Asarpin
http://sastra-indonesia.com/
Kebebasan merupakan persoalan yang, paling tidak, sama tuanya dengan usia manusia itu sendiri. Sejak Nabi Adam turun ke Bumi lalu diikuti para nabi berikutnya, persoalan kebebasan kerap kali muncul dalam wujudnya yang berbeda. Sejak filosof Stoa hingga filosof pascamodernisme, masalah kebebasan telah menyita waktu para filosof profesional untuk merumuskan secara jelas apa makna di balik kata ini.
Pada abad pertengahan, meski telah mencapai analisis yang lebih baik tentang sebagian besar konsep yang tercakup di dalamnya, pada dasarnya tidak membawa lebih dekat pada suatu pemecahan akhir; bahwa sementara sebagian pihak telah dipusingkan oleh persoalan ini. Sebagian yang lain menganggap persoalan yang jalin-menjalin tersebut sekadar suatu kekacauan yang akan diselesaikan oleh suatu pemecahan filosofis yang tunggal dan kokoh.
Pada perkembangan selanjutnya, persoalan kebebasan telah merambah ke wilayah politik dan ekonomi. Pada masa ini kebebasan telah diartikan sebagai determinisme diri (self- determinism), yakni pandangan yang menyatakan bahwa watak dan “struktur” kepribadian manusia, serta emosi, sikap, pilihan, keputusan, dan tindakan- tindakan yang bersumber darinya, benar-benar memainkan peran sepenuhnya dalam apa yang terjadi. Namun, pada dirinya sendiri merupakan dampak dari berbagai sebab, psikis maupun fisik, sosial maupun individual, dan seterusnya, dalam suatu rangkaian yang tak terputuskan.
Menurut penganut paham tersebut, “saya bebas jika saya dapat melakukan apa yang saya inginkan dan memungkinkan memilih salah satu di antara dua jenis tindakan yang akan saya ambil”. Atau, semua perilaku manusia adalah bebas ditentukan, tergantung dari sudut pandang mana seseorang memandangnya. Sebab, manusia dewasa bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Pilihan-pilihan saya secara kausal telah ditentukan; karena jika tidak demikian, ia akan menjadi suatu kejadian yang acak dan alternatif-alternatif pilihan tersebut akan kehilangan kemungkinan-kemungkinannya, sama halnya dengan mengatakan sesuatu yang tidak bermakna. Pandangan klasik ini bagi sebagian besar filosof tampak menyelesaikan persoalan kehendak bebas. Liberalisme determinisme diri semacam ini oleh William James-bapak psikologi modern abad ke-20-disebut sebagai “determinisme lembek” atau “rawa persembunyian”.
BERBAGAI perdebatan panjang soal paham liberalisme di atas dapat ditelusuri dalam karya Isaiah Berlin berjudul Empat Esai Kebebasan (penerbit LP3ES kerja sama dengan Freedom Institute, Jakarta, September 2004).
Isaiah Berlin adalah sejarawan dan filosof Inggris pasca-Hegel dan Marx, lahir di Riga, Latvia, 6 Juni 1909, keturunan Rusia. Buku ini merupakan karyanya yang paling banyak menuai kritik dan melahirkan perdebatan sengit di Inggris dan Eropa sejak diterbitkan pertama kali tahun 1969. Dalam buku ini ia membentangkan begitu banyak perdebatan soal paham kebebasan, mulai dari pandangan sejarawan, filosof, sastrawan, teolog, dan para pengamat politik serta ahli ekonomi.
Empat esai tentang kebebasan dalam buku ini mengulas secara komprehensif empat persoalan besar: Pemikiran Politik Abad ke-20, Keniscayaan Sejarah, Dua Konsep Kebebasan, dan John Stuart Mill dan tujuan-tujuan hidupnya (buku John Stuart Mill, On Liberty, sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Yayasan Obor Indonesia).
Bagi Berlin, pengertian dasar dari kebebasan adalah kebebasan dari segala belenggu, dari pemenjaraan, dari perbudakan oleh orang lain. Sementara, pengertian yang lain, yang lebih luas, merupakan perluasan dari pengertian ini. Bagi Berlin, berusaha menjadi bebas berarti berusaha menghilangkan berbagai rintangan; berusaha memperoleh kebebasan personal berarti berusaha mencegah campur tangan, pengisapan, penindasan oleh orang- orang yang melakukannya. Kebebasan, setidaknya dari pengertian politiknya, bersesuaian dengan tidak adanya gangguan atau dominasi dan hegemoni. Akan tetapi, kebebasan semacam itu bukan satu-satunya nilai yang menentukan sebuah laku, atau perilaku. Persoalan jauh lebih kompleks dari hanya dengan satu jawaban semacam itu (hal 64).
Pertanyaannya, nilai macam apa yang terdapat di dalam kebebasan menurut Isaiah Berlin? Apakah nilai kebebasan yang dikemukannya merupakan suatu jawaban terhadap kebutuhan dasar manusia untuk bebas, atau sesuatu yang diandai-andaikan oleh tuntutan yang lain? Selain pertanyaan itu, apakah empat esai kebebasannya merupakan pertanyaan sekaligus jawaban yang murni antropologis dan historis yang membutuhkan jawaban empiris pula atau pertanyaan filosofis, psikologis, dan politis?
Peran apa, kalaupun ada, yang dimainkan oleh bukti- bukti historis, antropologis, serta sosiologis dalam menetapkan premis kebenaran atau kesahihan dalam persoalan-persoalan seperti itu? Atau apakah seperti yang ditujukan lewat suatu analisis filosofis yang meyakinkan kita bahwa pengabaian kebebasan tidaklah bersesuaian dengan menjadi manusia, atau, paling tidak, sepenuhnya manusia-terlepas dari apakah yang kita maksudkan dengan manusia-di mana pun dan kapan pun.
Bagi Berlin, paham kebebasan determinisme dan universalisme yang dipeluk teguh para sejarawan, sastrawan, politikus, dan para pemikir abad ke-20 tak lebih dari usaha memamah biak warisan Pencerahan Eropa yang gagasannya tidak meyakinkan bagi teori-praktik kebebasan. Para sejarawan yang hanya mampu berpikir obyektif, tidak bias, tidak memihak, yang sepintas merupakan kebajikan-kebajikan luhur yang hendak meneguhkan klaim kebenaran dan keyakinan.
Tentu saja, terdapat nilai-nilai moral-sosial yang obyektif, abadi dan universal, yang tak tersentuh oleh perubahan sejarah dan dapat diketahui oleh pikiran setiap manusia rasional. Namun, klaim semacam itu perlu dipertanyakan (hal 31). Hal ini disebabkan kehendak bebas membutuhkan pemecahan konseptual baru yang sejauh ini belum berhasil dilakukan siapa pun. Sementara terminologi tradisional, seperti dari filosof TH Green, Hegel, dan Marx, perlu dilakukan penjarakan, gagasan-gagasan kebebasan mereka sudah terlalu usang untuk kurun ini dan yang akan datang (hal 71-73).
BERLIN berkali-kali melontarkan pandangannya tentang kebebasan yang diiilhami oleh gagasan politik liberal. Berlin adalah aseorang liberal yang berseberangan dengan pandangan komunisme maupun marxisme. Dengan menekankan empat tesis kebebasan, Berlin seakan menawarkan jalan keluar bagi pandangan baru yang menghargai kebebasan individual. Siapa pun yang menghargai kebebasan demi kebebasan itu sendiri, percaya bahwa ia akan bebas untuk memilih, dan tidak untuk ditentukan pilihannya. Hal ini merupakan unsur yang tidak bisa disingkirkan dalam apa yang menjadikan manusia saat ini sebagai manusia.
Bagi Berlin, seseorang adalah tuan bagi dirinya sendiri. Bila aku adalah pemilik akal budi dan kehendak, maka aku mempunyai berbagai tujuan dan berkeinginan untuk mewujudkan tujuan itu. Namun, jika aku dihalang-halangi untuk mencapai kehendakku itu, berarti aku tidak lagi merasa sebagai tuan atas diriku dan kehidupanku. Aku mungkin dihalang-halangi oleh hukum- hukum alam, atau oleh hal-hal yang tak terduga, atau oleh tindakan-tindakan manusia, atau oleh pengaruh, yang sering tak terencanakan, dari kebisaan- kebisaan manusia. Apa yang aku lakukan agar tidak tertindas oleh kekuatan-kekuatan itu? Berlin menawarkan jawaban: aku harus membebaskan diriku, hasrat yang aku tahu tak dapat aku wujudkan. Aku ingin menjadi tuan atas kerajaanku sendiri.
Paham kebebasan Isaiah Berlin adalah pertanyaan yang tak berkesudahan di kalangan kaum liberal sampai hari ini. Apakah paham liberal yang pernah dikutuk Bung Karno dulu kini menjadi alternatif? Sebagian orang akan menjawab ya, namun sebagian lain akan menjawab tidak untuk setiap liberalisme.
Berlin mengajukan suatu syarat tentang hak personalitas tanpa harus pusing-pusing dengan pertanggungjawaban moral-religius. Baginya, seorang manusia tidak diwajibkan kepada siapa pun atas tindakan-tindakannya sejauh hal ini bersesuaian dengan keberadaan masyarakat yang terorganisasi. “Aku menghilangkan semua rintangan yang ada di jalan hidup aku dengan meninggalkan jalan tersebut; aku menarik diri ke dalam sekte aku sendiri, ke dalam rencana ekonomi aku sendiri, ke dalam wilayah kehidupan aku yang terpencil, di mana tidak ada lagi suara-suara dari luar yang perlu didengarkan.
Tindakan semacam itu merupakan suatu bentuk pencarian rasa aman; namun tindakan itu juga pantas disebut pencarian kebebasan atau kemerdekaan pribadi atau nasional, yang individual sekaligus yang banyak. Aku bebas sejauh aku otonom, aku mematuhi hukum, tetapi hukum itu aku temukan dalam diri aku sendiri yang tak terkekang”.
Tidak berlebihan bila Berlin kelak dijuluki sebagai juru bicara paling fasih tentang liberalisme abad ke-20 sekaligus pengkritik paling lantang terhadap paham liberalisme Abad Pencerahan; liberalisme yang determinisme atau keyakinan atas universalisme. Berlin memang secara tajam melucuti universalisme Pencerahan dengan tidak membuatnya menolak kebebasan personal. Gagasan liberalisme Berlin bagi Ahmad Sahal adalah, “kebebasan individu tanpa harus mengaitkannya dengan universalisme, menjadi liberal dengan tetap menerima pluralisme, dan tanpa harus terjatuh dalam sikap landak ala Pencerahan”. Dengan ungkapan lain, liberalisme ala Berlin adalah liberalisme yang ironi yang tidak berurusan dengan kebenaran absolutisme, seraya tetap berpegang teguh pada komitmen sosial yang membebaskan.
__________
*) ASARPIN, lahir di dekat hilir Teluk Semangka, propinsi Lampung, 08 Januari 1975. Pernah kuliah di jurusan Perbandingan Agama IAIN Raden Intan Bandar Lampung. Setelah kuliah, bergabung dengan Urban Poor Consortium (UPC), 2002-2005. Koordinator Uplink Lampung, 2005-2007. Pada 2009 mengikuti program penulisan Mastera untuk genre Esai di Wisma Arga Mulya, 3-8 Agustus 2009. Tahun 2005 pulang lagi ke Lampung, dengan membuka cabang Urban Poor Linkage (UPLINK). Di UPLINK pernah menjabat koordinator (2005-2007). Menulis esai sudah menjadi bagian perjalanan hidup, yang bukan untuk mengelak dari kebosanan, tapi ingin memuaskan dahaga pengetahuan. Sejak 2005 hampir setiap bulan esai sastra dan keagamaan terbit di Lampung Post. Kini telah beristri Nurmilati dan satu anak Kaila Estetika. Alamat blognya: http://kailaestetika.blogspot.com/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Junianto
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abang Eddy Adriansyah
Abdi Purmono
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurahman Wahid
Abidah el Khalieqy
Abiyyu
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achiar M Permana
Ade Ridwan Yandwiputra
Adhika Prasetya
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Adreas Anggit W.
Adrian Ramdani
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunarto
Agus Utantoro
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajie Najmudin
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Saefudin
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alhafiz K
Ali Shari'ati
Alizar Tanjung
Alvi Puspita
Alwi Karmena
Amarzan Loebis
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Amiruddin Al Rahab
Amirullah
Amril Taufiq Gobel
Amy Spangler
An. Ismanto
Andrea Hirata
Andy Riza Hidayat
Anes Prabu Sadjarwo
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anne Rufaidah
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anung Wendyartaka
Anwar Holid
Aprinus Salam
Ari Dwijayanthi
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Aris Darmawan
Aris Kurniawan
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asep Yayat
Askolan Lubis
Asrul Sani
Asvi Marwan Adam
Asvi Warman Adam
Audifax
Awalludin GD Mualif
Awaludin Marwan
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Bambang Bujono
Bambang Irawan
Bambang Kempling
Bambang Unjianto
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonnie Triyana
Bre Redana
Brunel University London
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hatees
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cepi Zaenal Arifin
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Cucuk Espe
D Pujiyono
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darwin
David Krisna Alka
Dedy Tri Riyadi
Deni Ahmad Fajar
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dicky
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Dodi Ambardi
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Khoirotun Nisa’
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Suprianto
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulwesi
Endi Haryono
Endri Y
Enung Sudrajat
Erwin
Erwin Dariyanto
Erwin Setia
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evieta Fadjar
F. Aziz Manna
Fadjriah Nurdiarsih
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Farida-Suliadi
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Feby Indirani
Felik K. Nesi
Fenny Aprilia
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Firdaus Muhammad
Firman Nugraha
Fuad Nawawi
Galang Ari P.
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Maryanto
Guntur Alam
Gus tf Sakai
Gusti Eka
H Marjohan
HA. Cholil Mudjirin
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hanik Uswatun Khasanah
Hans Pols
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hawe Setiawan
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Heru Nugroho
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Hudel
Humaidiy AS
Humam S Chudori
I.B. Putera Manuaba
Ibn Ghifarie
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idrus
Ignas Kleden
Ika Karlina Idris
Ilham khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tranggono
Indrian Koto
Intan Indah Prathiwie
Inung AS
Iskandar Noe
Iskandar P Nugraha
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut Fitra
J.J. Rizal
Jacques Derrida
Jafar Fakhrurozi
Jafar M Sidik
Jafar M. Sidik
Jaleswari Pramodhawardani
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jean-Marie Gustave Le Clezio
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ Rizal
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Jonathan Ziberg
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku
Juli
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kang Warsa
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasijanto Sastrodinomo
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Keith Foulcher
Khansa Arifah Adila
Khisna Pabichara
Khrisna Pabichara
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristine McKenna
Kritik Sastra
Kukuh Yudha Karnanta
Kurie Suditomo
Kurniawan Yunianto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L. Ridwan Muljosudarmo
Lan Fang
Langgeng W
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Leo Kelana
Leo Tolstoy
Lia Anggia Nasution
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Abdullah Badri
M Aditya
M Anta Kusuma
M Fadjroel Rachman
M. Arman AZ
M. Faizi
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Misbahuddin
M. Mushthafa
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Makyun Subuki
Maman S Mahayana
Marcus Suprihadi
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Mashuri
Matroni
Matroni El-Moezany
Mawar Kusuma
Max Lane
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Miziansyah J.
Moh. Samsul Arifin
Mohammad Eri Irawan
Muhammad Antakusuma
Muhammad Firdaus Rahmatullah
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhammd Ali Fakih AR
Muhidin M. Dahlan
Mukhlis Al-Anshor
Mulyo Sunyoto
Munawir Aziz
Murnierida Pram
Musa Asy’arie
Mustafa Ismail
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nandang Darana
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Nazar Nurdin
Nenden Lilis A
Nezar Patria
Nina Herlina Lubis
Ning Elia
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nobel
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novelet
Nu’man ‘Zeus’ Anggara
Nunik Triana
Nur Faizah
Nur Wahida Idris
Nurcholish Madjid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurman Hartono
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Obrolan
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Olivia Kristinasinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Oyos Saroso H.N.
Pandu Jakasurya
Parak Seni
Parakitri T. Simbolon
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Pembebasan Sastra
Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta-Toer
Pringadi Abdi Surya
Pringadi AS
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Rahmat Hidayat
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ranang Aji S.P.
Ranggawarsita
Ratih Kumala
Ratna Sarumpaet
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Rengga AP
Resensi
Resistensi Kaum Pergerakan
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Risang Anom Pujayanto
Riswan Hidayat
Riyadi KS
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rojil Nugroho Bayu Aji
Rukardi
S Sopian
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sari Oktafiana
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra
Sastra Liar Masa Awal
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Selo Soemardjan
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Sevgi Soysal
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Slamet Hadi Purnomo
Sobih Adnan
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sotyati
Sri Wintala Achmad
St. Sunardi
Stefanus P. Elu
Stevy Widia
Sugi Lanus
Sugilanus G. Hartha
Suherman
Sukardi Rinakit
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Surat
Suripto SH
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susiyo Guntur
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi San
Syafruddin Hasani
Syahruddin El-Fikri
Syaiful Amin
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T Agus Khaidir
Tasyriq Hifzhillah
Tatang Pahat
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tia Setiadi
Tita Maria Kanita
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tony Herdianto
Tosa Poetra
Tri Purna Jaya
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulfatin Ch
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Utami Widowati
UU Hamidy
Veronika Ninik
Vien Dimyati
Vino Warsono
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W Haryanto
W. Herlya Winna
W.S. Rendra
Wahyu Heriyadi
Wahyu Hidayat
Wahyu Utomo
Walid Syaikhun
Wan Anwar
Wandi Juhadi
Warih Wisatsana
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Wayan Supartha
Wendoko
Wicaksono Adi
William Bradley Horton
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Wong Wing King
Y. Wibowo
Yang Lian
Yanuar Yachya
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopie Setia Umbara
Yos Rizal Suriaji
Yoserizal Zein
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudhi Herwibowo
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Zacky Khairul Uman
Zakki Amali
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhou Fuyuan
Zul Afrita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar