28/07/12

Pembelajaran di Balik Gunung Matahari

Eko Hendri Saiful
_Harian Surya, 2011

Ketika saya berjalan hilir mudik di lingkungan kampus untuk mengikuti kegiatan perkulihaan, beberapa rekan mahasiswa baru menyapa.  Mereka menjabat tanganku dan  bertanya tentang kabar , kegiatan  dan juga tempat tinggalku.  Kami bercakap-cakap mengenai banyak hal. Salah satunya mengenai identitas rekan-rekan mahasiswa yang menjadi panitia Osma 2011. Mereka juga menanyakan mengenai makna tema ’’Mendaki Gunung Matahari ’’ padaku. Aku merasa mendapatkan pengalaman dan pelajaran baru dari percakapan kami. Mereka juga bercerita mengenai kesan dan pesan selama Osma berlangsung.


Jarak antara senior dan junior yang sempat di batasi oleh Osma telah hilang seiring berjalannya waktu. Rasa sakit,  panas, dan kelelahan selama mengikuti apel siang telah hilang dan melebur menjadi sebuah kesan yang saling membuka hati masing-masing. Antara senior dan junior. Antara peserta dan panitia. Senang hati saya ketika mendengar beberapa dari mereka memberikan apresiasi terhadap kesuksesan Osma 2011.  Kebanggaan timbul dihati. Sekalipun aku hanya seekor semut yang memiliki kegersangan motivasi yang hidup dalam keluarga besar kepanitiaan Osma.

Mengingat Minggu lalu. Kembang api yang berjajar di samping panggung meluncur deras ke udara dengan cahayanya yang memancar memecah kegelapan malam. Bersama itu pula sirine berbunyi dengan suaranya yang melengking menjadi tanda berakhirnya Osma 2011. Kembang api dan sirine itulah yang menjadi saksi dan bukti akan kerekatan hati antara panitia, peserta dan pimpinan kampus. Kerekatan hati yang tertanam di ladang mimpi. Dan ladang itu tersimbolkan oleh keanggunan malam inagurasi Osma 2011. Keanggunan yang hanya mampu terlukiskan oleh mata, telinga, pikiran dan hati kita.

Saya menangis ketika malam inagurasi usai. Perdebatan, pertengkaran, kekacauan dan permusuhan telah berkumpul menjadi sebuah keutuhan energi yang menggerakkan tangan dan kaki kami untuk berjoget dan menghibur diri. Di belakang kami duduklah ayah dan ibu kami yang merestui putra-putrinya untuk sejenak menghibur diri. Walaupun saya tahu bahwa ada tetesan air mata yang berlinang di hati mereka atas kebanggaanya terhadap usaha kami.

Ada banyak tawa yang terangkum dalam pesan. Ada banyak duka yang tertulis dalam buku pengalaman. Dan ada banyak harapan yang tergores dalam kertas mimpi. Semua itu adalah tanda bahwa Tuhan menghendaki kami untuk saling mengenal, berbagi pengalaman, dan saling menjaga keutuhan. Namun, akankah hal itu akan hilang begitu saja?

Jujur. Berat di hati saya melupakan segala tawa yang menjadi rezeki kami selama Osma. Bahkan langkah ini terasa berat ketika aku ingin melepas kelelahan dengan pergi meninggalkan kampus usai acara Osma. Kami panitia, sudah sering berbagi. Tanpa di sadari, kita telah menjadi sebuah keluarga yang dibangun dari pondasi perpecahan hingga tersusun menjadi sebuah gubug yang bertiang kepedulian, bertembok kebersamaan, dan beratapkan kebahagian. Sebuah anugerah yang luar biasa.

Matahari yang terbit hari ini telah lebih baik dari kemarin. Dan saya yakin bahwa esok matahari akan lebih bersolek diri dan membuktikan bahwa ia akan lebih baik dari pada hari ini. Kini matahari itu tidaklah terbit sendiri. Dia telah menemukan sahabatnya yang memiliki persamaan mimpi. Panitia dan peserta Osma 2011 telah bersatu dan bersama - sama mendaki Gunung Matahari selama tujuh hari. Gunung yang sakti itu telah ditaklukkan.  Kita telah berada di puncaknya. Dan selama itu pula ada banyak kesan yang terkunci oleh buku diari.

Saat itu apel siang. Bunyi megaphone dengan kekuatan super menggetarkan telinga peserta dan panitia seraya menuntun mereka untuk berkumpul di lapangan. ’’Ayo cepat kumpul..........!’’. megaphone yang satunya mengikuti ’’ Cepat. Yang terlambat maju ke depan!’’.

Hari semakin panas. Dan apel siang telah dimulai. Tiba-tiba  seorang peserta Osma jatuh pingsan dan  tergeletak di tanah tak sadarkan diri. Mukanya memucat. Badannya lemas. Alhasil hampir semua panitia berlari menuju kearahnya. Sementara dari sudut yang lain, seorang panitia sedang terengah-engah menyeret tandu yang diambil dari ruang UKS. Dengan segala kekuatan yang ada dan nafas yang tersendat –sendat, kami berlari menggotong  peserta itu menuju UKS. Tentu kita masih ingat dengan peristiwa itu. Coba kita bayangkan seandainya salah satu dari keempat pembawa tandu itu tidak ada, pastilah jatuh peserta itu. Ternyata dibalik hati kita masing-masing masih tersimpan kerekatan hati dan kerjasama yang sulit untuk dihapus dari ingatan kita. Dan kita, panitia Osma , telah bekerjasama untuk menggotong peserta itu dengan penuh ketulusuan jiwa.

Masihkah kita ingat ketika engkau dimarahai saat engkau terlambat? Saat itu engkau menangis di depan gerbang kampus. Sepatumu sempat terbalik karena ketakutanmu. Hati kami tertawa melihatmu. Sementara ayahmu membujukmu untuk masuk ke barisan teman-temanmu. Yang aneh saat engkau berjalan-jalan diwaktu malam setelah malam inagurasi selesai. Kala itu pukul 01.30 WIB Mereka bilang engkau kesurupan. Namun benarkah demikian? Dan kamipun mengikutimu dengan sabar. Sekalipun bibir kami mengkerut dengan teriakan keras memarahimu, namun hati kami merasa iba, bahkan kadang bangga akan jiwa-jiwa kedisiplinanmu. Dan kami sadar, engkaulah yang mengingatkan kami untuk selalu bersikap dewasa.

Saat ini engkau (peserta Osma) telah memasuki negeri baru. Negeri yang menjadi tempat persemedian Gunung Matahari. Engkau tidak lagi menenteng papan nama besar dan tas kresek warna merah. Bau kunyit, lidah buaya, ketumbar, dan mangkudu telah hilang dari tubuhmu. Dan bau itu kini telah mengubah bentuknya menjadi bau harum mimpi-mimpimu di negeri yang baru. Nasi tiwul yang kau makan di malam itu kini engkau tahu arti kehadirannya. Bukan hanya perbekalan yang disiapkan oleh sie kegiatan Osma. Melainkan karena itu semua adalah bentuk kenikmatan yang harus engkau rasakan. Kami mengajakmu untuk bersukur atas apa yang Tuhan berikan kepadamu.

Dengan adanya pembagian jadwal perkuliahan yang tertempel di dinding perkuliahan berarti telah menghapus jadwal Osma 2011. Kemungkinan kenangan di masa-masa itupun akan hilang oleh tertelan kesibukan masing-masing. Yang tersisa hanyalah video dan foto yang mungkin tak setiap hari kita lihat. Yang tersisa hanyalah co-card-co card yang berserakan di ruangan. Yang tersisa hanyalah spanduk dan banner yang terinjak-injak oleh kaki-kaki kita. Bahkan pelanggaran-pelanggaran yang dulu kita jaga gini hanyalah sebuah file yang tersimpan rapat di flasdisk dan komputer. Tak jarang pula kita pun enggan menyapa rekan-rekan panitia yang dulu bahu membahu bersama. Dan kita telah lupa, bahwa kita harus melakukan sesuatu di punak Gunung Matahari. Apa yang harus kita lakukan selanjutnya?

Merenungi ungkapan Elbert Hubbart yang bertuliskan, pagi ini aku terbangun dan bersyukur atas sahabat-sahabat yang kumiliki,sahabat lama maupun baru. Semestinya kita tidak hanya mengabadikan melalui foto dan video, melainkan merekam dengan hati kita masing masing. Sahabat yang dulu membantu kita membawa sound sistem. Sahabat yang dulu membantu kulisnita untuk berteriak-teriak di lapangan. Dan shabat yang dulu mengambilkan  makanan di malam apel. Karena sesungguhnya apa yang kita lakukan di Osma adalah sebuah bentuk kepedulian dan pengabdian kita pada almameter.

Keindahan puncak Gunung Matahari yang konon ada sebuah wayang gunungan hanya mampu direkam oleh mereka yang memiliki kesucian batin. Akan terangkum dalam diare kehidupan kita lewat kata-katanya yang menggelisahkan hati. Mungkin itu pula yang akan selalu mengingatkan kita tentang keanggunan malam inagurasi. Dan ketika kami mengingat malam itu, berarti kami telah mengingat wajah-wajah polos adik kami yang duduk dengan mata yang melotot kearah panggung. Keterpesonaan mereka pada apa yang kami sajikan telah mengukir kebanggan kami sebagai panittia Osma. Dan semua itu telah terekam di dalam hati kami yang menghantarkan ke sebuah negeri yang penuh dengan ketulusan, cahaya, dan mimipi karena di negeri itu telah lahir 200 matahari baru. Matahari itu akan abadi di negeri kami,  STKIP PGRI Ponorogo. Sukses untuk Osma 2011, untuk panitia, peserta, dan kampus kami....mohon maaf untuk peserta yang telah tersakiti. Karena kami hanyalah matahari yang sedang mengalami keredupan cahaya. (Eko/redaksi)

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita