Judul buku: Identitas Politik Umat Islam
Pengarang: Kuntowijoyo
Penerbit: Mizan, Bandung, 1997
Tebal: xxvii+253 halaman
Peresensi: Sutejo
Merdeka, 2 Nop 1997
DALAM buku Dakwah & Politik Dai Berjuta Umat (1997),
Zainudin MZ mensinyalir tentang demokrasi kita yang bagai ‘’bunga dalam
jambangan’’. Karena itu, keberadaanya dipertahankan, dirawat, dan
disiram. Tapi dijaga jangan sampai tumbuh terlalu besar. Akarnya tak
boleh menghujat dalam (hal. 2003).
Bidikan kritis Zainudin demikian, tampaknya, banyak dirasakan oleh
banyak pengamat dan praktisi politik. Tak terkecuali Kuntowijoyo.
Kehadiran buku Identitas Identitas Poitik Umat Islam dari
tangan arifnya adalah suplemen khusus buat pendamba dan praktisi
demokrasi. Karena itu, dalam salah satu bagiannya yang menarik
-Kaidah-kaidah Demokrasi- (hal.9-104). Kuntowijoyo mengungkapkan adanya
parameter sebuah demokrasi: saling mengenal (ta’arruf), musyawarah (syura), kerja sama (ta’awun), menguntungkan umat (maslahah), adil (‘adil), dan adanya perubahan (taghsyir).
Ta’aruf dalam persepsi Kuntowijoyo mengamanatkan pentingnya
komunikasi dialogis. Tidak adanya dominasi satu kelompok atas kelompok
yang lain. Semua hal dilaksanakan atas kepentingan pihak terkait, tidak
monologis oleh kelompok mayoritas yang dominan. Bahkan, lebih dari itu, ta’aruf bisa menjadi cermin dari asumsi negara hukum.
Jika meneropong fenomena politik mutakhir, hal demikian boleh jadi
semacam antonimnya. Tak heran jika tiga tahun yang lalu Adam Schwarz
memandang picik tentang ketidakpastian hukum di tanah air. Sampai-sampai
dia bilang, tujuan hukum adalah untuk kepentingan pemerintah. Mengapa?
Karena kuatnya dominasi kelompok mayoritas yang punya otoritas di satu
sisi, sedangkan di sisi lain menuntut pihak lain wajib punya loyalitas.
Kondisi demikian, menurut Kuntowijoyo, ta’aruf tidak mungkin terjadi.
Tradisi musyawarah (syura) di Indonesia masih terlalu muda.
Sedang demokrasi sendiri yang dikenal di tanah air kita adalah produk
dunia modern (hal. 97). Demokrasi pada dunia (negara) modern -menurut
Max Weber- menuntut adanya sesuau yang legal-rasional.
Persoalannya, selama ini musyawarah mufakat kita ternyata sebuah
realita yang semu, sehingga tak mengherankan kalau Dr. Anwar Harjono
dalam buku Perjalanan Politik Bangsa (1997) mensinyalir bahwa
keberhasilan musyawarah-mufakat yang terjadi selama ini karena wibawa
dan pengaruh Presiden Soeharto, bukan pada proses musyawarah-mufakat itu
sendiri! Dilemanya, tentu akan menimbulkan persoalan pascasuksesi
nantinya.
Sedangkan kerja sama (ta’awun) dalam pandangan Kuntowijoyo
harus bermuara pada dua kepentingan: kepentingan manusia dan kepentingan
Tuhan. Demokrasi politik arifnya tiadanya hambatan dari kekuasaan.
Karena itu, demokrasi yang kita kehendaki adalah demokrasi yang berarti
‘’merdeka untuk’’ bukan dalam persepsi negatif yang berarti ‘’merdeka
dari’’.
Dalam wacana lebih luas, ta’awun ini menghendaki adanya demokrasi sosial dan ekonomi: tidak adanya dualisme ekonomi, monopoli, oligopoli, nepotisme, dan ersattz capitalism!
Ketidakmaslahan dalam demokrasi sering terjadi karena dalam praktek demokrasi tidak terjadi apa yang disebut dengan politik amar ma’ruf nahi munkar.
Prakteknya, masih dijumpai masyarakat yang kuat ‘’membeli’’ demokrasi
(hal.101), dan ironinya masyarakat pun bersedia ‘menjual’ suaranya.
Dengan demikian, maslahah hanya menjadi milik para elit penguasa.
Jika perilaku politik Orde Baru yang dinilai oleh berbagai pihak ban cinde ban siladan (politik pandang bulu), tentu hal ini bisa jadi sebuah penafikan dari entitas demokrasi yang ‘adil. Pun, kalau nuansa demokrasi mengamanatkan pentingnya perubahan (taghyir), maka kemantaban status quo yang ‘’dipaksa-paksakan’’ menjadi cermin mutakhir yang sangat memprihatinkan.
Kalau pesta demokrasi 1997 lalu -di beberapa tempat- diwarnai
keonaran dan kerusuhan -puncaknyanya rusaknya surat suara karena
pembakaran massa di Sampang- (lihat Kompas, 31/5). Barangkali
satu aspeknya disebabkan oleh tidak terpenuhinya parameter yang
diusulkan Kuntowijoyo. Mengapa? Karena kecurangan masih saja terjadi.
Manipulasi tak henti. Tak pelak, hal ini memicu Kiai Alawy untuk
menyatakan pernyataan yang keras. Kenyataan ini memalukan, apalagi
dilakukan oleh orang “pintar”.
Akibatnya, Pancasila sebagai objektivasi Islam, sebagai asas tunggal
-dalam kehidupan demokrasi politik-, baru merambah pada matra
strukturasi dan mekanisme, bukan pada matra substansinya!
Pembahasan yang dilakukan Kuntowijoyo dalam buku ini “mengingkarkan”
pembahasan politik klasik —yang menekankan pada syariah dan akhlak–.
Karena itu, pemikiran politik klasik seperti Al-Farabi, Al-Mawardi, dan
Ibn Taimiyah disingkirkan, karena mengandung asumsi negara kerajaan.
Sebaliknya, penjelajahan macam yang dilakukan Abul A’la Al Maudadi dan
Musthafa Husni As-Sibai’i menarik diketengahkan karena mengandung
asumsi tentang negara Republik dengan pemahaman tentang system (hal.
xxv).
Kuntowijoyo meninggalkan pendekatan akhlak (moral yang bergerak ke
pendekatan sistem yang impersonal! Meski katanya, pendekatan ini akan
bisa menjadi sangat popular karena adanya tuntutan clean government.
Umat Islam karenanya, sudah waktunya mempunyai dokumen politik yang
tidak ‘’sekadar’’ syariah dan akhlak, tetapi berbicara tentang kenyataan
yang konkret. Pentingnya semacam jembatan antara akhlak dan sistem,
moralitas pribadi dan realitas politik perlu dibangun!
Sayang, selama ini semboyan politik yang berpayung amal saleh, ‘’politik akhlaqul karimah’’ atau ‘’politik amar ma’ruf nahi munkar’’ hanya menjadi utopianisme, karena adanya semacam pelembagaan. Karena itu, kata Kuntowijoyo, tanpa pelembagaan politic of meaning itu akan menjadi meaning, dan tak pernah menjadi politics (hal.74).
Di sinilah, menurutnya, pentingnya keberadaan Organisasi Peserta
Pemilih (OPP). Ini pun hubungan umat dengan partai harus instrumental
dan sementara. AArtinya, kalau suatu partai tidak lagi aspiratif
terhadap umat dapat saja meninggalkannya setelah melakukan evaluasi.
Kalau format politik Islam secara historis pernah demikian kuat dan
pengaruh dan ‘’perilakunya’’ yang karenanya –hanya menjadi instrument
dalam kondisi krisis macam tahun 1965- maka sejarah itu tentu tidak
boleh berulang.
Bagaimana agar umat Islam bisa berperan dengan baik? Kuntowijoyo
melontarkan alternatif berpolitik Islam sebagaimana tersirat pada ujung
bagian objektivasi (hal. 76). Didirikannya semacam ‘’Partai Islam Plus’’, ‘’Partai Tanpa Nama’’, atau pun didirikannya ‘’Partai campuran’’.
Selain hal-hal di atas, Kuntowijoyo juga membahas tentang Pancasila yang sering menjadi mitos dan menafikan objektivasi, politik
industrialisasi sampai pentingnya strategi dan metode berpolitik umat
Islam. Semua itu dibahasnya dengan investigasi dan pola penalaran yang
argumentatif dan dalam.
Sebagai buku amatan, karya Kuntowijoyo ini sebuah karya yang rasional, plus empatif. Rasional, karena penalaran Kuntowijoyo sebagai ilmuwan ‘ulung’ yang tak perlu diragukan lagi kompetensinya. Sedangkan empatif, karena sosok Kuntowijoyo yang di samping sebagai ilmuwan, juga sebagai sastrawan.
Buku ini sekaligus merupakan penjelajahan empati untuk memberdayakan
dan pemihakan pada ‘’wong cilik’’. Karena itu, tak jarang karya sastra
yang ditulisnya juga bertemakan politik: Laki-laki yang Kawin dengan Peri (1995) yang menjadi label kumpulan cerpen Kompas dua tahun lalu adalah bukti konkret empatinya.
*) Sutejo atau S. Tedjo Kusumo, Dosen Kopertis VII Surabaya, tinggal di Ponorogo, Jatim.
Dijumput dari: http://sastra-indonesia.com/2012/12/ijtihad-demokrasi-kuntowijoyo/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Junianto
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abang Eddy Adriansyah
Abdi Purmono
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurahman Wahid
Abidah el Khalieqy
Abiyyu
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achiar M Permana
Ade Ridwan Yandwiputra
Adhika Prasetya
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Adreas Anggit W.
Adrian Ramdani
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunarto
Agus Utantoro
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajie Najmudin
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Saefudin
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alhafiz K
Ali Shari'ati
Alizar Tanjung
Alvi Puspita
Alwi Karmena
Amarzan Loebis
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Amiruddin Al Rahab
Amirullah
Amril Taufiq Gobel
Amy Spangler
An. Ismanto
Andrea Hirata
Andy Riza Hidayat
Anes Prabu Sadjarwo
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anne Rufaidah
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anung Wendyartaka
Anwar Holid
Aprinus Salam
Ari Dwijayanthi
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Aris Darmawan
Aris Kurniawan
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asep Yayat
Askolan Lubis
Asrul Sani
Asvi Marwan Adam
Asvi Warman Adam
Audifax
Awalludin GD Mualif
Awaludin Marwan
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Bambang Bujono
Bambang Irawan
Bambang Kempling
Bambang Unjianto
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonnie Triyana
Bre Redana
Brunel University London
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hatees
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cepi Zaenal Arifin
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Cucuk Espe
D Pujiyono
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darwin
David Krisna Alka
Dedy Tri Riyadi
Deni Ahmad Fajar
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dicky
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Dodi Ambardi
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Khoirotun Nisa’
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Suprianto
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulwesi
Endi Haryono
Endri Y
Enung Sudrajat
Erwin
Erwin Dariyanto
Erwin Setia
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evieta Fadjar
F. Aziz Manna
Fadjriah Nurdiarsih
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Farida-Suliadi
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Feby Indirani
Felik K. Nesi
Fenny Aprilia
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Firdaus Muhammad
Firman Nugraha
Fuad Nawawi
Galang Ari P.
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Maryanto
Guntur Alam
Gus tf Sakai
Gusti Eka
H Marjohan
HA. Cholil Mudjirin
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hanik Uswatun Khasanah
Hans Pols
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hawe Setiawan
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Heru Nugroho
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Hudel
Humaidiy AS
Humam S Chudori
I.B. Putera Manuaba
Ibn Ghifarie
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idrus
Ignas Kleden
Ika Karlina Idris
Ilham khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tranggono
Indrian Koto
Intan Indah Prathiwie
Inung AS
Iskandar Noe
Iskandar P Nugraha
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut Fitra
J.J. Rizal
Jacques Derrida
Jafar Fakhrurozi
Jafar M Sidik
Jafar M. Sidik
Jaleswari Pramodhawardani
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jean-Marie Gustave Le Clezio
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ Rizal
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Jonathan Ziberg
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku
Juli
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kang Warsa
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasijanto Sastrodinomo
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Keith Foulcher
Khansa Arifah Adila
Khisna Pabichara
Khrisna Pabichara
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristine McKenna
Kritik Sastra
Kukuh Yudha Karnanta
Kurie Suditomo
Kurniawan Yunianto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L. Ridwan Muljosudarmo
Lan Fang
Langgeng W
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Leo Kelana
Leo Tolstoy
Lia Anggia Nasution
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Abdullah Badri
M Aditya
M Anta Kusuma
M Fadjroel Rachman
M. Arman AZ
M. Faizi
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Misbahuddin
M. Mushthafa
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Makyun Subuki
Maman S Mahayana
Marcus Suprihadi
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Mashuri
Matroni
Matroni El-Moezany
Mawar Kusuma
Max Lane
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Miziansyah J.
Moh. Samsul Arifin
Mohammad Eri Irawan
Muhammad Antakusuma
Muhammad Firdaus Rahmatullah
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhammd Ali Fakih AR
Muhidin M. Dahlan
Mukhlis Al-Anshor
Mulyo Sunyoto
Munawir Aziz
Murnierida Pram
Musa Asy’arie
Mustafa Ismail
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nandang Darana
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Nazar Nurdin
Nenden Lilis A
Nezar Patria
Nina Herlina Lubis
Ning Elia
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nobel
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novelet
Nu’man ‘Zeus’ Anggara
Nunik Triana
Nur Faizah
Nur Wahida Idris
Nurcholish Madjid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurman Hartono
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Obrolan
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Olivia Kristinasinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Oyos Saroso H.N.
Pandu Jakasurya
Parak Seni
Parakitri T. Simbolon
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Pembebasan Sastra
Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta-Toer
Pringadi Abdi Surya
Pringadi AS
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Rahmat Hidayat
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ranang Aji S.P.
Ranggawarsita
Ratih Kumala
Ratna Sarumpaet
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Rengga AP
Resensi
Resistensi Kaum Pergerakan
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Risang Anom Pujayanto
Riswan Hidayat
Riyadi KS
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rojil Nugroho Bayu Aji
Rukardi
S Sopian
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sari Oktafiana
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra
Sastra Liar Masa Awal
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Selo Soemardjan
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Sevgi Soysal
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Slamet Hadi Purnomo
Sobih Adnan
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sotyati
Sri Wintala Achmad
St. Sunardi
Stefanus P. Elu
Stevy Widia
Sugi Lanus
Sugilanus G. Hartha
Suherman
Sukardi Rinakit
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Surat
Suripto SH
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susiyo Guntur
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi San
Syafruddin Hasani
Syahruddin El-Fikri
Syaiful Amin
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T Agus Khaidir
Tasyriq Hifzhillah
Tatang Pahat
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tia Setiadi
Tita Maria Kanita
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tony Herdianto
Tosa Poetra
Tri Purna Jaya
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulfatin Ch
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Utami Widowati
UU Hamidy
Veronika Ninik
Vien Dimyati
Vino Warsono
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W Haryanto
W. Herlya Winna
W.S. Rendra
Wahyu Heriyadi
Wahyu Hidayat
Wahyu Utomo
Walid Syaikhun
Wan Anwar
Wandi Juhadi
Warih Wisatsana
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Wayan Supartha
Wendoko
Wicaksono Adi
William Bradley Horton
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Wong Wing King
Y. Wibowo
Yang Lian
Yanuar Yachya
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopie Setia Umbara
Yos Rizal Suriaji
Yoserizal Zein
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudhi Herwibowo
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Zacky Khairul Uman
Zakki Amali
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhou Fuyuan
Zul Afrita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar