04/05/12

Syair-Syair Pembebasan

Hasnan Bachtiar
http://sastra-indonesia.com/

GONJANG-GAJING kenaikan BBM menggelisahkan seluruh rakyat kecil. Kelas terpinggirkan khawatir, kemanusiaannya semakin menjerit di tengah gelombang derita kemelaratan. Dalam ketidakberdayaan, sesungguhnya selemah-lemah suara hati, ingin didengar oleh orang lain. Di titik inilah, kadang kemanusiaan tertuang dalam artikulasi estetis. Anak rohani terlahir sebagai sajak perlawanan.

Sederet penyair negeri ini, selalu bersegera menggoreskan penanya. Satu dua puisi terlahir sebagai ungkapan kepedulian terhadap garis nestapa rakyat miskin. Puisi dalam hal ini, bukan sekedar alat untuk menyadarkan atau memprotes orang lain. Tapi bak manusia itu sendiri yang mampu merubah, karena ia serupa sabda dari pancaran ilahi yang merahmati hambaNya.

Ada benarnya penyair Sutardji Calzoum Bachri tatkala menuturkan, “Kata-kata bukanlah alat mengantarkan pikiran. Dia bukanlah seperti pipa yang menyalurkan air. Kata-kata adalah pengertian itu sendiri. Dia bebas”. Setiap syair yang terlantun, bukanlah sekedar estetika. Lebih dari itu, puisi adalah sihir yang mampu membuat setiap manusia tersentuh hatinya, lalu dari segala perbuatan buruk, diubahnya menjadi akhlak mulia. Tidak heran jika penguasa tiran, tiba-tiba bertaubat dan menjadi penolong garda utama.

Pandangan ini agak sulit untuk dijelaskan. Namun, meminjam pandangan dari sudut pandang mistisisme, puisi ini sejenis dengan mantra. Ia tidak “bertujuan” untuk merubah. Tapi ia merubah begitu saja. Kadang, tanpa sebab entah mengapa bisa mengubah. Tidak ada satu pun orang yang tahu, sebagaimana juga tidak seorangpun tahu bahwa orang yang tersesat mendapatkan petunjuk dari Tuhan.

Dalam uraian Kuntowijoyo, inilah yang disebut dengan transendensi. Puisi bukan sekedar keindahan. Kadangkala ia adalah ilham atau bahkan wahyu, yang menerangi segala gelap wawasan tanpa arah. Dalam kisah Nabi, ada manusia-manusia dan jin-jin dari golongan kafir, tatkala mereka mendengarkan lantunan estetis al-Qur’an yang dibacakan di balik tembok, tatkala itu pula merubah segala watak, alam pikir dan tindak laku jahat menjadi putih bersih.

Sama sekali tidak bermaksud menyamakan puisi para penyair biasa dengan dimensi sastra kitab suci yang mulia. Namun setiap tulis kebenaran, kebaikan, kesantunan, keindahan dan syair-syair yang berbobot ungkapannya, itulah tenunan kata dalam sinaran Penguasa Semesta. Tidak pernah ada satupun dalam catatan sejarah para nabi yang mencela, menghina dan merendahkan sajak-sajak para penyair yang berkarya tentang akhlaq al-karimah.

Memang tidak jarang, kesalahpahaman terjadi di tengah umat. Kasus 2 September 1970 telah menimpa H.B. Jassin. Ia dituduh melecehkan kitab suci karena men-susastera-kan al-Qur’an, sehingga dilaporkan sebagai tindak pidana. Sesungguhnya betapa rumit hal ini dan memang tidak mungkin dipahami oleh mereka yang enggan berpikir secara mendalam dan meneliti secara serius. Dalam pembelaannya di pengadilan, Jassin berpendapat, “Saya amat yakin bahwa dunia imajinasi dan kenyataan adalah dua hal yang berbeda. Dan hingga kini, saya tetap percaya bahwa imajinasi tak layak diadili dan disetarakan dengan dalil agama yang punya sejarahnya sendiri.”

Imajinasi dan inspirasi ilahiah (revelation) adalah suatu hal yang sejenis. Tidak ada yang menyangsikan fakta ini, bahkan oleh para ahli syariat pun. Imam Muhammad Ibn Idris al-Syafi’i hingga Noel J. Coulson mengakui bahwa selalu ada dua wajah dalam satu keping mata uang “kebenaran” yang diartikulasikan dengan sangat indahnya. Sebagaimana juga selaras antara Nabi yang manusia biasa, sekaligus Nabi sebagai pemegang otoritas nubuwah dari Tuhan.

Rendra misalnya, telah menulis buku yang berjudul “Penyair dan Kritik Sosial” (2001). Sebagai punggawa sastra Indonesia, ia mengabdikan diri bukan sekedar untuk menulis syair. Demikian pula sebaliknya, Sang Burung Merak ini juga tidak sibuk dalam wacana kritik sosial. Dapat dikatakan bahwa, syair dan kritik sosial tidak mengalami sekularisasi. Mengikuti alur pikir Sutardji, syair adalah kritik sosial itu sendiri.
Ada contoh puisi yang sangat relevan menggambarkan relasi sastra-kemanusiaan-kebenaran yang ditulis oleh Wiji Thukul pada 1986 silam di Solo. Puisi bertajuk “Peringatan” ini tertulis demikian:

Jika rakyat pergi/ Ketika penguasa pidato/ Kita harus hati-hati/ Barangkali mereka putus asa.
Kalau rakyat bersembunyi/ Dan berbisik-bisik/ Ketika membicarakan masalahnya sendiri/ Penguasa harus waspada dan belajar mendengar.
Bila rakyat berani mengeluh/ Itu artinya sudah gawat/ Dan bila omongan penguasa/ Tidak boleh dibantah/ Kebenaran pasti terancam.
Apabila usul ditolak tanpa ditimbang/ Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan/ Dituduh subversif dan mengganggu keamanan/ Maka hanya ada satu kata: lawan!

Nilai moral, kritik sosial dan kemanusiaan tidak terlepas dari artikulasi estetis yang luar biasa. Kendati demikian, semazhab dengan Rendra, Wiji Thukul termasuk seorang penyair yang kritikus sosial. Serupa tapi tak sama, ada pula jenis puisi yang ditulis oleh seorang kritikus sosial yang penyair, seperti puisi yang ditulis oleh Dahlan Iskan. Gores estetika-sosial Dahlan, tertuang dalam puisi yang berjudul, “Saatnya Putra Petir Melawan.”

Terbukti, Setiap Presiden Indonesia terjerat oleh BBM. Terbukti. Siapa pun presidennya, kapan pun masanya, harus menaikkan harga BBM. Terbukti. Setiap terjadi kenaikan BBM menimbulkan kehebohan nasional. Terbukti. Setiap kehebohan menguras energi nasional. Energi dihambur-hamburkan. Energi terbuang-buang sia-sia. Energi yang mestinya untuk mendorong maju menjadi energi yang habis untuk berputar-putar.
Karena itu: Mari kita lawan BBM! Mari kita tolak BBM! Mari beralih dari BBM ke listrik! Mari! Kita lawan BBM! Untuk penyelesaian yang tuntas jangka panjang. Agar BBM tidak lagi menjerat-jerat presiden-presiden yang akan datang. Agar BBM tidak habis-habisnya menimbulkan kehebohan nasional. Agar tidak terus-menerus menguras energi nasional. Mari kita lawan BBM! Mari kita produksi mobil-motor listrik nasional. Kita pakai kendaraan listrik. Bukan kendaraan yang haus BBM.
Jangan ketinggalan. Seluruh dunia mengarah ke kendaraan listrik. Seluruh dunia akan beralih ke kendaraan listrik. Seluruh dunia akan meninggalkan kendaraan BBM. Jangan sampai kita ketinggalan lagi. Hanya untuk terjerat-jerat BBM sepanjang masa. Hanya untuk berheboh-heboh tiada habisnya. Hanya untuk menguras energi semua manusia Indonesia.
Mari kita produksi kendaraan listrik. Mari kita manfaatkan listrik murah ketika tengah malam. Ketika semua orang tidur dengan lelapnya. Ketika AC-AC kantor tidak bekerja. Ketika TV-TV tidak menyala. Ketika lift-lift gedung bertingkat beristirahat. Listrik tengah malam. Terbuang sia-sia. Listrik tengah malam. Alangkah bermanfaatnya bila untuk nge-charge kendaraan kita.
Mari kita produksi motor listrik nasional. Mari kita produksi mobil listrik nasional. Kita! Putra-putri bangsa. Pasti mampu merealisasikannya. BUMN siap menjadi pelopornya. BUMN siap menjadi pemrakarsanya. Inpres hemat energi No 05/2006 harus menjadi nyata.
Ayo! Siapa pun Anda. Yang merasa sebagai putra bangsa. Yang sudah lama mimpi mobil-motor listrik nasional. Yang memiliki konsep, bukan yang hanya bisa mengeluh. Yang siap bekerja keras, bukan yang hanya bisa bicara keras.
Yang bisa melakukan R&D sendiri. Yang bisa melahirkan kualitas motor listrik tidak seperti yang kita kenal hari ini. Yang siap bikin blueprint dan working prototype untuk produksi mobil/motor listrik nasional. Yang mampu menemukan teknologi tidak sekadar merakit yang sudah ada. Yang siap melibatkan lembaga pendidikan nasional jangka panjang. Yang siap untuk mengikuti sertifikasi pengujian nasional. Yang kalau dipatenkan bisa diterima. Yang siap membangun perusahaan nasional.
Dan tentu. Yang siap bekerjasama dengan BUMN. Ayo kumpul di BUMN. Kita bicarakan bersama. Kita wujudkan bersama. Kita jalankan bersama. Ayo kita lahirkan motor listrik nasional. Ayo kita lahirkan mobil listrik nasional. Ayo! Jeratan nasional itu kita urai. Kehebohan nasional itu kita cegah. Pemborosan energi nasional itu kita akhiri. Ayo. Indonesia jangan ketinggalan lagi. Mari! Kita akhiri keluh-kesah. Kita ganti dengan motor listrik nasional. Kita ganti dengan mobil listrik nasional.
Mari kita songsong bersama. Lahirnya… Jabang bayi Putra Petir ini!

Sudah barang tentu, setiap penciptaan berbeda wujudnya. Puisi Wiji Thukul dan puisi Dahlan Iskan memang berbeda, termasuk perspektif, gaya dan jalan keluar untuk menyelesaikan problem sosial yang mengemuka.
Tapi yang menarik diamati bukanlah perbedaan jalan “bagaimana memperbaiki bangsa ini”, namun puisi ini telah menyatu sebagai upaya praksis pemerdekaan sosial. Wiji Thukul mengorbankan jiwanya sebagai aktivis yang bersuara demi Hak Asasi Manusia seluruh rakyat, sedangkan Dahlan Iskan berperan penting sebagai Menteri Negara dalam rangka reformasi BUMN yang kontributif terhadap rakyat.

Demikianlah kemanusiaan dalam artikulasi estetis, dengan mengungkap pelbagai dimensi filosofis sastra dan kemanusiaan, semoga memberikan hikmah tersendiri bagi kebangkitan bangsa Indonesia. []

*) Peneliti Filsafat di Pusat Studi Islam dan Filsafat (PSIF) UMM. Aktivis Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita