20/09/17

Sastra Etnik di Tengah Budaya Global

I.B. Putera Manuaba
Kompas, 6 Sep 2015

Setiap bangsa di dunia terbangun dari etniknya masing-masing. Bangsa yang berada dalam satu dataran pasti berbeda dengan bangsa yang terpisah-pisah. Sebuah bangsa dalam satu dataran etniknya cenderung lebih tak beragam dibandingkan dengan negara kepulauan. Jika etnik beragam, bahasanya akan beragam juga, dan sastranya pun akan beragam. Dalam konteks inilah sastra etnik amat menarik.

Istilah sastra etnik dalam berbagai tulisan, diskusi, dan seminar kerap disebut ”sastra daerah” dan ”sastra lokal”. Namun, penyebutan ”sastra daerah” dan ”sastra lokal” terkesan lebih menekankan pada ”daerah”, ”tempat”, atau ”lokasi” sehingga cenderung luas. Implikasi dari penyebutan itu seperti mengoposisi ”sastra daerah” versus ”sastra kota” dan ”lokal” versus ”regional”, ”nasional”, atau internasional” sehingga secara konotatif tak terbaca orientasi keutuhan nilai-nilai budayanya.

Konsepsi ”sastra etnik” lebih menyiratkan arti sebagai sastra yang secara utuh memuat nilai-nilai budaya etnik (ethnic of culture values). Ia mengandung keunikan yang dimiliki etnik serta tak semata-mata dilihat dari segi penggunaan bahasanya, tetapi juga spirit nilai kontekstualitas dan universalitasnya. Ini perlu karena sebuah ketinggian nilai budaya akan membersitkan nilai universalitas yang dibutuhkan umat manusia.

Atas keyakinan sastra etnik lebih menginseminasi nilai universalitas yang bertolak dari kearifan budaya etnik inilah tulisan ini dihadirkan. Tulisan ini meneguhkan perlunya ada eksplorasi dan revitalisasi sastra etnik. Dengan peneguhan itu nantinya dapat menyumbang kearifan budaya etnik ke tengah masyarakat global. Benar apa yang pernah dikatakan Rendra, akan baik jika seni dikembangkan dengan mempertimbangkan tradisi dalam modernitas menuju tradisi baru.

Berdasarkan konsep ”sastra etnik” itu, maka yang termasuk sastra etnik adalah sastra yang mengandung keutuhan nilai budaya etnik. Sastra itu dapat hadir dalam berbagai bahasa sebagai wahananya. Di Indonesia, karya-karya sastra yang berbahasa etnik: pantun (di Sumatera); geguritan, pupuh, crita sambung, cerkak (di Jawa); satua (di Bali), dan seterusnya yang menyiratkan spirit utuh keetnikan dapat disebut sastra etnik. Selain berupa sastra yang ditulis dalam bahasa etnik, dapat juga berupa sastra lisan. Juga perlu diketahui beragam etnik budaya lainnya di Indonesia, seperti Minang, Sunda, Batak, Dayak, Bali, Banjar, Bugis, Mandar, Toraja, Sasak, Papua, dan Melayu Nusantara. Etnik itu memiliki akar budaya etnik dengan sastra etniknya.

Diaspora

Sastra etnik dapat juga disimak dalam sastra Indonesia modern karena telah berdiaspora melintasi bahasa asalnya. Diaspora sastra etnik selain dapat dikenali melalui diksi-diksi etniknya juga tema-tema yang menyemangati serta pesan dan amanatnya. Sastra etnik dapat dibaca di antaranya dalam novel Robohnya Surau Kami karya AA Navis yang mengungkap budaya Melayu; prosa-lirik Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi AG yang mengungkap dunia batin orang Jawa; trilogi Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari yang mengungkap nilai-nilai budaya Jawa Banyumasan; kumpulan cerita pendek Sri Sumarah dan Bawuk, Para Priyayi, dan Jalan Menikung karya Umar Kayam yang mengungkap transformasi budaya Jawa wong cilik dan priayi; Canting karya Arswedo Atmowiloto; Durga Umayi karya YB Mangunwijaya; Tarian Bumi karya Oka Rusmini; drama Republik Bagong karya N Riantiarno; serta tentu masih banyak lainnya lagi. Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata juga termasuk yang mengungkap nilai budaya Belitong. Diakui atau tidak, karya Hirata mengglobal berkat terjemahannya dalam sejumlah bahasa asing dengan oplah yang besar.

Selain berdiaspora dalam sastra Indonesia modern, sastra etnik berdiaspora juga pada seni-seni lainnya: seni tari, seni ukir, seni lukis, seni drama, sinetron, dan film. Sastra etnik dapat dihidupkan pada seni-seni itu sehingga nilai-nilai otentik budaya etnik dapat tersampaikan lewat seni-seni itu. Dalam kenyataan, nilai-nilai budaya sastra etnik kurang dieksplorasi secara publik dalam era global—yang ditandai dengan kekuatan informasi, komunikasi, dan teknologi (ICT). Cerita rakyat (folklore) berupa dongeng, legenda, dan mite yang bertebaran pun kurang dieksplorasi ke dalam media seni yang bersifat publik sehingga nilai-nilai budaya etnik kurang dikenali, dipahami, dan dihayati publik.

Penulis sastra etnik yang mampu mentransformasi karyanya ke media seni publik dan modern amat sedikit selain akibat masih kecilnya minat produser mengangkat kisah-kisah sastra etnik. Kondisi ini terjadi karena media-media seni publik (televisi) masih tampak terhegemoni kekuatan pasar ketimbang idealisme. Padahal, publik menunggu karya-karya yang berasal dari kekayaan nilai budaya etnik. Tapi, sering kali kemampuan mengemas secara apik belum dimiliki penggiat-penggiat seni di media publik.

Dengan adanya sastra etnik dalam berbagai rupa tersebut, sastra etnik akan dapat hidup sepanjang pendukungnya masih ada. Satu hal yang sebaiknya dilakukan penulis (penutur) sastra etnik adalah melihat dinamika pembaca atau penikmatnya. Jika komunitas pendukungnya kebanyakan mengerti bahasa etniknya maka dapat dipakai bahasa etnik. Jika tidak, dapat juga menggunakan bahasa yang dipakai oleh sebagian besar masyarakat pendukung.

Kondisi dunia global memang berdampak pada keharusan bidang apa pun untuk saling berkontestasi. Kontestasi ini dapat dilakukan dengan menghadirkan produk-produk berkualitas yang berbeda dan unik yang diciptakan dari tingkat kompetensi masing-masing. Kondisi global ini kalau dipahami dengan pemikiran Foucault, tentu ada kaitannya. Foucault menyatakan, terjadi hubungan timbal-balik antara kekuasaan (pouvoir) dan pengetahuan (savvoir). Kekuasaan terartikulasi ke dalam pengetahuan; dan sebaliknya, pengetahuan terartikulasi dalam kekuasaan. Kekuasaan tak hanya ”berelasi” dengan pengetahuan, tetapi kekuasaan ”terdiri atas” pengetahuan, sebagaimana juga halnya pengetahuan ”terdiri atas” kekuasaan. Ini terjadi pula pada seni—khususnya sastra etnik.

Ruang kebudayaan

Sastra etnik tak lepas dari tantangan persaingan yang makin ketat. Besar kemungkinan hal itu bukan karena tak diminati pendukung, melainkan karena keniscayaan adanya tawaran-tawaran baru yang lebih praktis, canggih, dan juga lebih terjangkau sehingga minat pendukung menjadi terbelah. Apalagi dengan makin terbatasnya waktu, membuat orang makin membutuhkan kemasan seni atau sastra yang terjangkau waktu. Inilah yang menjadi akar terjadinya ”perebutan” ruang-ruang kebudayaan yang dulunya dimiliki sastra etnik. Mungkin bukan karena kualitas sastra etniknya, melainkan karena adanya perubahan kondisi pendukung yang cenderung heterogen.

Heterogenitas masyarakat membutuhkan heterogenitas budaya. Artinya, untuk merebut simpati publik, diperlukan kemasan budaya yang cocok dengan kondisi publik. Perlu ada eksplorasi dan revitalisasi sastra etnik. Apabila di masa lalu tata nilai cukup disajikan dalam performance pada cara tradisional, kini tentu menuntut cara ala masyarakat modern yang melek ICT. Perebutan media publik secara aktif-proaktif menjadi strategi yang dapat dilakukan dalam mempertahankan dan mengembangkan sastra etnik.

Kondisi budaya global bukanlah pantangan, melainkan tantangan yang menyediakan ruang untuk saling berkontestasi secara kompetitif. Kondisi global mendambakan kualitas sehingga apa pun yang berkualitas akan dapat eksis. Acap kali kualitas itu amat ditentukan jika mampu menampilkan sesuatu yang berbeda (liyan). Sastra etnik, dengan karakteristiknya, sebenarnya berpotensi diminati masyarakat global sepanjang mampu mengemas secara apik dan kondusif.

Sastra etnik—sebagai bagian dari kebudayaan—memiliki potensi kekayaan nilai-nilai budaya etnik yang perlu diseminasi dan dipromosikan dalam rangka membangun harmoni sosial dan alam. Sastra etnik dapat dieksplorasi dan direvitalisasi secara dinamis sehingga perlu melakukan diaspora budaya dalam wahana bahasa yang dipakai publik.

Sastra etnik akan eksis jika bersinergi dengan pihak yang memiliki kemajuan ICT sehingga sastra etnik dapat dikemas sesuai kondisi perkembangan kualitas publik. Untuk mengeksplorasi dan merevitalisasi sastra etnik, seniman komunitas sastra etnik perlu bekerja sama dengan pengelola media publik yang mampu menginseminasikan dan mempromosikan sastra etnik ke area lintas etnik dan budaya bangsa.
***

http://print.kompas.com/baca/opini/artikel/2015/09/06/ESAI

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita