24/12/12

Membaca Perjalanan Sastra Sastrawan Sumatera Utara

M. Raudah Jambak
Harian Analisa, 7 Okt 2012

Beberapa waktu belakangan ini santer Hasan Al Banna diperbincangkan. Hal itu muncul ketika omong-omong sastra beberapa waktu lalu Hasan Al Banna didaulat sebagai pembicara.

Mungkin, karena Hasan Al Banna mencoba keluar dari dirinya untuk mengkritisi Hasan Al Banna, sehingga karya, peristiwa dan proses kreatif Hasan Al Banna mulai diulas. Sebagai bahan kritisi ilmiah ini menarik. Kekhawatiran itu muncul jika kritik itu muncul tidak berdasarkan objektivitas, tetapi subjektivitas. Sampan Zulaiha itu? Wah.
Sebenarnya, sebagaimana yang kita ketahui, Sumatera Utara masih tetap mendapat tempat di jagat sastra Indonesia. Hal itu terbukti ketika nama Amir Hamzah, Chairil Anwar, Sori Siregar, Mochtar Lubis, Sitor Situmorang, Iwan Simatupang, Hamsad Rangkuti, dan sebagainya, masih tetap menjadi bahan perbincangan sampai sekarang.

Perbincangan yang selalu ditelurkan seolah tidak pernah habis-habisnya menyebabkan muncul kecumburuan sosial sastrawan tertentu (dalam hal ini sastrawan yang kurang mendapat tempat) di kalangan sastra nasional.

Berangkat dari persoalan ini, rasanya sah-sah saja pemikiran seperti itu selalu muncul ke permukaan. Dekade Amir Hamzah mungkin sudah usai, tetapi demamnya sampai sekarang belum lerai. Masa Chairil Anwar sudah habis, tetapi auranya masih be lum terkikis.

Uniknya terlepas dari persoalan itu semua muncul sebuah pertanyaan, bagaimana dengan sekarang? Apakah ada sastrawan Sumatera Utara yang mendapat lirikan, bahkan tempat di singgasana sastra nasional? Bagaimana dengan penghargaan untuk sastrawan? Siapa yang pantas? Yang sudah meninggal? Atau yang masih hidup? Yang muda yang berkarya? Atau yang tua yang masih sibuk dengan nostalgia kata-kata?

Seorang A. Rahim Qahhar sering berujar, dia dan Damiri Mahmud adalah layar terakhir yang berusaha bertahan dalam gejolak gelombang keterpurukan sastra di Medan, khususnya. Untuk melaju menuju medan juang sastra nasional dan sekarang mungkin berada di pundak Hasan Al Banna.

Pernyataan ini ada kemungkinan benar. Artinya, ketika kita melihat produktifitas sastrawan yang berlangsung mandeg di kancah sastra nasional, dia muncul sebagai penjaga marwah sastrawan medan. Demikian juga halnya Damiri Mahmud. Produktifitas yang tidak mengenal mati seolah menjadi pemicu bagi sastrawan di medan untuk sama-sama berjuang maju.

Hanya saja yang perlu kita tilik dari persoalan ini adalah siapa lagi angkatan mereka yang tetap terus eksis? Kita mungkin sedikit berfikir berkerut kening. Rintik tetes di dahi menyudahi daftar terakhir yang sulit kita jumpai.

Bagaimana angkatan setelahnya? Ingatan kita tentu sampai pada nama-nama, seperti Idris Pasaribu, Tagor Anaxitianoor, Choqienk Soesilo Sakeh, Harta Pinem, Romulus ZI. Siahaan, Afrion Mahyuddin, Yulhasni, YS. Rat, Saiful Hadi JL, Suyadi San, Thompson HS, Ezra Dalimunthe, Washa S. Nasution, Teja Purnama, Aishah Bashar, Hasan Al-Banna, T. Sandi Situmorang, Embar T. Nugroho, Irwan Effendi, Rina Mahfuzah, Haya Aliya Zaki, Butet Benny Manurung, Januari Sihotang dan seterusnya, (mungkin masih banyak lagi yang terlewati). Dari deretan beberapa nama ini tentu kita akan melihat sesuatu yang menakjubkan.

Menakjubkan, maksudnya produktifitas yang mereka miliki (sempat) masih kita rasakan. Kita tidak pernah lupa dengan Bokor Hutasuhut, Ali Sukardi, AA. Bungga, B.Y. Tand, Lazuardi Anwar, NA. Hadian, R. Effendi KS, Sulaiman Sambas, Maulana Syamsuri, Darwis Rifai Harahap, Herman KS, dan sebagainya.

Menakjubkan dalam artian bagaimana sosok Hasan Al-Banna memastikan dirinya berada di singgasana sastra nasional dengan tulisan-tulisannya yang muncul di KOMPAS, TEMPO, Suara Pembaruan, Republika, HORIZON, Suara Merdeka, GONG. Menakjubkan bagaimana, Aishah Bashar, Suyadi San, T. Sandi situmorang, juga menapakkan kaki di kacah media sastra nasional itu.

Menkjubkan juga beberapa di antara sastrawan Medan ada yang tertidur pulas dengan tugas rutinnya, sehingga lelah mereka untuk tetap menderu bagai peluru menembus kancah sastra nasional.

A. Rahim Qahhar memang harus terus berangkulan dengan Damiri Mahmud. Idris Pasaribu, masih melesatkan peluru. Hasan Al-Banna, Ilham Wahyudi, T. Sandi Situmorang, Embar T. Nugroho juga Wahyu Widji Astuti, Ria Ristiana Dewi, Zuliana Ibrahim, Sartika Sari, Maulana Satria Sinaga, masih belum lelah menanam bom-bom waktu. Walau sesekali Ys. Rat masih menggeliat di waktu-waktu tertentu. Afrion masih bergerilya dengan dirinya. Thomson HS dengan opera Bataknya. Termasuk dengan Mihar Harahap, Teja Purnama, Saiful Hidayat, Hidayat Banjar, Romulus ZI Siahaan yang diharapkan menjadi singa tidak hanya beberapa waktu silam? Kita yakin mereka masih mengumpulkan nuklir di lemari-lemari besi.

Tulisan-tulisan yang pernah muncul ke permukaan diharapkan terus menggugah perjuangan sastra di medan. Yulhasni pernah ‘berbagi’ pendapat dengan Afrion. Darwis Rifai Harahap, Budi P. Hatees, Hidayat Banjar dan T. Agus Khaidir terus mengasah belati kritik?

Tulisan ini memang tidak bermaksud untuk menggurui. Kita hanya diajak untuk menggugah persoalan-persoalan yang sedang berlangsung di rumah sastra Medan. Memang dulu pernah ada FKS, OOS yang tetap bertahan, KSI yang terus memahat dunia jungkir balik sastra atau Komunitas HP yang (katanya) sering kehabisan pulsa.

Barangkali perlu ada beberapa hal yang perlu kita sikapi. Kekuatiran redupnya cahaya di rumah sastra Medan, mungkin terlalu banyak tangan yang merasa mampu untuk mengalirkan cahaya yang lebih terang. Persoalan yang terjadi selalu berhenti di dermaga kata-kata, debat kusir atau perasaan curiga. Mengira-kira tanpa ada pertim bangan yang valid.

Pujian yang lahir dan mengalir selalu ditujukan bagai orang-orang tertentu, kelompok-kelompok tertentu atas dasar like and dislike. Padahal mereka adalah kekayaan yang masih kita miliki. Kekayaan yang harus kita jaga. Kekayaan yang harus kita bina. Tanpa harus pilih kasih. Objektifitas masih diselimuti subjektifitas yang berlebihan.

Memang Hasan Al-Banna adalah mutiara kita saat ini, tetapi kita masih memiliki Ilham Wahyudi, Embar T. Nugroho, T. Sandi Situmorang, Sartika Sari, Wahyudi WA, Ria RD juga Maulana SS. Orang-orang seperti inilah yang harus kita jaga. Orang-orang seperti ini yang harus kita dukung. Orang-orang seperti ini yang harus kita perjuangkan.

Hanya saja, kenyataan di belakang layar, kita masih selalu mengatasnamakan diri pribadi. Kita lebih mementingkan kelompok kita. Kita masih sibuk bernostalgia dengan masa lalu yang secara jujur kita katakan, medan perjuangan yang harus kita kuasai sudah berbeda. Mengapa kita tidak bergandengan. Melangkah bersama untuk mengucapkan selamat tinggal debat kusir! Selamat tinggal kemunafikan!

Mari, bersama kita bisa. Demi kemajuan sastra di rumah sastra kita. Pernyataan kalau tidak karena saya musti patut dibuang jauh-jauh. Diganti dengan kalau bukan kita yang memegang layar sastra saat ini siapa lagi.

Kita tidak perlu alergi untuk mengangkat topi salute kepada A. Rahim Qahhar dan Damiri Mahmud yang terus menerus digodam kenyataan ‘kebencian’ bertubi-tubi. Kita juga tidak perlu ngeh kepada Idris Pasaribu yang tak pernah lelah menggodok dan mengasah batu-batu menjadi seonggok mutiara yang berkilau. Kita juga tidak perlu geli kepada Suyadi San yang juga tak pernah luntur memahat rebung menjadi bambu yang runcing ujungnya. Afrion yang masih asyik dengan obsesi-obsesinya. Jujur bukankah itu kenyataannya?

Sebuah perjalanan pada akhirnya akan sampai juga pada tujuannya. Terkadang tujuan itu seperti analogi yang agak sulit kita terjemahkan. Karya merupakan tujuan akhir dari sebuah perjalanan bersastra. Akhirnya, bukankah lebih baik meramu hidangan di dapur karya nyata daripada berenang-renang di angin lisan kata-kata?

Penulis Direktur Komunitas Home Poetry
Dijumput dari: http://www.analisadaily.com/news/read/2012/10/07/79380/membaca_perjalanan_sastra_sastrawan_sumatera_utara/#.UNd9-6x2Na8

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita