12/05/12

Caping, ‘Kutukan’ yang Mencerahkan

Amarzan Loebis
http://majalah.tempointeraktif.com/

AMAHUSU, Amboina, 29 Juli 2007.

Restoran itu menghadap ke laut. Malam baru saja bangkit. Di langit ada bintang, kemudian lampu-lampu pada kapal yang berlayar perlahan. Di dalam restoran, di semacam latar yang kepanggung-panggungan, satu band oom-oom Ambon memainkan lagu-lagu lama peninggalan big band Glenn Miller dan Benny Goodman.

Kami berlima meriung meja: Goenawan Mohamad, Teguh Ostenrik, Laksmi Pamuntjak, Arif Zulkifli-biasa kami panggil Azul-dan saya. Masih ada Frits, sopir mobil carteran dari Hotel Amans-betul, pakai huruf “s”. Kerusuhan Maluku baru saja usai. Sepanjang siang kami bertemu penduduk berwajah ramah dan riang. Di lereng menuju Amahusu, di suatu tempat yang menghadap Teluk Ambon, kami dijamu seorang perempuan manis-istri salah seorang raja di kepulauan cengkeh dan pala itu-dengan kopi tubruk dan sukun goreng yang nyaman.

Sebelum santap malam, semuanya mengucapkan selamat ulang tahun kepada GM. Teguh, dengan iringan band oom-oom Ambon itu, menyanyikan sebuah lagu Amerika yang saya kenal tapi lupa judulnya. GM dan Laksmi berdansa sebentar-lebih sebagai basa-basi. Sedangkan saya dan Azul mengkhawatirkan satu hal: GM harus menulis “Caping” malam ini!

l l l

RUBRIK Catatan Pinggir dalam majalah Tempo bukanlah tajuk rencana. Sebermula ia merupakan usaha mengisi sepetak “ruang kosong” dan mengelakkan rasa bosan. Nama -rubriknya Fokus Kita. Di ruangan ini diperkenalkan para jurnalis Tempo yang terlibat menyiapkan edisi terakhir.

Karena barisan jurnalis Tempo pada masa awal itu belum panjang, segera timbul rasa jelak memperkenalkan wartawan yang itu-itu saja. Pada 5 Maret 1977-artinya pada usia keenam-Fokus Kita diganti dengan esai pendek, dan itulah cikal-bakal Catatan Pinggir.

Nama Catatan Pinggir-kelak lebih dikenal dan dikenang sebagai “Caping”-dirujukkan kepada semacam marginalia: catatan-catatan yang ditorehkan pada tepi halaman buku yang sedang dibaca. Ia semacam percikan-percikan yang berlintasan menyeberangi ide dan peristiwa. Ia tidak mengagitasi, tidak memprovokasi. Ia ibarat gumam, yang tak dipandu oleh nada dan irama.

Fokus Kita dan “Caping” kebetulan ditulis orang yang sama: Goenawan Mohamad. Pada mulanya ada pikiran, “Caping” boleh saja diisi oleh anggota Sidang Redaksi Tempo yang lain-tak mesti GM. Hingga 40 tahun usia majalah ini, pikiran itu tinggal pikiran!

Karena khuluknya yang marginalia, hampir bisa dipastikan setiap keping “Caping” mengutip-paling tidak menyebut-judul satu atau beberapa buku. Mungkin dengan cara itu GM ingin mendorong atau memandu para pembaca majalah Tempo untuk memetik buku yang bermanfaat di toko atau di bibliotek. Saya kira hanya sebatas itu. GM, misalnya, pasti tak pernah membayangkan dengan cara itu ia ingin “mengangkat minat baca anak bangsa menuju dunia ilmu pengetahuan” dan seterusnya.

Saya pernah bertanya kepada GM, apa yang membuat dia kuat menulis “Caping” setiap minggu, selama hampir empat puluh tahun terus-menerus. “Deadline,” katanya, dengan senyumnya yang cerdik dan gampang mengecoh itu. “Kalau tidak ada deadline, tentu saya tidak menulis.”

l l l

BANTUL, Yogyakarta, 14 Januari 2011.

Kami berempat, GM, Sitok Srengenge, Azul, dan saya, bersunyi-sunyi di sepetak hutan yang dibeli Sitok di Desa Bangun Jiwo, di pelosok yang belum terpetakan. Di sela hutan itu Sitok membangun rumah yang mengingatkan saya pada kastil-kastil perburuan di Eropa Kuno.

Hari itu Jumat, hari deadline majalah. Azul, yang baru diangkat menjadi redaktur eksekutif, mengingatkan GM bahwa sejak beberapa nomor terakhir deadline dimajukan, tidak lagi Sabtu petang seperti sebelumnya, tapi Jumat malam. GM menjawab singkat, “Ya, dan saya belum punya ide.”

Dari pengalaman saya belajar, kalau GM bilang belum punya ide, dia memang belum punya ide! Saya langsung paham, “Caping” masih seperti dulu: percikan yang berlintasan menyeberangi ide dan peristiwa. Karena jaringan di “kastil perburuan” itu sangat buruk, malamnya kami berlabuh di sebuah kafe khas Yogya di Prawiro Taman, atau di manalah-saya tak ingat pasti. Saya dan Azul, dalam status cuti, tetap punya kewajiban memeriksa beberapa naskah. Sejam setelah bersenyap di depan laptop masing-masing, GM sudah membuat pernyataan, “Saya sudah mengirim ‘Caping’.”

l l l

PENGALAMAN Ambon dan Bantul makin memperkuat keyakinan saya: “Caping” tak bisa ditebak. Kecuali dalam beberapa kasus, “Caping” seperti tak punya urusan dengan newspeg, dengan aktualitas. Lebih dari itu, “Caping” tak bisa di-”intervensi”.

Di Maluku, misalnya, kami menyerap berbagai pengalaman dramatis. Mulai turun dari kapal Lambelo menggunakan tangga bergoyang ke sampan-sampan kecil yang diayunkan ombak menuju dermaga Pelabuhan Namlea, Pulau Buru, sampai diperiksa di kantor polisi. Tapi, “Caping” yang keluar esoknya berjudul “Bergman”, semacam “tribute” kepada sutradara film Ingmar Bergman yang termasyhur itu.

Di Bantul juga begitu. Dengan diskusi panjang di sepanjang perjalanan darat dari Jakarta hingga Yogya, berbagai pembicaraan tentang buku, makanan, politik, dan kegemaran, “Caping” yang terbit esoknya berjudul “Di Islandia”, tentang novel Gudberger Bergsson, Svanurinn, yang terbit pada 1991 dan diterjemahkan Bernard Scudder sebagai The Swan.

l l l

satu-satunya Pemimpin Redaksi Tempo yang membangun karier lewat “jalur agen”, punya cara yang khas dalam membicarakan “Caping”. Rubrik ini, katanya, “Akhirnya menjadi medan pertarungan antara GM dan dirinya sendiri.” Ketika saya menyampaikan kesimpulan TH ini kepada GM, ia tersenyum dan bergumam lemah, “Mungkin.”

Kelemahan GM adalah, ia selalu berhasrat mencapai yang terbaik. Ia seorang perfeksionis. Begitu dalam berpuisi, begitu dalam ber-”Caping”. Perjalanan dari “Caping” ke “Caping” adalah perjalanan pertarungan antara GM dan “Caping”-nya. Dari aspek ini, saya kadang-kadang iba kepada GM, yang seolah-olah memanggul “kutukan” yang tak bisa dihindarinya, yakni sang “Caping”.

Di sekitar paruh pertama 1980-an, GM seolah macet berpuisi. Saya ingat suatu hari, di sebuah warung sate di lantai atas Proyek Senen, tempat Tempo berkantor ketika itu, GM dan saya berbincang dengan Keith Foulcher, pengamat sastra kiri Indonesia dari Monash University.

Keith bertanya, “Mengapa Anda tidak menulis puisi lagi?” GM menjawab, ringan sekali, “Amarzan juga tidak menulis puisi, begitu pula Chairil Anwar.” Beberapa tahun GM tidak menerbitkan puisi. Tapi “Caping” jalan terus. “Kutukan” itu tak terhindari.

l l l

ADA yang berubah pada “Caping” pascabredel. Rubrik itu kini satu halaman penuh-bahkan kadang-kadang dua halaman. Ia ditempatkan di halaman akhir, dari sebelumnya di halaman tengah. Ketika saya bertanya, GM membenarkan bahwa makin lama ia makin intens menggeluti lintas pemikiran. Ia makin khusyuk menghayati filsafat.

R. William Liddle, guru besar di Ohio State University, dalam kata pengantarnya untuk buku Catatan Pinggir Jilid 3, mengatakan, “Goenawan Mohamad adalah burung langka dalam sangkar intelektual modern Indonesia.” Liddle, saya kira, melakukan kesalahan dalam memilih metafora. Langka atawa tak langka, GM tetap tak bisa diandaikan terkurung dalam sangkar apa pun, kecuali oleh orang yang cakrawala keberpikirannya memang terbatas.

Memang tak semua orang paham akan tulisan “Caping”. Bahkan tak semua orang tahu persis apa yang ditulis GM setiap pekan di majalah Tempo itu. Saya pernah bertemu seorang perwakilan penerbit dari negeri Belanda, yang menyatakan sangat kagum pada tulisan GM di Tempo. “Yang mana?” saya bertanya. Dia menjawab, tanpa rasa bersalah, “Itu lho, catatan pinggir jalan!”

Tapi, dalam perjalanan menuju empat puluh tahun, “Caping”-”kutukan” itu-telah menyebarkan kerajinan berpikir, keberanian mempertanyakan, dan kesabaran menenggang perbedaan, dengan cara yang tidak berteriak, apalagi mengibarkan kelewang. “Kutukan” itu telah menyebarkan pencerahan, lewat cara yang sangat sederhana.

07 Maret 2011

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita