atas DKS (lantai 2), Sekolah Menulis Puisi sempat 5 kali digelar. Namun setelah itu, saya benar-benar tidak bisa mengatasi kelelahan saya menjalankan kegiatan sastra. Saya pun memilih berhenti.

Kini setelah 2 tahun, saya tiba-tiba mendengar kabar sekretariat DKS dan BMS harus dikosongkan. Sebelumnya, masjid Assakinah yang berada di depan sekreatariat DKS telah lebih dahulu dibongkar. Pemkot Surabaya berencana membangun gedung mewah bagi DPRD.

Mendengar kabar tersebut, saya tiba-tiba merasa pedih. Seperti ada anggota tubuh saya yang terasa lepas. Saya ingat Halte Sastra, dan saya tidak tahu bagaimana nanti nasib dari DKS dan BMS. Yang jelas, saya menduga, Pemkot Surabaya tengah  melakukan pengusiran terhadap sastrawan dan seniman dari tempat yang telah puluhan tahun dipakai untuk proses kreatif.

http://beritajatim.com/sorotan/315393/dengar_dks_mau_digusur,_saya_jadi_ingat_halte_sastra.html

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita