Farida-Suliadi *
http://sastra-indonesia.com/
Positif, kata itu terus berkecamuk di kepala. Masih teringat, garis strip dua di alat test kehamilan. Memang sudah sebulan lebih tak dikunjungi tamu istimewa, yang biasa hadir dengan siklus aku hafal.
Aku tak kuasa lagi membendung air mata. Menangis seketika, bukan lantaran bahagia, melainkan kekhawatiran. Sanggupkah aku jalankan amanah-Mu yang kedua ini Ya Allah? Sedang anakku pertama, Ahmad Fika Wahyu Fardiansyah, masih berumur empat bulan.
Waktu itu kami tinggal di Pandaan, jauh dari kedua orang tua. Aku harus melakoninya sendiri, mengurus rumah (tinggal di kontrakan), memasak, dan masih banyak lagi. Karena setelah seminggu menikah, kami tak tinggal di kota kelahiranku Ponorogo, atau di kota kelahiran suamiku Lumajang. Sebab suami bekerja di pabrik mie instan di daerah Pandaan, Pasuruan. Sedang aku, ingin menikmati waktu bersama anak yang masih berusia 4 bulan.
Di tengah berkecamuknya pikiran, suami justru merasa bersalah dengan yang di luar rencana itu. Berada di tengah pilihan menjaga dan menerima kehamilan ini, atau sebaliknya seperti kuinginkan; menggugurkannya. Hanya itu yang ada di otak. Segala cara mulai meminum jamu atau obat kulakukan, karena tak mengharap kehamilan saat itu. Benar-benar hanya ingin menikmati waktu bersama anak yang pertama dulu. Tak jarang tak bisa kendalikan emosi, sebagai sasarannya suamiku. Beruntungnya memiliki tambatan jiwa yang pengertian di atas keterombang-ambingan hati ini. Walau akhirnya suami menolak untuk menggugurkan, bersikeras menerima kehadiran calon anak ke duaku.
Kami ke dokter kandungan dalam memastikan kehamilan. Hasil pemeriksaan dokter IS, aku tengah hamil 2 bulan. Dokter IS mengatakan, kehamilanku baik-baik saja, organ-organ tubuhnya mulai membentuk. Namun tidak demikian dengan batinku tetap menolaknya, dan ketika kuutarakan niat pada dokter, ia justru menyalahkanku. Betapa banyak orang menghendaki keturunan dari hasil pernikahan, tapi Allah belum menganugrahi, demikian kilahnya. Meski sudah kujelaskan saat ini, kakaknya di rumah masih berusia 4 bulan. Tetapi tetap dokter meyakinkan untuk mempertahankan kehamilanku.
Hari-hari terus berlalu, bulan demi bulan tak terasa kujalani dengan tambur yang membesar. Kehamilan ini, jauh lebih mudah dari yang pertama. Aku seharusnya bersyukur, tetapi sekali lagi kemarahan lebih menguasai diri. Mungkin bukan hanya rasa dongkol, juga khawatir; apabila yang telah aku lakukan dengan minum jamu dan obat-obatan itu akan pengaruhi kejiwaan dan fisik bayiku nanti. Menginjak kehamilanku berusia 6 bulan, kami putuskan pulang ke Ponorogo. Dengan pertimbangan anakku yang sulung baru berusia 10 bulan, sementara aku harus persiapkan kelahiran anakku yang kedua. Akhirnya kami sepakat pulang, dan mencari pekerjaan baru di Ponorogo. Meski awal kehamilan kedua ini aku tak mengharapkan, tapi akhirnya tetap menerimanya.
Waktu yang ditunggu pun tiba, lahirnya mundur 3 hari dari perkiraan dokter, Alhamdulillah bayiku lahir sempurna, tiada masalah dalam proses kelahirannya. Berat badan dan panjangnya pun lebih, ketimbang anakku yang pertama. Bayi kami ini berjenis kelamin sama dengan anak pertama, lelaki. Ini memudahkan atau tidak perlu berlebih, dalam menyiapkan kebutuhan si kecil.
Setelah proses kelahiran dan dirawat di Rumah Sakit di Ponorogo selama 2 hari, aku dan bayiku diijinkan pulang. Sesampai di rumah, begitu turun dari mobil, langsung memeluk anak sulung yang sedang di gendongan kakeknya yang tengah menjemput kedatanganku di depan rumah. Maklum, anakku yang sulung belum bisa berjalan, sambil memeluknya terurai air mata; “Ya allah, anak sekecil ini sudah memiliki adik” gumamku di hati. Bagaimana nanti membagi kasih sayang dengan adiknya, sedang dia juga butuh banyak perhatian (?)
Setelah tiga hari kepulangan dari Rumah Sakit, memberinya nama. Kami belum menyiapkan sebelumnya, akhirnya bernama Ahmad Fajrinafi Wahyu Fardiansyah. Karena lahirnya bersamaan munculnya fajar, serta kumandang adzan subuh, sekaligus memaknai semoga ini bisa memberi fajar harapan yang memiliki limpahan manfaat. Dia biasa dipanggil Fajrinafi, ada yang menyapa Ardi. Meski awal kehamilannya, kami tak kehendaki, tapi dengan nama melekat itu, berharap bisa jadi anak yang bawa berkah bagi keluarga, masyarakat serta agamanya. Seperti cahaya dan fajar terang, yang selalu dinanti kehadirannya.
***
Aku coba kenang kembali, betapa dulu benar-benar tiada kehendaki hadirnya. Tapi kini, adakah sesuatu yang istimewa darinya? Aku renungkan kebaikannya. Dia tak pernah menyusahkan aku baik dalam masa kehamilan, kala dilahirkan bahkan sampai kini. Dari awal kelahirannya lancar, hingga berusia 6 tahun, saat itu masih TK B. Kami merasa, perkembangannya lebih cepat daripada kakaknya saat seusia dirinya dulu. Bukan bermaksud membandingkan, memang anak kedua ini proses pembelajaran yang dialami selalu lancar. Keluar sedari bangku TK, sudah lancar baca, pikirannya kritis ada dalam tanya dan ucapannya.
Meski demikian, kami yakin setiap anak memiliki kelebihan dan kepandaian berbeda. Kadang aku khawatir, bagaimana bisa memenuhi kebutuhannya. Tiba-tiba aku teringat firman Allah SWT, “Dan, tidak ada suatu binatang melata pun di bumi, melainkan Allahlah yang memberikan rezekinya…” (Qs. Huud-11). Jadi, apalagi yang ditakuti? Kepercayaanku tumbuh, kupandangi wajah yang teduh. Allah telah mengubah hatiku.
Sesuai janji-Nya, setiap bayi ada rizkinya, begitu yang sering kudengar. Saat anak kedua berumur 7 bulan, aku coba lamar pekerjaan, Alhamdulillah diterima mengajar di SD swasta milik sebuah yayasan, yang kebetulan baru setahun berdiri. Satu bulan kemudian, mendapat panggilan test dan wawancara di Lembaga Bimbingan Belajar yang ada di Jalan Siberut, Alhamdulillah diterima. Waktu mengajarnya pun tidak bertabrakan dengan yang di SD pagi hari, di LBB lebih banyak sorenya. Dan suamiku diterima sebagai karyawan di salah satu percetakan. Lagi-lagi syukurku kepada Allah. Nyata semua ketakutanku tak beralasan. Bahkan anak keduaku jadi teman bermain yang menyenangkan si sulung.
Bulan berganti tahun, anak-anak tumbuh berkembang seanak panah melesat dari busurnya. Anak pertamaku Aham duduk di bangku kelas 2 SD, adiknya Ardi kelas 1 SD. Sering kupandangi wajah anak-anakku yang tertidur pulas, setelah seharian sekolah. Ya Allah, nikmat-Mu manalagi yang kuingkari, memiliki dua anak lelaki yang hampir semua orang bilang seperti kembar; ganteng, sholeh, cakap. Tapi khawatir tetap ada, mampukah kami jaga amanah-Mu ini Ya Allah?
Saat ini, aku tengah pandangi anak pertama Aham bersama adiknya Ardi asyik bermain. Aku teringat awal kehamilan kedua, betapa sangat tak mengharapkan, tapi kini setelah lahir, semua berubah. Aku benar-benar merasakan penyesalan dalam, mengingat segala upaya menggugurkan kandunganku dulu, padahal kini anak keduaku, menjadi pelengkap kebersamaan kami di mana pun berada. Tak jarang sikap, dan ucapan Ardi layaknya orang dewasa.
***
Pernah suatu ketika aku dan suami sedang bingung masalah keuangan. Saat itu si sulung Aham baru masuk Sekolah Dasar, banyak sekali administrasi yang harus dibayar. Bersamaan itu Ardi masih duduk di bangku TK membutuhkan biaya untuk acara rekreasi sekolah. Kami ingin semua bisa terjawab, Aham dapat terbayar administasi sekolahnya, Ardi bisa mengikuti rekreasi.
Ternyata harus mengorbankan salah satu, Ardi tak jadi rekreasi. “Adik Ardi, ma’af ya, kalau akhirnya kita tak bisa ikut rekreasi” kataku sedikit menghibur, agar tak terlalu sedih. Ia justru menjawab, “Mama minta ma’af kenapa? Tidak ikut rekreasi tidak apa mama. Kan justru kasihan, kalau sampai Mas Aham tak bisa masuk SD”. Sungguh aku tak menyangka, anak seusia Ardi, baru berumur 5 tahun, sudah bisa berfikir sejauh itu.
Tidak hanya kisah itu, ketika Mbah Kakungnya meninggal, dia sempat bertanya sambil menangis “Ma, kok Mbah Kung meninggal, apa karena capek gendong aku terus ya?”. Saat itu Ardi berusia 4 tahun, setiap hari ketika aku dan suami bekerja, Ardi di rumah bersama Mbah Kakung dan Mbah Utinya. “Tidak nak, Mbah Kung meninggal sebab sakit jantung, dan Allah ternyata lebih sayang kepada Mbah Kung” jawabku.
Sampai 6 bulan setelah Mbah Kungnya meninggal, Ardi masih suka mengingat saat-saat bersama Beliau, dia sering berkata “Ma, aku kangen Mbah Kung”. Segera, aku ajak mendo’akannya dan Alhamdulillah, setiap kali selesai berdoa, dia berkata, “Sudah sembuh Ma, kangennya sama Mbah Kung”.
Banyak teladan yang bisa kami ambil dari sikap, ucapan dan perilakunya. Meski masih kanak, yang dia lakukan menyadarkan kami sebagai orang tua untuk dapat berperilaku lebih baik, dan beri contoh tak hanya kata-kata, tapi lebih pada perbuatan. Misal saat ada tugas dari sekolah, dia tak tidur sebelum selesai mengerjakan, bahkan rela tinggalkan waktu bermain bersama kakaknya, demi tanggung jawabnya terhadap tugas yang diberi gurunya. Dia merasa bersalah, jika telah berbuat kekeliruan, dan segera meminta maaf atas apa yang dilakukan.
Kami yakin, setiap anak punya kelebihan kepandaian masing-masing. Aku dan suami merasa menyesal serta malu, jika teringat usahaku menolak kehadirannya dulu. Ternyata yang dulu tidak kami harapkan, menjadi fajar terang di tengah keluarga, seperti namanya. Tinggal ikhtiar kami dalam menjaga membesarkan mereka, agar menjadi hamba-hamba Allah yang senantiasa menebar kebajikan, amin.
*) Farida-Suliadi, adalah Wali dari Ananda Ahmad Fika Wahyu Fardiansyah (siswa kelas 2-Abu Bakar) dan Ahmad Fajrinafi Wahyu Fardiansyah (siswa kelas 1-Ali). Alamat sekarang di Jl. Soekarno Hatta VI/12 Ponorogo. Penulis adalah istri dari Suliadi.
Dijumput dari: http://sastra-indonesia.com/2013/06/makna-sebuah-nama/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
17/06/13
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Junianto
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abang Eddy Adriansyah
Abdi Purmono
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurahman Wahid
Abidah el Khalieqy
Abiyyu
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achiar M Permana
Ade Ridwan Yandwiputra
Adhika Prasetya
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Adreas Anggit W.
Adrian Ramdani
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunarto
Agus Utantoro
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajie Najmudin
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Saefudin
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alhafiz K
Ali Shari'ati
Alizar Tanjung
Alvi Puspita
Alwi Karmena
Amarzan Loebis
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Amiruddin Al Rahab
Amirullah
Amril Taufiq Gobel
Amy Spangler
An. Ismanto
Andrea Hirata
Andy Riza Hidayat
Anes Prabu Sadjarwo
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anne Rufaidah
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anung Wendyartaka
Anwar Holid
Aprinus Salam
Ari Dwijayanthi
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Aris Darmawan
Aris Kurniawan
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asep Yayat
Askolan Lubis
Asrul Sani
Asvi Marwan Adam
Asvi Warman Adam
Audifax
Awalludin GD Mualif
Awaludin Marwan
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Bambang Bujono
Bambang Irawan
Bambang Kempling
Bambang Unjianto
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonnie Triyana
Bre Redana
Brunel University London
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hatees
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cepi Zaenal Arifin
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Cucuk Espe
D Pujiyono
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darwin
David Krisna Alka
Dedy Tri Riyadi
Deni Ahmad Fajar
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dicky
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Dodi Ambardi
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Khoirotun Nisa’
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Suprianto
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulwesi
Endi Haryono
Endri Y
Enung Sudrajat
Erwin
Erwin Dariyanto
Erwin Setia
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evieta Fadjar
F. Aziz Manna
Fadjriah Nurdiarsih
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Farida-Suliadi
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Feby Indirani
Felik K. Nesi
Fenny Aprilia
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Firdaus Muhammad
Firman Nugraha
Fuad Nawawi
Galang Ari P.
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Maryanto
Guntur Alam
Gus tf Sakai
Gusti Eka
H Marjohan
HA. Cholil Mudjirin
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hanik Uswatun Khasanah
Hans Pols
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hawe Setiawan
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Heru Nugroho
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Hudel
Humaidiy AS
Humam S Chudori
I.B. Putera Manuaba
Ibn Ghifarie
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idrus
Ignas Kleden
Ika Karlina Idris
Ilham khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tranggono
Indrian Koto
Intan Indah Prathiwie
Inung AS
Iskandar Noe
Iskandar P Nugraha
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut Fitra
J.J. Rizal
Jacques Derrida
Jafar Fakhrurozi
Jafar M Sidik
Jafar M. Sidik
Jaleswari Pramodhawardani
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jean-Marie Gustave Le Clezio
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ Rizal
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Jonathan Ziberg
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku
Juli
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kang Warsa
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasijanto Sastrodinomo
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Keith Foulcher
Khansa Arifah Adila
Khisna Pabichara
Khrisna Pabichara
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristine McKenna
Kritik Sastra
Kukuh Yudha Karnanta
Kurie Suditomo
Kurniawan Yunianto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L. Ridwan Muljosudarmo
Lan Fang
Langgeng W
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Leo Kelana
Leo Tolstoy
Lia Anggia Nasution
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Abdullah Badri
M Aditya
M Anta Kusuma
M Fadjroel Rachman
M. Arman AZ
M. Faizi
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Misbahuddin
M. Mushthafa
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Makyun Subuki
Maman S Mahayana
Marcus Suprihadi
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Mashuri
Matroni
Matroni El-Moezany
Mawar Kusuma
Max Lane
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Miziansyah J.
Moh. Samsul Arifin
Mohammad Eri Irawan
Muhammad Antakusuma
Muhammad Firdaus Rahmatullah
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhammd Ali Fakih AR
Muhidin M. Dahlan
Mukhlis Al-Anshor
Mulyo Sunyoto
Munawir Aziz
Murnierida Pram
Musa Asy’arie
Mustafa Ismail
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nandang Darana
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Nazar Nurdin
Nenden Lilis A
Nezar Patria
Nina Herlina Lubis
Ning Elia
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nobel
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novelet
Nu’man ‘Zeus’ Anggara
Nunik Triana
Nur Faizah
Nur Wahida Idris
Nurcholish Madjid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurman Hartono
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Obrolan
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Olivia Kristinasinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Oyos Saroso H.N.
Pandu Jakasurya
Parak Seni
Parakitri T. Simbolon
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Pembebasan Sastra
Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta-Toer
Pringadi Abdi Surya
Pringadi AS
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Rahmat Hidayat
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ranang Aji S.P.
Ranggawarsita
Ratih Kumala
Ratna Sarumpaet
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Rengga AP
Resensi
Resistensi Kaum Pergerakan
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Risang Anom Pujayanto
Riswan Hidayat
Riyadi KS
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rojil Nugroho Bayu Aji
Rukardi
S Sopian
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sari Oktafiana
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra
Sastra Liar Masa Awal
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Selo Soemardjan
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Sevgi Soysal
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Slamet Hadi Purnomo
Sobih Adnan
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sotyati
Sri Wintala Achmad
St. Sunardi
Stefanus P. Elu
Stevy Widia
Sugi Lanus
Sugilanus G. Hartha
Suherman
Sukardi Rinakit
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Surat
Suripto SH
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susiyo Guntur
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi San
Syafruddin Hasani
Syahruddin El-Fikri
Syaiful Amin
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T Agus Khaidir
Tasyriq Hifzhillah
Tatang Pahat
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tia Setiadi
Tita Maria Kanita
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tony Herdianto
Tosa Poetra
Tri Purna Jaya
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulfatin Ch
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Utami Widowati
UU Hamidy
Veronika Ninik
Vien Dimyati
Vino Warsono
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W Haryanto
W. Herlya Winna
W.S. Rendra
Wahyu Heriyadi
Wahyu Hidayat
Wahyu Utomo
Walid Syaikhun
Wan Anwar
Wandi Juhadi
Warih Wisatsana
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Wayan Supartha
Wendoko
Wicaksono Adi
William Bradley Horton
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Wong Wing King
Y. Wibowo
Yang Lian
Yanuar Yachya
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopie Setia Umbara
Yos Rizal Suriaji
Yoserizal Zein
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudhi Herwibowo
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Zacky Khairul Uman
Zakki Amali
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhou Fuyuan
Zul Afrita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar