17/05/14

Sastra Islami dan ‘Jalan Tengah’

Judul Buku: Pesan Al-Qur’an untuk Sastrawan
Penulis: Aguk Irawan MN
Penerbit: Jalasutra, Jogjakarta
Cetakan: I, November 2013
Tebal: x + 434 hlm.
Peresensi: Ridwan Munawwar Galuh *)
Jawa Pos, 01 Des 2013

Sebagai bagian dari tradisi tulis, esai memegang peranan penting dalam kehidupan berbudaya secara luas. Esai merefleksikan berbagai gerak kebudayaan dalam gerak nalar seorang individu sebagai subjek budaya itu. Kita mungkin akan ingat ungkapan Ignas Kleden dalam esainya “Esai: Godaan Subyektivitas” (Horison, Januari 2004) menulis, “…sebuah esai menjadi prosa yang dibaca karena memikat dan mencekam perhatian, daya-tariknya muncul karena ada bayangan pribadi penulis berkelebat atau mengendap di sana…”.Esai harus menarik, dan karena itulah esai tidak kaku dalam berbahasa mengartikulasikan gagasan, dan sifat luwesnya menjadikannya mediator antara dunia publik dengan dunia disiplin ilmu yang rigid.

Puluhan esai yang terhimpun dalam buku ini adalah kumpulan esai yang pernah ditulis Aguk Irawan MN, seorang santri yang telah lama bergelut dalam kebudayaan, terutama bidang sastra. Esai-esai yang terkumpul dalam buku ini, sebagian besar pernah terpublikasikan di media masa, baik lokal maupun nasional, sebagian kecil lainnya pernah dipresentasikan dalam beberapa kesempatan seminar dan diskusi pada komunitas-komunitas seni-sastra, jadi semua menyimpan rekam jejak dari berbagai masalah yang mucul dalam kebudayaan kita, sekitar sepuluh tahun ke belakang, sekaligus juga memperlihatkan bagaimana si penulis menyikapi masalah-masalah itu. Menulis esai dalam rangka menghadapi masalah sosial-budaya menjadi suatu nilai tersendiri bagi seorang penulis, karena itu menunjukkan bagaimana spontanitas dan kepekaan kontekstual dari tradisi-diri dalam berfikir dalam menyikapi problem budaya yang ada.

Judul dari buku ini jelas menunjukkan spirit yang menjadi landasan Aguk dalam menyikapi masalah-masalah budaya itu; Al-Qur’an sebagai pedoman berbudaya. Al-Qur’an memiliki keutuhan dan keluhuran dalam dimensi keindahan (estetika) maupun kebenaran (the truth). Prinsip inilah yang disadari betul oleh Aguk, sehingga dalam menyampaikan suatu kritik, ia meneladani sifat Al-Qur’an, ia mengedepankan prinsip keindahan; keindahan berbahasa dan keindahan budi. Kritik dan pangeling, pepeling (pengingat) ia sampaikan dalam tutur bahasa yang sopan, ucap-kalimah yang tamah dan etika-nirmala yang krama, meskipun tentu saja dengan tetap diiringi ketegasan yang pasti.

Satu contoh, dalam menghadapi persoalan seksisme dalam dunia sastra dikisaran tahun 2007, Aguk mengingatkan kembali akan adanya tradisi sastra linuhung yang terlahir karena terinspirasi oleh Al-Qur’an. Bahkan, Al-Qur’an itu sendiri memiliki kualitas sastrawi yang agung linuhung dan susah ditandingi, dan karena itulah ia bisa mengungguli tradisi sastra pra-Islam di Arab/sastra jahiliyyah yang saat itu terbagi ke dalam dua genre; mu’allaqat dan mufaddaliyat.

Dengan kekayaan referensi dan literatur yang dimilikinya tentang historisitas sastra (dalam dunia) Islam, Aguk yang sempat mereguk ilmu di Mesir ini meneroka secara lebih jauh perihal bagaimana sastra Arab jahiliyyah yang sudah mencapai puncak kejayaan dan keemasaanya. Kejayaan itu dinilai dari dua sisi: pertama, para penyairnya yang memiliki kepiawaian tingkat tinggi dalam berbahasa seperti Imri’il-Qais dan Musailamah, dan Abu Mihjan Ats-tsaqafi serta sederet nama terkenal lainnya. Menurut budayawan Adonis, karya Imri’il Qais yang berjudul “Ayyuhat Ath-thalali al-Bali” (Wahai Puing-Puing yang Usang) dan karya Musailamah yang berjudul “Aayat ad-dhifda’ (Ayat-ayat Katak) memiliki kualitas bahasa sastra yang sangat tinggi, nyaris laik kitab suci.

Kedua, tradisi sastra Arab jahiliyyah juga mendapat dukungan publik yang luar biasa dan total dari masyarakat Arab saat itu; penyair menjadi tokoh masyarakat yang paling disegani, dan puisi menjadi sesuatu yang sangat berharga dan dicintai oleh khalayak luas. Dengan kata lain, istilah “masyarakat sastra ideal” yang sampai saat ini masih digelisahkan oleh kritikus Indonesia, itu sudah menyata pada Arab jahiliyyah. Tetapi kendungan satrawinya yang nyaris tanpa makna yang diperlukan bagi kebudayaan atau peradaban, sebaliknya, yang ada dan banyak justru sastra lendir, atau seksisme itu.

Karena itu Al-Qur’an membawa fungsi dan peran baru dalam bersastra (jahiliyah), dan penyair seperti Ka’ab bin Zuhair, Ibnu Rawah dan Hasan bin Tsabit yang terinspirasi oleh kandungan al-Qur’an kemudian mencipta puisi-puisi yang tidak saja indah dalam bahasa, tapi isinya juga sangat menggetarkan kalbu. Jadi kehadiran kitab suci sastrawi Al-Qur’an di tengah mayarakat Arab jahiliyyah yang bertradisi sastra tinggi adalah pergeseran dari keindahan yang afirmatif pada kebobrokan sistemik menjadi keindahan yang berlandaskan kebenaran yang fitrah. Dan, kehadiran Al-Qur’an tidak membunuh urat nadi tradisi sastraArab, tapi justru semakin memekarkannya dan menjadikannya bernilai mulia.

Nah, apabila gambaran di atas direfleksikan pada kondisi tradisi sastra kita yang penuh lendir itu, bukankah itu sama saja kita tengah berbalik meniru sastra Arab jahiliyyah? Puisi-puisi lendir dan vulgar itu tentu saja meskipun kasar tetap memiliki sisi estetis tersendiri dari segi bahasa dan sastra, tetapi apakah itu cukup, dengan ambiguitas nilai atau bahkan tanpa landasan nilai sama sekali? Kilahan akan mudah sekali dimunculkan, misalnya seperti “puisi-puisi lendir itu hanyalah cerminan atas kebobrokan sosial yang ada”. Sesuatu yang sudah bobrok tidak perlu diafirmasi, tidak perlu dipanjangkan dalam tradisi menulis, dan “kritik sosial” tidak perlu dilakukan dengan cara sembrono seperti itu. Mengafirmasi kebobrokan realitas dengan membuat tulisan yang juga bobrok, adalah sebuah kekalahan diri. Sastra kehilangan jatidirinya sebagai guru pangampih bagi pembaca. Harus ada kesunyian dan kesejatian yang dipertahankan.

Jalan Tengah

Bersamaan dengan mengkritik kecenderungan sastra banal-lendir yang distansiasi dari sakralitas berbudaya, sebaliknya Aguk juga mengkritik tradisi “sastra Islami” yang mengedepankan label dan sisi artifisial dari simbol-simbol agama Islam seperti doa-doa, ucapan salam dan semacamnya. Ini tidak salah, namun beresiko untuk mengerdilkan fungsi sastra sebagai media yang syarat nilai universal. Pada kenyataannya, “sastra Islami” didominasi oleh corak narasi tulisan yang berisi dogma fiqhiyah, kriteria halal-haram, demarkasi hitam-putih antara muhrim dan non-muhrim dan mengabaikan eksplorasi estetik sebagai unsur penting dalam sastra (hlm. 48). Religiusitas terkait dengan nilai universal, “segala sastra mulanya bersifat religius” (YB Mangunwijaya) dan sastra religius tidak harus diekspresikan dengan modus-modus yang melulu bersifat permukaan.

Apa yang diinginkan Aguk adalah “jalan tengah”, seorang yang beriman perlu mengambil inspirasi esensi sastranya dari kitab suci, tetapi juga tak harus mengorbankan estetika. Singkat kata, yang lebih penting sebenarnya esensi dan substansi, bukan serta merta bungkus dan wadah. Toh, sastrawan Islam yang sudah ngempu seperti Adonis atau Nadjib Mahfudz tidak terjebak pada jerat sekadar simbol permukaan bukan? Sebaliknya mereka menjadikan spirit islami sebagai landasan diri dalam menjalani dan mencandra realitas sosial dengan tetap mengedepankan estetika berbahasa. Menghadapi realitas sosial yang semakin rumit dan keras, membutuhkan kelenturan jiwa.

Walyatalattof. lentur. Jalan tengah. Demikian Al-Qur’an ngendika. Dengan berbekal spirit ini pula esai-esai Aguk berlanjut di bab-bab berikutnya, dalam tema yang semakin meluas.

*) Ridwan Munawwar Galuh, pecinta buku, bergiat di Komunitas Budaya Sakra. Tinggal di Jogja.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita