17/06/13

Makna sebuah Nama

Farida-Suliadi *
http://sastra-indonesia.com/

Positif, kata itu terus berkecamuk di kepala. Masih teringat, garis strip dua di alat test kehamilan. Memang sudah sebulan lebih tak dikunjungi tamu istimewa, yang biasa hadir dengan siklus aku hafal.

Aku tak kuasa lagi membendung air mata. Menangis seketika, bukan lantaran bahagia, melainkan kekhawatiran. Sanggupkah aku jalankan amanah-Mu yang kedua ini Ya Allah? Sedang anakku pertama, Ahmad Fika Wahyu Fardiansyah, masih berumur empat bulan.

Waktu itu kami tinggal di Pandaan, jauh dari kedua orang tua. Aku harus melakoninya sendiri, mengurus rumah (tinggal di kontrakan), memasak, dan masih banyak lagi. Karena setelah seminggu menikah, kami tak tinggal di kota kelahiranku Ponorogo, atau di kota kelahiran suamiku Lumajang. Sebab suami bekerja di pabrik mie instan di daerah Pandaan, Pasuruan. Sedang aku, ingin menikmati waktu bersama anak yang masih berusia 4 bulan.

Di tengah berkecamuknya pikiran, suami justru merasa bersalah dengan yang di luar rencana itu. Berada di tengah pilihan menjaga dan menerima kehamilan ini, atau sebaliknya seperti kuinginkan; menggugurkannya. Hanya itu yang ada di otak. Segala cara mulai meminum jamu atau obat kulakukan, karena tak mengharap kehamilan saat itu. Benar-benar hanya ingin menikmati waktu bersama anak yang pertama dulu. Tak jarang tak bisa kendalikan emosi, sebagai sasarannya suamiku. Beruntungnya memiliki tambatan jiwa yang pengertian di atas keterombang-ambingan hati ini. Walau akhirnya suami menolak untuk menggugurkan, bersikeras menerima kehadiran calon anak ke duaku.

Kami ke dokter kandungan dalam memastikan kehamilan. Hasil pemeriksaan dokter IS, aku tengah hamil 2 bulan. Dokter IS mengatakan, kehamilanku baik-baik saja, organ-organ tubuhnya mulai membentuk. Namun tidak demikian dengan batinku tetap menolaknya, dan ketika kuutarakan niat pada dokter, ia justru menyalahkanku. Betapa banyak orang menghendaki keturunan dari hasil pernikahan, tapi Allah belum menganugrahi, demikian kilahnya. Meski sudah kujelaskan saat ini, kakaknya di rumah masih berusia 4 bulan. Tetapi tetap dokter meyakinkan untuk mempertahankan kehamilanku.

Hari-hari terus berlalu, bulan demi bulan tak terasa kujalani dengan tambur yang membesar. Kehamilan ini, jauh lebih mudah dari yang pertama. Aku seharusnya bersyukur, tetapi sekali lagi kemarahan lebih menguasai diri. Mungkin bukan hanya rasa dongkol, juga khawatir; apabila yang telah aku lakukan dengan minum jamu dan obat-obatan itu akan pengaruhi kejiwaan dan fisik bayiku nanti. Menginjak kehamilanku berusia 6 bulan, kami putuskan pulang ke Ponorogo. Dengan pertimbangan anakku yang sulung baru berusia 10 bulan, sementara aku harus persiapkan kelahiran anakku yang kedua. Akhirnya kami sepakat pulang, dan mencari pekerjaan baru di Ponorogo. Meski awal kehamilan kedua ini aku tak mengharapkan, tapi akhirnya tetap menerimanya.

Waktu yang ditunggu pun tiba, lahirnya mundur 3 hari dari perkiraan dokter, Alhamdulillah bayiku lahir sempurna, tiada masalah dalam proses kelahirannya. Berat badan dan panjangnya pun lebih, ketimbang anakku yang pertama. Bayi kami ini berjenis kelamin sama dengan anak pertama, lelaki. Ini memudahkan atau tidak perlu berlebih, dalam menyiapkan kebutuhan si kecil.

Setelah proses kelahiran dan dirawat di Rumah Sakit di Ponorogo selama 2 hari, aku dan bayiku diijinkan pulang. Sesampai di rumah, begitu turun dari mobil, langsung memeluk anak sulung yang sedang di gendongan kakeknya yang tengah menjemput kedatanganku di depan rumah. Maklum, anakku yang sulung belum bisa berjalan, sambil memeluknya terurai air mata; “Ya allah, anak sekecil ini sudah memiliki adik” gumamku di hati. Bagaimana nanti membagi kasih sayang dengan adiknya, sedang dia juga butuh banyak perhatian (?)

Setelah tiga hari kepulangan dari Rumah Sakit, memberinya nama. Kami belum menyiapkan sebelumnya, akhirnya bernama Ahmad Fajrinafi Wahyu Fardiansyah. Karena lahirnya bersamaan munculnya fajar, serta kumandang adzan subuh, sekaligus memaknai semoga ini bisa memberi fajar harapan yang memiliki limpahan manfaat. Dia biasa dipanggil Fajrinafi, ada yang menyapa Ardi. Meski awal kehamilannya, kami tak kehendaki, tapi dengan nama melekat itu, berharap bisa jadi anak yang bawa berkah bagi keluarga, masyarakat serta agamanya. Seperti cahaya dan fajar terang, yang selalu dinanti kehadirannya.
***

Aku coba kenang kembali, betapa dulu benar-benar tiada kehendaki hadirnya. Tapi kini, adakah sesuatu yang istimewa darinya? Aku renungkan kebaikannya. Dia tak pernah menyusahkan aku baik dalam masa kehamilan, kala dilahirkan bahkan sampai kini. Dari awal kelahirannya lancar, hingga berusia 6 tahun, saat itu masih TK B. Kami merasa, perkembangannya lebih cepat daripada kakaknya saat seusia dirinya dulu. Bukan bermaksud membandingkan, memang anak kedua ini proses pembelajaran yang dialami selalu lancar. Keluar sedari bangku TK, sudah lancar baca, pikirannya kritis ada dalam tanya dan ucapannya.

Meski demikian, kami yakin setiap anak memiliki kelebihan dan kepandaian berbeda. Kadang aku khawatir, bagaimana bisa memenuhi kebutuhannya. Tiba-tiba aku teringat firman Allah SWT, “Dan, tidak ada suatu binatang melata pun di bumi, melainkan Allahlah yang memberikan rezekinya…” (Qs. Huud-11). Jadi, apalagi yang ditakuti? Kepercayaanku tumbuh, kupandangi wajah yang teduh. Allah telah mengubah hatiku.

Sesuai janji-Nya, setiap bayi ada rizkinya, begitu yang sering kudengar. Saat anak kedua berumur 7 bulan, aku coba lamar pekerjaan, Alhamdulillah diterima mengajar di SD swasta milik sebuah yayasan, yang kebetulan baru setahun berdiri. Satu bulan kemudian, mendapat panggilan test dan wawancara di Lembaga Bimbingan Belajar yang ada di Jalan Siberut, Alhamdulillah diterima. Waktu mengajarnya pun tidak bertabrakan dengan yang di SD pagi hari, di LBB lebih banyak sorenya. Dan suamiku diterima sebagai karyawan di salah satu percetakan. Lagi-lagi syukurku kepada Allah. Nyata semua ketakutanku tak beralasan. Bahkan anak keduaku jadi teman bermain yang menyenangkan si sulung.

Bulan berganti tahun, anak-anak tumbuh berkembang seanak panah melesat dari busurnya. Anak pertamaku Aham duduk di bangku kelas 2 SD, adiknya Ardi kelas 1 SD. Sering kupandangi wajah anak-anakku yang tertidur pulas, setelah seharian sekolah. Ya Allah, nikmat-Mu manalagi yang kuingkari, memiliki dua anak lelaki yang hampir semua orang bilang seperti kembar; ganteng, sholeh, cakap. Tapi khawatir tetap ada, mampukah kami jaga amanah-Mu ini Ya Allah?

Saat ini, aku tengah pandangi anak pertama Aham bersama adiknya Ardi asyik bermain. Aku teringat awal kehamilan kedua, betapa sangat tak mengharapkan, tapi kini setelah lahir, semua berubah. Aku benar-benar merasakan penyesalan dalam, mengingat segala upaya menggugurkan kandunganku dulu, padahal kini anak keduaku, menjadi pelengkap kebersamaan kami di mana pun berada. Tak jarang sikap, dan ucapan Ardi layaknya orang dewasa.
***

Pernah suatu ketika aku dan suami sedang bingung masalah keuangan. Saat itu si sulung Aham baru masuk Sekolah Dasar, banyak sekali administrasi yang harus dibayar. Bersamaan itu Ardi masih duduk di bangku TK membutuhkan biaya untuk acara rekreasi sekolah. Kami ingin semua bisa terjawab, Aham dapat terbayar administasi sekolahnya, Ardi bisa mengikuti rekreasi.

Ternyata harus mengorbankan salah satu, Ardi tak jadi rekreasi. “Adik Ardi, ma’af ya, kalau akhirnya kita tak bisa ikut rekreasi” kataku sedikit menghibur, agar tak terlalu sedih. Ia justru menjawab, “Mama minta ma’af kenapa? Tidak ikut rekreasi tidak apa mama. Kan justru kasihan, kalau sampai Mas Aham tak bisa masuk SD”. Sungguh aku tak menyangka, anak seusia Ardi, baru berumur 5 tahun, sudah bisa berfikir sejauh itu.

Tidak hanya kisah itu, ketika Mbah Kakungnya meninggal, dia sempat bertanya sambil menangis “Ma, kok Mbah Kung meninggal, apa karena capek gendong aku terus ya?”. Saat itu Ardi berusia 4 tahun, setiap hari ketika aku dan suami bekerja, Ardi di rumah bersama Mbah Kakung dan Mbah Utinya. “Tidak nak, Mbah Kung meninggal sebab sakit jantung, dan Allah ternyata lebih sayang kepada Mbah Kung” jawabku.

Sampai 6 bulan setelah Mbah Kungnya meninggal, Ardi masih suka mengingat saat-saat bersama Beliau, dia sering berkata “Ma, aku kangen Mbah Kung”. Segera, aku ajak mendo’akannya dan Alhamdulillah, setiap kali selesai berdoa, dia berkata, “Sudah sembuh Ma, kangennya sama Mbah Kung”.

Banyak teladan yang bisa kami ambil dari sikap, ucapan dan perilakunya. Meski masih kanak, yang dia lakukan menyadarkan kami sebagai orang tua untuk dapat berperilaku lebih baik, dan beri contoh tak hanya kata-kata, tapi lebih pada perbuatan. Misal saat ada tugas dari sekolah, dia tak tidur sebelum selesai mengerjakan, bahkan rela tinggalkan waktu bermain bersama kakaknya, demi tanggung jawabnya terhadap tugas yang diberi gurunya. Dia merasa bersalah, jika telah berbuat kekeliruan, dan segera meminta maaf atas apa yang dilakukan.

Kami yakin, setiap anak punya kelebihan kepandaian masing-masing. Aku dan suami merasa menyesal serta malu, jika teringat usahaku menolak kehadirannya dulu. Ternyata yang dulu tidak kami harapkan, menjadi fajar terang di tengah keluarga, seperti namanya. Tinggal ikhtiar kami dalam menjaga membesarkan mereka, agar menjadi hamba-hamba Allah yang senantiasa menebar kebajikan, amin.

*) Farida-Suliadi, adalah Wali dari Ananda Ahmad Fika Wahyu Fardiansyah (siswa kelas 2-Abu Bakar) dan Ahmad Fajrinafi Wahyu Fardiansyah (siswa kelas 1-Ali). Alamat sekarang di Jl. Soekarno Hatta VI/12 Ponorogo. Penulis adalah istri dari Suliadi.
Dijumput dari:  http://sastra-indonesia.com/2013/06/makna-sebuah-nama/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita