Adrian Ramdani
http://www.kompasiana.com/adrianramdani
Pelajaran sastra. Memang ini seolah suatu pelajaran yang kurang
diminati banyak siswa sekolah. Mereka lebih cenderung memilih pelajaran
yang menantang dan bersifat ilmiah. Matematika, Fisika, Kimia, merupakan
pelajaran favorit yang dianggap paling digemari dan memberikan manfaat
yang lebih dari sebuah puisi atau cerpen. Pelajaran sastra dirasa hanya
diberikan sebagai pelengkap dan termasuk bagian dari pelajaran bahasa
Indonesia. Porsi yang diberikan seolah-olah dianggap tidak terlalu
penting nantinya atau dengan kata lain tidak menunjang untuk kehidupan
masa depan.
Ketika pelajaran sastra -merupakan bagian dari pelajaran bahasa
Indonesia- diberikan seolah hanya penyelipan dari pelajaran tentang
bahasa. Memang teori-teori yang diberikan begitu menumpuk dengan
diriingi sedikitnya aplikasi dan tidak seperti pelajaran lainnya,
sehingga perkembangan pemikiran pun kosong. Tugas yang diberikan pun
hanya menyangkut pembuatan suatu karya sastra yang instant dan tidak
melalui suatu proses. Proses yang diperlukan untuk membimbing siswa agar
menumbuhkan jiwa pembebasan yang lepas setelah kepala-kepalanya
dipadati oleh celoteh-celoteh teori yang “klasik” dari buku. Dan jika
tugas ini diberikan yang akhirnya selesai dikerjakan oleh siswa,
diberikan penilaian yang sama dengan tugas pelajaran lainnya. Hal ini
sangat bertentangan dengan esensi sastra itu sendiri, yang tidak bisa
diukur dengan angka. Sebenarnya inilah sesuatu yang dashyat dari sastra.
Menumbuhkan pemikiran yang bebas dan hakikat kehidupan yang alami.
Ketika sastra diajarkan, ketika itu pula kebosanan biasa melingkupi
suasananya. Cara pengajaran materi yang berulang-ulang memang membuat
para siswa menjadi bosan. Siswa yang telah berat otaknya, ditambah lagi
pelajaran sastra yang menurut mereka membosankan dari segi cara
mengajarkannya. Inilah kendala-kendala yang mungkin mengakibatkan
pelajaran sastra kurang diminati. Biasa para guru pun agak malas ketika
harus mengajarkan sastra dan hanya memberikan tugas, sehingga pelajaran
sastra hanyalah sebagai pelajaran yang ‘numpang lewat’. Selain itu
kurangnya pengetahuan guru mengenai sastra membuat pelajaran ini terasa
monoton dan tidak akraktif. Guru pun mungkin kurang menyukai apresiasi
sastra dan kurang termovitasi mengajarkan sastra sehingga mempengaruhi
siswa-siswa yang menjadi ‘lesu’ untuk mempelajari sastra.
Suatu perkenalan yang unik dan mengesankan sangat perlu ketika
mengenalkan pelajaran sastra ini. Hal ini dapat dijadikan sebagai
sentuhan pertama yang baik. Sesuatu yang ‘nyeleneh’ bisa dilakukan guru
atau agak sedikit ber-teater sambil membacakan puisi. Siswa yang tadinya
‘beku’ menjadi cair melihat tingkah gurunya yang sedang mengajarkan
sastra. Mungkin cara ini agak aneh. Tapi ini ampuh.
Minat baca khususnya pada buku sastra pada siswa-siswa juga ikut
mempengaruhi pengajaran sastra. Biasanya para siswa lebih perhatian pada
sesuatu yang disimak daripada yang dibaca, sehingga memang situasi
budaya lisan lebih berkembang pesat dari pada budaya tulisan.
Budaya bersastra dan pengapresiasiannya pada di lingkungan sekolah
masih rendah. Sarana-sarana yang menunjang ke arah sana pun dirasa
kurang. Perpustakaan sekolah masih dirasa minim buku-buku sastra.
Kegiatan-kegiatan yang bernilai sastra pada lingkungan sekolah
sebenarnya harus lebih digalakkan dan lebih terjadwal.
Adalah Kang Erwan Juhara, salah satu guru SMUN 10 di Bandung yang
merupakan guru bahasa Indonesia dan berhasil menumbuhkan jiwa sastra
pada siswa-siswanya. SMUN ini pun berhasil menarik perhatian banyak
sastrawan dan sekolah lain yang ingin menirukannya. Kang Erwan membuat
pemikiran para siswanya tumbuh berkembang dan bebas serta menyukai
sastra dengan caranya tersendiri..Pelajaran sastra di sekolah itu pun
menjadi pelajaran yang favorit, sehingga terasa lezat ketika
mempelajarinya. Kang Erwan sendiri mempunyai yayasan dan sanggar seni
yang bergerak dalam bidang seni dan sastra yaitu Yayasan Jendela Seni,
suatu komunitas yang sebagian besar anggotanya berasal dari pelajar.
Para sastrawan pun telah bergerilyawan menyerang sekolah-sekolah di
seluruh SMU se-Nusantara dengan membuat kegiatan bernilai sastra bekerja
sama dengan majalah Horison yaitu, “Siswa Bertanya, Sastrawan Bicara”.
Kegiatan ini terbilang sukses dalam menumbuhkembangkan sastra di
sekolah-sekolah. Sambutan siswa-siswa ini pun sangat positif, terlihat
dari banyaknya siswa yang mengikuti kegiatan SBSB di sekolahnya.
Hasilnya banyak sastrawan-sastrawan muda yang mulai tumbuh dari
sekolah-sekolah.
Pelajaran sastra tidak sekedar mengenal sastra kepada siswa.
Mendekatkan sastra sangatlah penting, terutama nilai-nilainya yang
berguna memahami hidup. Ungkapan jiwa, nuansa kehidupan, keindahan,
semuanya tercipta dalam sastra. Siswa-siswa dapat mengembangkan
pemikirannya serta talenta dalam menulis, sehingga dapat memaknai hidup.
Mungkin kita pernah mendengar cerita mengenai Dead Poets Society,
yang mengisahkan bagaimana menikmati pelajaran sastra dari seorang guru
dengan cara pengajarannya yang esentrik. Di situ terlihat bahwa
pelajaran sastra merupakan pelajaran yang berbeda dengan lainnya. Di
saat pelajaran yang ‘berat’ bagi otak dengan tugas-tugas yang bertumpuk,
datanglah pelajaran sastra yang sentuhan pertama yang ringan tetapi
dengan substansi yang begitu berisi, menjelma menjadi pelajaran yang
begitu menyenangkan. Di samping itu memang peran guru begitu besarnya
ketika mendekatkan sastra kepada sisiwanya. Pendekatan yang dilakukan
pun dengan proses yang sedikit demi sedikit tapi meyakinkan. Pada saat
itulah pelajaran sastra bisa mengisi kehausan siswa-siswanya akan
sesuatu yang baru. Sesuatu yang membuat ekspresi/ungkapan jiwanya keluar
begitu alami yang selama ini terendap. Karena setiap jiwa mempunyai
endapan kata-kata hati yang dahsyat ketika dikeluarkan.
Pelajaran sastra merupakan pelajaran yang ‘lezat’ jika kita
benar-benar tahu cara menikmatinya. Tidak kala lezat dengan pelajaran
lainnya. Bahkan mungkin ini yang terhebat dari yang lainnya. Dari segi
subtansinya pun sangat berbobot, jika kita membidiknya dengan tepat.
Dengan sastra kita dapat menggambarkan suatu keindahan hidup yang
benar-benar harmonis. Hal ini juga yang ingin disampaikan para sastrawan
dengan kegiatan SBSB-nya. Kegiatan yang benar-benar ingin mengenalkan
sastra kepada para siswa. Bagaimana nikmatnya sastra pun dipaparkan
dengan begitu bersahaja oleh Taufik Ismail, Putu Wijaya, Sutardji
Calzoum Bahri, dan lain-lain.
Guru harus dituntut menguasai pengetahuan sastra, teori, sejarah, dan
kritik sastra dengan seksama dengan mengikuti perkembangannya dari
waktu ke waktu. Mencintai sastra secara pribadi dengan tulus berpengaruh
juga agar lebih semangat dalam pengajaran sastra. Apresiasi yang
mendalam mengenai suatu karya sastra dapat menjadi pegangan dalam
membimbing siswa untuk mengenal sastra.
Cara pengemasan pengajaran sastra harus dilakukan lebih variatif dan
menarik. Mungkin ini agak sedikit popular (pop). Pengemasan ini dirasa
sangat perlu, mengingat dunia mereka penuh dengan warni-warni kehidupan
yang ngepop. Lalu kenapa tidak ketika mengajarkan sastra mencoba
mengenalkannya secara ngepop tanpa menghilangkan esensi sastra itu
sendiri. Misalnya mengenalkannya pada syair-syair lagu pop yang sekarang
ini sering memakai puisi sebagai andalan lagu seorang penyanyi atau
grup band. Mudah-mudahan siswa-siswa tadi menjadi tertarik untuk
mempelajari dalam lebih dalam lagi.
Peran guru salah satunya seperti Kang Erwan patut diperhatikan dalam
mengembangkan sastra di sekolah. Pelajaran sastra yang diberikan menjadi
lezat dengan porsi yang tepat.
Dijumput dari: http://fiksi.kompasiana.com/prosa/2010/10/12/melezatkan-pelajaran-sastra-di-sekolah/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Junianto
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abang Eddy Adriansyah
Abdi Purmono
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurahman Wahid
Abidah el Khalieqy
Abiyyu
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achiar M Permana
Ade Ridwan Yandwiputra
Adhika Prasetya
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Adreas Anggit W.
Adrian Ramdani
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunarto
Agus Utantoro
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajie Najmudin
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Saefudin
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alhafiz K
Ali Shari'ati
Alizar Tanjung
Alvi Puspita
Alwi Karmena
Amarzan Loebis
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Amiruddin Al Rahab
Amirullah
Amril Taufiq Gobel
Amy Spangler
An. Ismanto
Andrea Hirata
Andy Riza Hidayat
Anes Prabu Sadjarwo
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anne Rufaidah
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anung Wendyartaka
Anwar Holid
Aprinus Salam
Ari Dwijayanthi
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Aris Darmawan
Aris Kurniawan
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asep Yayat
Askolan Lubis
Asrul Sani
Asvi Marwan Adam
Asvi Warman Adam
Audifax
Awalludin GD Mualif
Awaludin Marwan
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Bambang Bujono
Bambang Irawan
Bambang Kempling
Bambang Unjianto
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonnie Triyana
Bre Redana
Brunel University London
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hatees
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cepi Zaenal Arifin
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Cucuk Espe
D Pujiyono
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darwin
David Krisna Alka
Dedy Tri Riyadi
Deni Ahmad Fajar
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dicky
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Dodi Ambardi
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Khoirotun Nisa’
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Suprianto
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulwesi
Endi Haryono
Endri Y
Enung Sudrajat
Erwin
Erwin Dariyanto
Erwin Setia
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evieta Fadjar
F. Aziz Manna
Fadjriah Nurdiarsih
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Farida-Suliadi
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Feby Indirani
Felik K. Nesi
Fenny Aprilia
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Firdaus Muhammad
Firman Nugraha
Fuad Nawawi
Galang Ari P.
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Maryanto
Guntur Alam
Gus tf Sakai
Gusti Eka
H Marjohan
HA. Cholil Mudjirin
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hanik Uswatun Khasanah
Hans Pols
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hawe Setiawan
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Heru Nugroho
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Hudel
Humaidiy AS
Humam S Chudori
I.B. Putera Manuaba
Ibn Ghifarie
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idrus
Ignas Kleden
Ika Karlina Idris
Ilham khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tranggono
Indrian Koto
Intan Indah Prathiwie
Inung AS
Iskandar Noe
Iskandar P Nugraha
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut Fitra
J.J. Rizal
Jacques Derrida
Jafar Fakhrurozi
Jafar M Sidik
Jafar M. Sidik
Jaleswari Pramodhawardani
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jean-Marie Gustave Le Clezio
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ Rizal
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Jonathan Ziberg
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku
Juli
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kang Warsa
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasijanto Sastrodinomo
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Keith Foulcher
Khansa Arifah Adila
Khisna Pabichara
Khrisna Pabichara
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristine McKenna
Kritik Sastra
Kukuh Yudha Karnanta
Kurie Suditomo
Kurniawan Yunianto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L. Ridwan Muljosudarmo
Lan Fang
Langgeng W
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Leo Kelana
Leo Tolstoy
Lia Anggia Nasution
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Abdullah Badri
M Aditya
M Anta Kusuma
M Fadjroel Rachman
M. Arman AZ
M. Faizi
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Misbahuddin
M. Mushthafa
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Makyun Subuki
Maman S Mahayana
Marcus Suprihadi
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Mashuri
Matroni
Matroni El-Moezany
Mawar Kusuma
Max Lane
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Miziansyah J.
Moh. Samsul Arifin
Mohammad Eri Irawan
Muhammad Antakusuma
Muhammad Firdaus Rahmatullah
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhammd Ali Fakih AR
Muhidin M. Dahlan
Mukhlis Al-Anshor
Mulyo Sunyoto
Munawir Aziz
Murnierida Pram
Musa Asy’arie
Mustafa Ismail
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nandang Darana
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Nazar Nurdin
Nenden Lilis A
Nezar Patria
Nina Herlina Lubis
Ning Elia
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nobel
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novelet
Nu’man ‘Zeus’ Anggara
Nunik Triana
Nur Faizah
Nur Wahida Idris
Nurcholish Madjid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurman Hartono
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Obrolan
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Olivia Kristinasinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Oyos Saroso H.N.
Pandu Jakasurya
Parak Seni
Parakitri T. Simbolon
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Pembebasan Sastra
Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta-Toer
Pringadi Abdi Surya
Pringadi AS
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Rahmat Hidayat
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ranang Aji S.P.
Ranggawarsita
Ratih Kumala
Ratna Sarumpaet
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Rengga AP
Resensi
Resistensi Kaum Pergerakan
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Risang Anom Pujayanto
Riswan Hidayat
Riyadi KS
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rojil Nugroho Bayu Aji
Rukardi
S Sopian
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sari Oktafiana
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra
Sastra Liar Masa Awal
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Selo Soemardjan
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Sevgi Soysal
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Slamet Hadi Purnomo
Sobih Adnan
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sotyati
Sri Wintala Achmad
St. Sunardi
Stefanus P. Elu
Stevy Widia
Sugi Lanus
Sugilanus G. Hartha
Suherman
Sukardi Rinakit
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Surat
Suripto SH
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susiyo Guntur
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi San
Syafruddin Hasani
Syahruddin El-Fikri
Syaiful Amin
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T Agus Khaidir
Tasyriq Hifzhillah
Tatang Pahat
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tia Setiadi
Tita Maria Kanita
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tony Herdianto
Tosa Poetra
Tri Purna Jaya
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulfatin Ch
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Utami Widowati
UU Hamidy
Veronika Ninik
Vien Dimyati
Vino Warsono
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W Haryanto
W. Herlya Winna
W.S. Rendra
Wahyu Heriyadi
Wahyu Hidayat
Wahyu Utomo
Walid Syaikhun
Wan Anwar
Wandi Juhadi
Warih Wisatsana
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Wayan Supartha
Wendoko
Wicaksono Adi
William Bradley Horton
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Wong Wing King
Y. Wibowo
Yang Lian
Yanuar Yachya
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopie Setia Umbara
Yos Rizal Suriaji
Yoserizal Zein
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudhi Herwibowo
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Zacky Khairul Uman
Zakki Amali
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhou Fuyuan
Zul Afrita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar