Sejak abad pertama hijrah, masyarakat Islam sudah mulai menghadirkan taman dan kebun di lingkungannya.
Heri Ruslan
http://www.republika.co.id/
Semrawut dan kumuh.Itulah gambaran suasana sebagian besar perkotaan yang dihuni masyarakat Muslim, saat ini. Tak heran, jika masyarakat Muslim kerap dikritik lantaran kurang begitu peduli terhadap alam dan lingkungan. Suasana perkotaan masyarakat Muslim masa kini ternyata sungguh kontras bila dibandingkan 10 abad silam.
Ketika masa kekhalifahan dan era keemasannya, pemandangan kota-kota Islam begitu mencengangkan. Begitu indah, tertib dan nyaman. Suasana kota-kota Islam di masa kejayaan, tak bisa dibandingkan dengan kota-kota di Eropa masa kini, sekalipun. ‘’Kota-kota Eropa saat ini tak menawarkan cita rasa yang lebih,’’ papar John William Draper dalam History of the Conflict Between Religion and Science.
Menurut Draper, pada abad ke abad ke-10 M, jalan-jalan di kota masyarakat Muslim Cordoba begitu halus dan mulus serta bertabur cahaya pada malam hari. Rumah-rumah penduduknya pun begitu indah berhiaskan lukisan dinding dan permadani. Rumahrumah penduduk Muslim dizaman itu terasa hangat di musim dingin, karena sudah dilengkapi dengan tungku perapian.
Bila musim panas menjelang,suasana rumah terasa sejuk dengan aroma wewangian yang berasal dari kebun bunga yang dihubungkan melalui pipa bawah tanah. Kontras dengan Barat yang saat itu dikepung kekumuhan, kota-kota Islam dilengkapi dengan beragam fasilitas publik yang lengkap dan di rumahrumah masyarakatnya juga memiliki kamar mandi, perpustakaan, ruang makan, serta air mancur.
‘’Seluruh kota dan negeri Muslim di Spanyol penuh dengan keramah-tamahan,’’ papar Draper. Kekaguman dan kesan yang sama terhadap kota-kota Muslim di era keemasan juga dilontarkan David Talbot Rice dalam Islamic Art, Thames and Hudson. ‘’Pada era supremasi Samara (836 M – 883 M), masyarakat Muslim begitu konsen pada seni. Salah satu yang paling cerdas dan sejarah Islam,’’ ungkap Rice memuji. Bangunan rumah, masjid, istana dan taman pada masa itu berdiri dengan megah dan indah.
‘’Masyarakat Muslim Arab suka sekali menghiasi lingkungannya,’’ imbuh Gustave Le Bon dalam La Civilisation des Arabes. Menurut Le Bon, karakteristik seni masyarakat Muslim Arab di era keemasan begitu imajinatif, cerdas, megah dan rimbun dalam dekorasi. Selain itu, detail-detailnya begitu fantastis. Hal itu bisa dilihat dari taman-taman yang dibangun pada masa itu.
Saat era kejayaan Islam, Malaga – kota pelabuhan di Andalusia,Spanyol – tampak mempesona jika dilihat dari berbagai penjuru, sekalipun. Dari Velez hingga Fuengirola yang berjarak lebih dari 40 mil (64,36 km), pantai Malaga menampakkan perkebunan daun ara yang tak terputus. Begitu indah dan mempesona.
Peradaban Islam di era keemasan memang sangat memberi perhatian yang besar pada tumbuhtumbuhan. Tak heran, jika Felipe Fernndez-Armesto, seorang guru besar sejarah global environmental dari University of London mengatakan, peradaban Islam di abad kejayaan begitu memperhatikan kehadiran taman. ‘’Pada dasarnya taman atau kebun merupakan suatu seni yang mulia,’’ papar Armesto.
Bukan tanpa alasan, jika masyarakat dan penguasa Muslim di era kejayaan begitu suka menghadirkan taman dan kebun di sekeliling lingkungan dan rumah. ‘’Pastilah ada alasan yang jelas yang melandasi keberadaan taman yang tersebar di mana-mana sebagai salah satu bentuk seni dalam dunia Muslim,’’ papar R Ettinghausen dalam Introduction, in The Islamic Garden.
Salah satu alasan hadirnya taman dalam peradaban Islam adalah janji adanya surga di hari akhir. Allah SWT kerap mengungkapkan dan menggambarkan surga dalam Alquran dengan taman. ‘’Sesungguhnya orangorang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) dan di mata air-mata air.’’ (QS Adz Dzaariyaat:15).
Firman Allah SWT dalam surat Al Waaqi’ah (hari kiamat) ayat 27-34 juga menggambarkan surga sebagai sebuah taman dan kebun yang indah, rindang, dan berbuah lebat. Deskripsi surga bak taman dan kebun itu memainkan peranan yang penting dalam kosmografi dan keyakinan keagamaan umat Muslim.
Sejak abad pertama hijrah,masyarakat Islam sudah mulai menghadirkan taman dan kebun di lingkungannya. Kehadiran taman terus menyebar dan meluas di dunia Islam mulai dari Spanyol hingga India. Menurut MW Dols dalam Herbs, Middle Eastern; Dictionary of Middle Ages, salah satu contoh taman Islami ada di Istana Singa kompleks Masjid Alhambra.
AM Watson dalam tulisannya Agricultural Innovation in the Early Islamic World mengungkapkan betapa banyaknya taman dan kebun yang dibangun di kota-kota Islam pada masa keemasannya. Ia mencontohkan, di Fustatkota tua Kairo pada era Tulunid terdapat ribuan taman pribadi.
Orang-orang di kota itu memiliki cita rasa dan selera yang tinggi terhadap taman dan kebun. Penjelajah dari Persia, Nasir-i Khusraw menjadi saksi betapa saat itu, di kota Fustat, muncul taman dan kebun buah-buahan seperti jeruk, pisang, beragam bunga, dan tanaman yang wangi. Taman dan kebun itu diairi oleh mesin irigasi.
Taman dan kebun juga bertebaran di Basra, Irak. Di Irak saat itu terdapat 40 ribu kebun buahbuahan. Malah di Damaskus -pusat kekuasaan Dinasti Umayyah -terdapat 110 ribu kebun dan taman. Satu kebun di kota Samarra pada abad ke-9 M luasnya bisa mencapai 432 acre (196,5 ha).
Tak heran, jika dua duta besar Kerajaan Bizantium yang tiba di Baghdad awal abad ke-10 terpesona dengan indahnya taman dan kebun. Ettinghausen menambahkan, penduduk Turki juga begitu menggemari bunga-bunga yang cantik. Tak heran, jika di mana-mana tersebar taman. Pada abad ke-16, orang Turki sangat menyukai bunga.
Di kota-kota Muslim lainnya di Afrika Utara, pada era keemasan juga disemarakkan dengan kehadiran taman-taman. Tunisia, Aljazajair, Marrakech dihiasi taman dan kebun. Bahkan di Maroko, Sa’did Ahmad Al-Mansur secara khusus menghadirkan konsep taman Alhambra di istana Badi of Marrakech. Di Aljazair malah terdapat 20 ribu kebun dan taman. Begitulah kota-kota Islam era keemasan menampilkan pesonanya melalui kebun dan taman.
Pesona Taman Abbasiyah
Seni hortikultura pada era kekhalifahan Abbasiyah banyak dipengaruhi Assyria dan Persia. Namun, dalam seni taman atau kebun, Dinasti Abbasiyah memiliki kreasi baru tersendiri. Seni taman Abbasiyah memadukan beragam elemen ke dalam bentuk yang bersifat lebih Islami.
Menurut Prof Qasim Al-Samarrai dari Cambridge University, transformasi beragam elemen seni taman ke dalam bentuk yang Islami didukung oleh perpaduan kekuatan budaya Abbasiyah. Ketika Abbasiyah berkuasa, taman dan kebun begitu semarak menghias kota, lingkungan permukiman warga, dan istana.
Sepanjang era kekhalifahan itu,ada dua taman yang begitu ekslusif yakni taman di Baghdad dan Samarra – ibu kota kedua Dinasti Abbasiyah yanng berjarak 110 km dari Baghdad. Samarra dibangun Khalifah Al-Mu’tasim pada 835 M. Meski tak banyak literatur yang membahas desain arsitektur taman Abbasiyah, namun fakta menunjukkan taman di era itu begitu indah.
Bukti-bukti itu bisa dilihat di istana Samarra dan dan Baghdad. Khalifah Al-Mu’tadid meletakan fondasi istana raja di dekat Tigris. Setelah itu, dia membangun istana lainya, yakni istana Thurayya. Kedua istana itu makin memikat mempesona karena dihiasi dengan taman yang indah.
Seorang ahli geografi Al-Ya’qubi pada 889 M mencatat, Khalifah Al- Mu’tasim mengubah tanah-tanah kosong menjadi taman dan kebun bagi kelas atas, Di setiap taman dan kebun terdapat tempat peristirahan dan tempat untuk bermain pacuan kuda dan permainan polo. Pembangunan taman dan kebun yang hijau itu ditopng dengan pembangunan sarana irigasi yang sudah terbilang modern pada zamannya.
Perintis Kebun Raya
Umat Islam di era keemasan begitu menyukai dan menggemari tanaman. Tak heran, bila kemudian di kota-kota Muslim, kala itu, tersebar begitu banyak taman dan kebun. Menurut A Watson dalam Agricultural Innovation in the Early Islamic World, orang-orang Muslim-lah yang merintis dan pertama kali membangun kebun raya (botanical garden).
Kecintaan Muslim di era kejayaan terhadap tanaman baik bunga maupun pohon buah-buahan begitu tampak dari puisi-puisi zaman Abbasiyah. Rawdiya atau syair tentang taman menjadi salah satu tema puisi yang utama di abad ke-8 M hingga ke-10 M. Melalui puisi-puisi bertema taman, para penyair masa itu menggambarkan betapa sejuk dan teduhnya kota waktu itu.
Selain itu, para penyair melalui puisi dan syairnya juga melukiskan semerbak aroma wangi bunga dan gemericik irama air yang mengalir di taman dan kebun. Genre sajak dan syair bertema taman dan kebun, papar Watson, pada abad ke- 11 M mulai digandrungi umat Muslim di Andalusia, Spanyol. Hal itu membuktikan bahwa masyarakat Muslim di era itu begitu menyukai taman dan kebun.
Para pemimpin dan masyakarat Muslim di era kejayaan menjadikan taman dan kebun sebagai karya seni yang monumental. Dari ratusan ribu taman, Watson mencatat, di era kekhalifahan terdapat beberapa taman atau kebun yang begitu spektakuler. Taman yang begitu indah dan mempesona itu, tutur Watson, antara lain; taman Al-Mu’tasam di Samarra; taman istana Amir Aghlabid di Tunisia,
Selain itu, taman era keemasaan Islam yang begitu elok dan memikat adalah Taman Hafsid di Tunisia. Hafsid merupakan penguasa dari Dinasti Fatimiyah, Mesir. Watson juga mengungkapkan, taman di istana raja yang berada di Fez dan Marakesh, Maroko juga begitu bagus.
Sedangkan, kebun raya yang paling menakjubkan di era itu adalah kebun raya Abd Al-Rahman – amir pertama Dinasti Umayyah di Spanyol. Tak cuma itu,masyarakat dunia Muslim era keemasan juga memiliki taman Huertal del Rey di Toledo, taman raja Taifa Spanyol, taman il-Khans dan Timurid di Tabriz, serta taman Mahmud Ghazna di Balkh.
Salah satu penguasa Muslim yang menaruh perhatian besar terhadap taman dan kebun adalah Khumarawaih. Dia adalah seorang penguasa Tulunid di Mesir pada akhir abad ke-9 M yang membangun sebuah taman istana dengan gaya Persia. Menurut Al-Maqrizi, yang membuat taman istana yang dibangun Khumarawaih menjadi istimewa adalah koleksi tanaman palemnya.
Penguasa era keemasan yang juga begitu cinta pada bunga-bungan adan aneka tanaman adalah Abd Al-Rahman – Amir pertama Dinasti Umayyah di Spanyol. Di tamannya terdapat koleksi tanaman-tanaman langka yang berasal dari berbagai belahan dunia. Untuk mendapatkan tanaman dan bunga-bunga yang langka, dia mengirimkan agennya ke Syiria dan wilayah timur untuk memperoleh benih dan tanaman baru. Tak heran, jika pada abad ke-10 M, taman Istana Cordoba sudah tampak seperti kebun raya.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Junianto
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abang Eddy Adriansyah
Abdi Purmono
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurahman Wahid
Abidah el Khalieqy
Abiyyu
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achiar M Permana
Ade Ridwan Yandwiputra
Adhika Prasetya
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Adreas Anggit W.
Adrian Ramdani
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunarto
Agus Utantoro
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajie Najmudin
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Saefudin
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alhafiz K
Ali Shari'ati
Alizar Tanjung
Alvi Puspita
Alwi Karmena
Amarzan Loebis
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Amiruddin Al Rahab
Amirullah
Amril Taufiq Gobel
Amy Spangler
An. Ismanto
Andrea Hirata
Andy Riza Hidayat
Anes Prabu Sadjarwo
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anne Rufaidah
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anung Wendyartaka
Anwar Holid
Aprinus Salam
Ari Dwijayanthi
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Aris Darmawan
Aris Kurniawan
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asep Yayat
Askolan Lubis
Asrul Sani
Asvi Marwan Adam
Asvi Warman Adam
Audifax
Awalludin GD Mualif
Awaludin Marwan
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Bambang Bujono
Bambang Irawan
Bambang Kempling
Bambang Unjianto
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonnie Triyana
Bre Redana
Brunel University London
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hatees
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cepi Zaenal Arifin
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Cucuk Espe
D Pujiyono
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darwin
David Krisna Alka
Dedy Tri Riyadi
Deni Ahmad Fajar
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dicky
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Dodi Ambardi
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Khoirotun Nisa’
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Suprianto
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulwesi
Endi Haryono
Endri Y
Enung Sudrajat
Erwin
Erwin Dariyanto
Erwin Setia
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evieta Fadjar
F. Aziz Manna
Fadjriah Nurdiarsih
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Farida-Suliadi
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Feby Indirani
Felik K. Nesi
Fenny Aprilia
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Firdaus Muhammad
Firman Nugraha
Fuad Nawawi
Galang Ari P.
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Maryanto
Guntur Alam
Gus tf Sakai
Gusti Eka
H Marjohan
HA. Cholil Mudjirin
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hanik Uswatun Khasanah
Hans Pols
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hawe Setiawan
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Heru Nugroho
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Hudel
Humaidiy AS
Humam S Chudori
I.B. Putera Manuaba
Ibn Ghifarie
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idrus
Ignas Kleden
Ika Karlina Idris
Ilham khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tranggono
Indrian Koto
Intan Indah Prathiwie
Inung AS
Iskandar Noe
Iskandar P Nugraha
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut Fitra
J.J. Rizal
Jacques Derrida
Jafar Fakhrurozi
Jafar M Sidik
Jafar M. Sidik
Jaleswari Pramodhawardani
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jean-Marie Gustave Le Clezio
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ Rizal
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Jonathan Ziberg
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku
Juli
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kang Warsa
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasijanto Sastrodinomo
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Keith Foulcher
Khansa Arifah Adila
Khisna Pabichara
Khrisna Pabichara
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristine McKenna
Kritik Sastra
Kukuh Yudha Karnanta
Kurie Suditomo
Kurniawan Yunianto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L. Ridwan Muljosudarmo
Lan Fang
Langgeng W
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Leo Kelana
Leo Tolstoy
Lia Anggia Nasution
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Abdullah Badri
M Aditya
M Anta Kusuma
M Fadjroel Rachman
M. Arman AZ
M. Faizi
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Misbahuddin
M. Mushthafa
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Makyun Subuki
Maman S Mahayana
Marcus Suprihadi
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Mashuri
Matroni
Matroni El-Moezany
Mawar Kusuma
Max Lane
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Miziansyah J.
Moh. Samsul Arifin
Mohammad Eri Irawan
Muhammad Antakusuma
Muhammad Firdaus Rahmatullah
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhammd Ali Fakih AR
Muhidin M. Dahlan
Mukhlis Al-Anshor
Mulyo Sunyoto
Munawir Aziz
Murnierida Pram
Musa Asy’arie
Mustafa Ismail
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nandang Darana
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Nazar Nurdin
Nenden Lilis A
Nezar Patria
Nina Herlina Lubis
Ning Elia
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nobel
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novelet
Nu’man ‘Zeus’ Anggara
Nunik Triana
Nur Faizah
Nur Wahida Idris
Nurcholish Madjid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurman Hartono
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Obrolan
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Olivia Kristinasinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Oyos Saroso H.N.
Pandu Jakasurya
Parak Seni
Parakitri T. Simbolon
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Pembebasan Sastra
Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta-Toer
Pringadi Abdi Surya
Pringadi AS
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Rahmat Hidayat
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ranang Aji S.P.
Ranggawarsita
Ratih Kumala
Ratna Sarumpaet
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Rengga AP
Resensi
Resistensi Kaum Pergerakan
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Risang Anom Pujayanto
Riswan Hidayat
Riyadi KS
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rojil Nugroho Bayu Aji
Rukardi
S Sopian
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sari Oktafiana
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra
Sastra Liar Masa Awal
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Selo Soemardjan
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Sevgi Soysal
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Slamet Hadi Purnomo
Sobih Adnan
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sotyati
Sri Wintala Achmad
St. Sunardi
Stefanus P. Elu
Stevy Widia
Sugi Lanus
Sugilanus G. Hartha
Suherman
Sukardi Rinakit
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Surat
Suripto SH
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susiyo Guntur
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi San
Syafruddin Hasani
Syahruddin El-Fikri
Syaiful Amin
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T Agus Khaidir
Tasyriq Hifzhillah
Tatang Pahat
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tia Setiadi
Tita Maria Kanita
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tony Herdianto
Tosa Poetra
Tri Purna Jaya
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulfatin Ch
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Utami Widowati
UU Hamidy
Veronika Ninik
Vien Dimyati
Vino Warsono
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W Haryanto
W. Herlya Winna
W.S. Rendra
Wahyu Heriyadi
Wahyu Hidayat
Wahyu Utomo
Walid Syaikhun
Wan Anwar
Wandi Juhadi
Warih Wisatsana
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Wayan Supartha
Wendoko
Wicaksono Adi
William Bradley Horton
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Wong Wing King
Y. Wibowo
Yang Lian
Yanuar Yachya
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopie Setia Umbara
Yos Rizal Suriaji
Yoserizal Zein
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudhi Herwibowo
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Zacky Khairul Uman
Zakki Amali
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhou Fuyuan
Zul Afrita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar