DERMAGA SASTRA INDONESIA: KEPENGARANGAN TANJUNGPINANG DARI RAJA ALI HAJI SAMPAI SURYATATI A. MANAN
Penulis: Jamal D. Rahman, Al-Azhar, Abdul Malik, Agus R. Sarjono, dan Raja Malik Hafrizal
Penerbit: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang dan Komodo Books
Tahun: 2011
Peresensi: Budi Darma
http://majalah.tempointeraktif.com/
JUDUL buku baru ini panjang, penulisnya banyak-yaitu Jamal D. Rahman, Al-Azhar, Abdul Malik, Agus R. Sarjono, dan Raja Malik Hafrizal. Penerbitnya pun menarik, yaitu badan resmi pemerintah.
Lazimnya, buku terbitan badan resmi pemerintah ditulis dengan bahasa resmi, kaku, apa adanya, dan isinya data resmi, sifatnya kering, karena misinya hanyalah rekaman keberhasilan. Buku terbitan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang ini berbeda. Isinya bukan data resmi, melainkan serangkaian kisah mengenai Kota Tanjungpinang dan sekitarnya. Penyajiannya pun dengan gaya esai, bukan gaya resmi dan kaku. Sementara sasaran pembaca buku-buku terbitan badan resmi pemerintah pada umumnya terbatas pada kalangan birokrasi, buku ini membidik khalayak ramai, dan segmennya adalah pembaca sastra.
Dari judulnya, dapat dipastikan isinya mengenai sastra sebagai harta karun khas milik Tanjungpinang dengan tokoh sentralnya Raja Ali Haji. Sastra, khususnya sastra tradisional, sementara itu, pasti menyangkut tiga unsur yang berkaitan, yaitu bangsa, bahasa, dan kebudayaan. Tiga unsur ini mengerucut menjadi tiga tokoh: Raja Ali Haji di Tanjungpinang, Hamzah Fansuri di Aceh, dan Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi di Singapura.
Dari segi genetik, orang dari kawasan-kawasan itu pada hakikatnya satu, tapi dari segi politik, mereka akhirnya menjadi bangsa yang berbeda-beda. Kekuatan politik telah memilah-milah satu bangsa ini menjadi bangsa Indonesia, bangsa Melayu Singapura, dan bangsa Malaysia. Karena itulah, sebagaimana tercantum dalam buku pelajaran sastra beberapa dasawarsa ke belakang, tiga bangsa dari tiga negara ini menganggap tiga tokoh tersebut milik mereka.
Kawasan Tanjungpinang memang pernah mengalami kejayaan, khususnya ketika Kerajaan Riau-Lingga masih berdiri pada awal abad ke-19. Ibu kotanya Pulau Penyengat, sebuah pulau yang sekarang menjadi kelurahan Kota Tanjungpinang.
Kalau ditinjau ke belakang, dari manakah gerangan asal-usul kebudayaan Melayu, jawabnya tidak lain adalah Pulau Penyengat. Dari pulau inilah lahir karya-karya besar sastra Melayu, dengan tokoh sentralnya Raja Ali Haji, kelahiran 1873. Dialah pencipta Gurindam Dua Belas, sebuah puisi berisi tonggak-tonggak kebudayaan Melayu, yaitu Islam, bahasa Melayu, dan adat resam Melayu. Dengan wawasannya yang luas, antara lain dengan jalan menyerap kebudayaan Parsi, Raja Ali Haji menciptakan adagium mengenai peran “kalam” (pena). Kendati kalau tidak ada pilihan lain perang pun perlu dilaksanakan, sebetulnya kalam lebih penting daripada perang.
Masih banyak sastrawan terkemuka di Pulau Penyengat pada abad ke-19, antara lain ayah Raja Ali Haji, yaitu Raja Ahmad, penulis buku sejarah Tuhfat al-Nafis bagian awal-yang kemudian diteruskan penulisannya oleh Raja Ali Haji. Dari Raja Ahmad pulalah Raja Ali Haji memahami benar bahwa ilmu, bahasa, dan sastra pada hakikatnya merupakan satu kesatuan, tidak mungkin dipisah-pisahkan. Untuk menghasilkan karya sastra yang baik, sastrawan dituntut mengetahui ilmu dengan baik, dan seni bahasa yang baik pula.
Selain Raja Ahmad dan Raja Ali Haji, ada Haji Ibrahim Datuk Kaya Muda, intelektual Melayu yang pada masanya sangat terkenal; Raja Daud, dokter yang amat mahir pula menulis karya sastra; Raja Hasan, pencinta seni dan ilmu pengetahuan yang tak lain adalah anak Raja Ali Haji; Khalid Hitam, Abu Muhammad Adnan, Raja Ali Kelana, dan Aisyah Sulaiman, yang tidak lain adalah cucu Raja Ali Haji. Semuanya mencintai ilmu pengetahuan dan mampu menghasilkan karya sastra yang bagus.
Intelektualisme memang tidak bisa dipisahkan dari kebudayaan Melayu. Karena itulah dalam Kerajaan Riau-Lingga ada Rasyidah Klab, forum untuk memperbincangkan masalah-masalah intelektual. Namun makin lama kekuatan Kerajaan Riau-Lingga makin terkikis oleh kekuatan Belanda, sehingga akhirnya Rasyidah Klab terpaksa dipindahkan ke Singapura. Agar Belanda tidak mengacak-acak harta karun kehidupan intelektual Melayu, khazanah kebudayaan di Pulau Penyengat pun dibakar.
Setelah beberapa kali Pulau Penyengat digempur Belanda, pada September 1784, Kerajaan Riau-Lingga direbut Belanda. Penguasanya, Raja Adi Kelana, pindah ke Johor. Lalu, dalam Perjanjian Utrecht, 10 November 1784, ditentukan bahwa seluruh kawasan Kerajaan Riau-Lingga menjadi hak milik Belanda.
Sementara itu, Inggris, Belanda, dan Prancis terus berupaya menguasai berbagai kawasan. Sebagai klimaksnya, ditandatanganilah Treaty of London pada 17 Mei 1824. Dalam treaty ini, kawasan yang terkenal sebagai Tanah Melayu dibagi menjadi dua, yaitu Kerajaan Riau-Lingga menjadi hak Belanda yang sekarang menjadi wilayah Republik Indonesia, serta Johor, Pahang, Terengganu, dan Singapura menjadi hak milik Inggris. Johor, Pahang, Terengganu kemudian menjadi Negara Malaysia, dan setelah Singapura berpisah dengan Malaysia pada Agustus 1965, berdirilah Singapura sebagai negara sendiri. Demikianlah, orang Melayu yang awalnya satu dipisah menjadi tiga: Melayu Riau/Indonesia, Melayu Singapura, dan Melayu Malaysia.
Pada waktu perang kemerdekaan berkecamuk, ada tiga pihak di bekas Kerajaan Riau-Lingga yang pendiriannya berlawanan. Sebagian bangsawan ingin mendirikan kembali Kerajaan Melayu, sebagian pihak ingin ikut Belanda. Pihak terkuat, yaitu kaum nasionalis, ingin bergabung dengan Republik Indonesia.
Seusai perang kemerdekaan, Kota Tanjungpinang pun menjadi ibu kota provinsi. Tapi, karena letaknya terlalu dekat dengan Singapura dan pengaruh Singapura pada waktu itu sangat kuat, ibu kota provinsi pun pada 1959 dipindahkan ke Pekanbaru di daratan Sumatera dan relatif dekat dengan Jakarta. Setelah ada pemekaran, Tanjungpinang menjadi ibu kota Provinsi Kepulauan Riau dan, dengan kedudukannya sebagai ibu kota, gairah intelektual serta sastranya, yang dulu pernah tenggelam, tumbuh kembali dengan cepat.
Kebetulan pula Wali Kota Tanjungpinang Suryatati A. Manan, pemenang mutlak pemilihan kepala daerah dan karena itu mendapat penghargaan Museum Rekor-Dunia Indonesia, adalah satu di antara sekian penyair andal Tanjungpinang masa kini. Penyair-penyair itu, kecuali Suryatati A. Manan, menyuarakan “kekosongan sastra Melayu” dan “kekalahan orang Melayu dahulu” untuk menghadapi masa depan yang lebih baik.
Karena Tanjungpinang adalah ibu kota kepulauan, imaji-imaji kelautan pun menjadi salah satu ciri khas puisi-puisi mereka. Kekalahan dan harapan akan kemenangan, dengan imaji laut, tampak antara lain dalam puisi Hoesniah Hood: “laut, berikan aku ikan Melayu yang kering/berikan aku garam/aku Melayu yang payau/berikan aku ombak/aku Melayu yang hanyut/aku minta puaka aku minta jembalang/aku Melayu yang meradang”.
/18 April 2011
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Junianto
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abang Eddy Adriansyah
Abdi Purmono
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurahman Wahid
Abidah el Khalieqy
Abiyyu
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achiar M Permana
Ade Ridwan Yandwiputra
Adhika Prasetya
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Adreas Anggit W.
Adrian Ramdani
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunarto
Agus Utantoro
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajie Najmudin
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Saefudin
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alhafiz K
Ali Shari'ati
Alizar Tanjung
Alvi Puspita
Alwi Karmena
Amarzan Loebis
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Amiruddin Al Rahab
Amirullah
Amril Taufiq Gobel
Amy Spangler
An. Ismanto
Andrea Hirata
Andy Riza Hidayat
Anes Prabu Sadjarwo
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anne Rufaidah
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anung Wendyartaka
Anwar Holid
Aprinus Salam
Ari Dwijayanthi
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Aris Darmawan
Aris Kurniawan
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asep Yayat
Askolan Lubis
Asrul Sani
Asvi Marwan Adam
Asvi Warman Adam
Audifax
Awalludin GD Mualif
Awaludin Marwan
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Bambang Bujono
Bambang Irawan
Bambang Kempling
Bambang Unjianto
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonnie Triyana
Bre Redana
Brunel University London
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hatees
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cepi Zaenal Arifin
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Cucuk Espe
D Pujiyono
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darwin
David Krisna Alka
Dedy Tri Riyadi
Deni Ahmad Fajar
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dicky
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Dodi Ambardi
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Khoirotun Nisa’
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Suprianto
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulwesi
Endi Haryono
Endri Y
Enung Sudrajat
Erwin
Erwin Dariyanto
Erwin Setia
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evieta Fadjar
F. Aziz Manna
Fadjriah Nurdiarsih
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Farida-Suliadi
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Feby Indirani
Felik K. Nesi
Fenny Aprilia
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Firdaus Muhammad
Firman Nugraha
Fuad Nawawi
Galang Ari P.
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Maryanto
Guntur Alam
Gus tf Sakai
Gusti Eka
H Marjohan
HA. Cholil Mudjirin
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hanik Uswatun Khasanah
Hans Pols
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hawe Setiawan
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Heru Nugroho
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Hudel
Humaidiy AS
Humam S Chudori
I.B. Putera Manuaba
Ibn Ghifarie
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idrus
Ignas Kleden
Ika Karlina Idris
Ilham khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tranggono
Indrian Koto
Intan Indah Prathiwie
Inung AS
Iskandar Noe
Iskandar P Nugraha
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut Fitra
J.J. Rizal
Jacques Derrida
Jafar Fakhrurozi
Jafar M Sidik
Jafar M. Sidik
Jaleswari Pramodhawardani
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jean-Marie Gustave Le Clezio
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ Rizal
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Jonathan Ziberg
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku
Juli
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kang Warsa
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasijanto Sastrodinomo
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Keith Foulcher
Khansa Arifah Adila
Khisna Pabichara
Khrisna Pabichara
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristine McKenna
Kritik Sastra
Kukuh Yudha Karnanta
Kurie Suditomo
Kurniawan Yunianto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L. Ridwan Muljosudarmo
Lan Fang
Langgeng W
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Leo Kelana
Leo Tolstoy
Lia Anggia Nasution
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Abdullah Badri
M Aditya
M Anta Kusuma
M Fadjroel Rachman
M. Arman AZ
M. Faizi
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Misbahuddin
M. Mushthafa
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Makyun Subuki
Maman S Mahayana
Marcus Suprihadi
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Mashuri
Matroni
Matroni El-Moezany
Mawar Kusuma
Max Lane
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Miziansyah J.
Moh. Samsul Arifin
Mohammad Eri Irawan
Muhammad Antakusuma
Muhammad Firdaus Rahmatullah
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhammd Ali Fakih AR
Muhidin M. Dahlan
Mukhlis Al-Anshor
Mulyo Sunyoto
Munawir Aziz
Murnierida Pram
Musa Asy’arie
Mustafa Ismail
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nandang Darana
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Nazar Nurdin
Nenden Lilis A
Nezar Patria
Nina Herlina Lubis
Ning Elia
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nobel
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novelet
Nu’man ‘Zeus’ Anggara
Nunik Triana
Nur Faizah
Nur Wahida Idris
Nurcholish Madjid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurman Hartono
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Obrolan
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Olivia Kristinasinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Oyos Saroso H.N.
Pandu Jakasurya
Parak Seni
Parakitri T. Simbolon
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Pembebasan Sastra
Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta-Toer
Pringadi Abdi Surya
Pringadi AS
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Rahmat Hidayat
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ranang Aji S.P.
Ranggawarsita
Ratih Kumala
Ratna Sarumpaet
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Rengga AP
Resensi
Resistensi Kaum Pergerakan
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Risang Anom Pujayanto
Riswan Hidayat
Riyadi KS
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rojil Nugroho Bayu Aji
Rukardi
S Sopian
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sari Oktafiana
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra
Sastra Liar Masa Awal
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Selo Soemardjan
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Sevgi Soysal
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Slamet Hadi Purnomo
Sobih Adnan
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sotyati
Sri Wintala Achmad
St. Sunardi
Stefanus P. Elu
Stevy Widia
Sugi Lanus
Sugilanus G. Hartha
Suherman
Sukardi Rinakit
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Surat
Suripto SH
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susiyo Guntur
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi San
Syafruddin Hasani
Syahruddin El-Fikri
Syaiful Amin
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T Agus Khaidir
Tasyriq Hifzhillah
Tatang Pahat
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tia Setiadi
Tita Maria Kanita
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tony Herdianto
Tosa Poetra
Tri Purna Jaya
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulfatin Ch
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Utami Widowati
UU Hamidy
Veronika Ninik
Vien Dimyati
Vino Warsono
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W Haryanto
W. Herlya Winna
W.S. Rendra
Wahyu Heriyadi
Wahyu Hidayat
Wahyu Utomo
Walid Syaikhun
Wan Anwar
Wandi Juhadi
Warih Wisatsana
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Wayan Supartha
Wendoko
Wicaksono Adi
William Bradley Horton
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Wong Wing King
Y. Wibowo
Yang Lian
Yanuar Yachya
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopie Setia Umbara
Yos Rizal Suriaji
Yoserizal Zein
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudhi Herwibowo
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Zacky Khairul Uman
Zakki Amali
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhou Fuyuan
Zul Afrita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar