01/04/12

Kisah-kisah Sastra Tanjungpinang

DERMAGA SASTRA INDONESIA: KEPENGARANGAN TANJUNGPINANG DARI RAJA ALI HAJI SAMPAI SURYATATI A. MANAN
Penulis: Jamal D. Rahman, Al-Azhar, Abdul Malik, Agus R. Sarjono, dan Raja Malik Hafrizal
Penerbit: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang dan Komodo Books
Tahun: 2011
Peresensi: Budi Darma
http://majalah.tempointeraktif.com/

JUDUL buku baru ini panjang, penulisnya banyak-yaitu Jamal D. Rahman, Al-Azhar, Abdul Malik, Agus R. Sarjono, dan Raja Malik Hafrizal. Penerbitnya pun menarik, yaitu badan resmi pemerintah.

Lazimnya, buku terbitan badan resmi pemerintah ditulis dengan bahasa resmi, kaku, apa adanya, dan isinya data resmi, sifatnya kering, karena misinya hanyalah rekaman keberhasilan. Buku terbitan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang ini berbeda. Isinya bukan data resmi, melainkan serangkaian kisah mengenai Kota Tanjungpinang dan sekitarnya. Penyajiannya pun dengan gaya esai, bukan gaya resmi dan kaku. Sementara sasaran pembaca buku-buku terbitan badan resmi pemerintah pada umumnya terbatas pada kalangan birokrasi, buku ini membidik khalayak ramai, dan segmennya adalah pembaca sastra.

Dari judulnya, dapat dipastikan isinya mengenai sastra sebagai harta karun khas milik Tanjungpinang dengan tokoh sentralnya Raja Ali Haji. Sastra, khususnya sastra tradisional, sementara itu, pasti menyangkut tiga unsur yang berkaitan, yaitu bangsa, bahasa, dan kebudayaan. Tiga unsur ini mengerucut menjadi tiga tokoh: Raja Ali Haji di Tanjungpinang, Hamzah Fansuri di Aceh, dan Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi di Singapura.

Dari segi genetik, orang dari kawasan-kawasan itu pada hakikatnya satu, tapi dari segi politik, mereka akhirnya menjadi bangsa yang berbeda-beda. Kekuatan politik telah memilah-milah satu bangsa ini menjadi bangsa Indonesia, bangsa Melayu Singapura, dan bangsa Malaysia. Karena itulah, sebagaimana tercantum dalam buku pelajaran sastra beberapa dasawarsa ke belakang, tiga bangsa dari tiga negara ini menganggap tiga tokoh tersebut milik mereka.

Kawasan Tanjungpinang memang pernah mengalami kejayaan, khususnya ketika Kerajaan Riau-Lingga masih berdiri pada awal abad ke-19. Ibu kotanya Pulau Penyengat, sebuah pulau yang sekarang menjadi kelurahan Kota Tanjungpinang.

Kalau ditinjau ke belakang, dari manakah gerangan asal-usul kebudayaan Melayu, jawabnya tidak lain adalah Pulau Penyengat. Dari pulau inilah lahir karya-karya besar sastra Melayu, dengan tokoh sentralnya Raja Ali Haji, kelahiran 1873. Dialah pencipta Gurindam Dua Belas, sebuah puisi berisi tonggak-tonggak kebudayaan Melayu, yaitu Islam, bahasa Melayu, dan adat resam Melayu. Dengan wawasannya yang luas, antara lain dengan jalan menyerap kebudayaan Parsi, Raja Ali Haji menciptakan adagium mengenai peran “kalam” (pena). Kendati kalau tidak ada pilihan lain perang pun perlu dilaksanakan, sebetulnya kalam lebih penting daripada perang.

Masih banyak sastrawan terkemuka di Pulau Penyengat pada abad ke-19, antara lain ayah Raja Ali Haji, yaitu Raja Ahmad, penulis buku sejarah Tuhfat al-Nafis bagian awal-yang kemudian diteruskan penulisannya oleh Raja Ali Haji. Dari Raja Ahmad pulalah Raja Ali Haji memahami benar bahwa ilmu, bahasa, dan sastra pada hakikatnya merupakan satu kesatuan, tidak mungkin dipisah-pisahkan. Untuk menghasilkan karya sastra yang baik, sastrawan dituntut mengetahui ilmu dengan baik, dan seni bahasa yang baik pula.

Selain Raja Ahmad dan Raja Ali Haji, ada Haji Ibrahim Datuk Kaya Muda, intelektual Melayu yang pada masanya sangat terkenal; Raja Daud, dokter yang amat mahir pula menulis karya sastra; Raja Hasan, pencinta seni dan ilmu pengetahuan yang tak lain adalah anak Raja Ali Haji; Khalid Hitam, Abu Muhammad Adnan, Raja Ali Kelana, dan Aisyah Sulaiman, yang tidak lain adalah cucu Raja Ali Haji. Semuanya mencintai ilmu pengetahuan dan mampu menghasilkan karya sastra yang bagus.

Intelektualisme memang tidak bisa dipisahkan dari kebudayaan Melayu. Karena itulah dalam Kerajaan Riau-Lingga ada Rasyidah Klab, forum untuk memperbincangkan masalah-masalah intelektual. Namun makin lama kekuatan Kerajaan Riau-Lingga makin terkikis oleh kekuatan Belanda, sehingga akhirnya Rasyidah Klab terpaksa dipindahkan ke Singapura. Agar Belanda tidak mengacak-acak harta karun kehidupan intelektual Melayu, khazanah kebudayaan di Pulau Penyengat pun dibakar.

Setelah beberapa kali Pulau Penyengat digempur Belanda, pada September 1784, Kerajaan Riau-Lingga direbut Belanda. Penguasanya, Raja Adi Kelana, pindah ke Johor. Lalu, dalam Perjanjian Utrecht, 10 November 1784, ditentukan bahwa seluruh kawasan Kerajaan Riau-Lingga menjadi hak milik Belanda.

Sementara itu, Inggris, Belanda, dan Prancis terus berupaya menguasai berbagai kawasan. Sebagai klimaksnya, ditandatanganilah Treaty of London pada 17 Mei 1824. Dalam treaty ini, kawasan yang terkenal sebagai Tanah Melayu dibagi menjadi dua, yaitu Kerajaan Riau-Lingga menjadi hak Belanda yang sekarang menjadi wilayah Republik Indonesia, serta Johor, Pahang, Terengganu, dan Singapura menjadi hak milik Inggris. Johor, Pahang, Terengganu kemudian menjadi Negara Malaysia, dan setelah Singapura berpisah dengan Malaysia pada Agustus 1965, berdirilah Singapura sebagai negara sendiri. Demikianlah, orang Melayu yang awalnya satu dipisah menjadi tiga: Melayu Riau/Indonesia, Melayu Singapura, dan Melayu Malaysia.

Pada waktu perang kemerdekaan berkecamuk, ada tiga pihak di bekas Kerajaan Riau-Lingga yang pendiriannya berlawanan. Sebagian bangsawan ingin mendirikan kembali Kerajaan Melayu, sebagian pihak ingin ikut Belanda. Pihak terkuat, yaitu kaum nasionalis, ingin bergabung dengan Republik Indonesia.

Seusai perang kemerdekaan, Kota Tanjungpinang pun menjadi ibu kota provinsi. Tapi, karena letaknya terlalu dekat dengan Singapura dan pengaruh Singapura pada waktu itu sangat kuat, ibu kota provinsi pun pada 1959 dipindahkan ke Pekanbaru di daratan Sumatera dan relatif dekat dengan Jakarta. Setelah ada pemekaran, Tanjungpinang menjadi ibu kota Provinsi Kepulauan Riau dan, dengan kedudukannya sebagai ibu kota, gairah intelektual serta sastranya, yang dulu pernah tenggelam, tumbuh kembali dengan cepat.

Kebetulan pula Wali Kota Tanjungpinang Suryatati A. Manan, pemenang mutlak pemilihan kepala daerah dan karena itu mendapat penghargaan Museum Rekor-Dunia Indonesia, adalah satu di antara sekian penyair andal Tanjungpinang masa kini. Penyair-penyair itu, kecuali Suryatati A. Manan, menyuarakan “kekosongan sastra Melayu” dan “kekalahan orang Melayu dahulu” untuk menghadapi masa depan yang lebih baik.

Karena Tanjungpinang adalah ibu kota kepulauan, imaji-imaji kelautan pun menjadi salah satu ciri khas puisi-puisi mereka. Kekalahan dan harapan akan kemenangan, dengan imaji laut, tampak antara lain dalam puisi Hoesniah Hood: “laut, berikan aku ikan Melayu yang kering/berikan aku garam/aku Melayu yang payau/berikan aku ombak/aku Melayu yang hanyut/aku minta puaka aku minta jembalang/aku Melayu yang meradang”.

/18 April 2011

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita