12/03/12

Quo Vadis Budaya, Tradisi, dan Investasi

Enung Sudrajat
http://www.kabar-priangan.com/

Kebudayaan merupakan eksplorasi manusia dalam menyikapi ruang dan waktu. Sebagai hasil eksplorasi dan proses kreatif, kebudayaan dapat berwujud budaya benda dan budaya tak benda.

Secara sederhana budaya benda biasanya berhubungan dengan teknologi sederhana, dalam memanfaatkaan alam raya untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti alat perkakas rumah tangga,alat pertanian,bangunan cagar budaya dan benda yang dikategorikan purbakala.

Budaya tak benda biasanya berupa eksplorasi manusia dalam memaknai kehidupan keseharian yang diekpresikan dalam bahasa lisan dan tulisan.Ekspresi yang berupa lisan dapat dirasakan seperti dalam nyanyian, dongeng, dan legenda, sementara yang berupa tulisan muncul menjadi karya sastra. Ekspresi tulisan biasa ditulis dalam kulit, daun lontar dan dikenal dengan naskah kuno. Bentuk sastra tulisan seperti sajak, pantun, prosa , cerpen atau novel dalam naskah modern. Ekspresi dan eksplorasi sastra tulis, pada jaman modern menjelma menjadi buku dan setelah IT berkembang, ekspresi lisan dan tulisan tersebut melebar tanpa batas dan mengglobal dan pada titik-titik tertentu seolah meninggalkan kebudayaan

Potret hari ini

Sebagai proses kreatif, kebudayaan tidak stastis, tapi berkembang sesuai perkembangan dinamika sosial masyarakat. Tidak jarang satu kebudayaan atau ekspresi budaya berakulturasi dengan budaya lain dan menghasilkan kebudayaan baru, tapi tidak jarang satu kebudayaan tak bisa bertahan dan punah. Model-model budaya yang seperti inilah yang perlu dapat perhatian dan perlu pelestarian, upaya tersebut bisa melalui penyelamatan, pengembangan dan pemanfaatan.

Beberapa isu aktual yang dirasakan dalam upaya pelestarian budaya, biasanya cukup klise, seperti: kualitas SDM, organisasi budaya tak terstruktur, anggaran terbatas, data kebudayaan yang tidak akurat, komitmen dari pengampu budaya, pemikiran dari tokoh informal tentang seni budaya, rendahnya gelar seni dan atraksi seni budaya, dan pada sisi lain banyak even bisnis yang memanfaatkan seni budaya, kurang memperhatikan aspek pelestarian budaya daerah bahkan kordinasi antar stakeholder budaya dengan pelaku bisnis dirasakan lemah.

Dari beberapa isu aktual tersebut, perlu dianalisis isu aktual prioritas yang didukung dengan data-data akurat. Setelah diketahui isu aktual prioritas, bagaimana pengembangan kebudayaan tersebut dapat diselamatkan, dikembangkan dan dimanfaatkan. Dalam kasus Kota Tasikmalaya, gairah para seniman, kuantitas dan keanekaragaman ekspresi budaya dalam even-even, telah menempatkan kota Tasikmalaya sebagai ikon budaya. Sebutan Tasikmalaya sebagai kota dangdut, kota kunjungan seni pertunjukan, kota puisi, kota kerajinan tangan, hingga julukan kota investasi, kota industri kreatif dan atraktif, bisa jadi penanda atas gairah dan keanekaragaman identitas budaya kota ini.

Dari realitas tersebut, dapat diketahui bahwa isu aktual pelestarian dan pengembangan kebudayaan di kota Tasikmalaya meliputi: masih rendahnya pagelaran seni dan budaya daerah pada even bisnis di kota Tasikmalaya. Tujuan yang ingin dicapai dari pemecahan masalah tersebut, bagaimana meningkatkan kerja sama pengelolaan budaya dengan pelaku bisnis di Tasikmalaya sehingga keanekaragaman budaya tersebut dapat dimanfaatkan. Sasaran utama upaya tersebut dapat diarahkan pada pemilihan komunitas budaya yang atraktif , kontemporer dan realistis sehingga dapat diserap dan disinergikan dalam even bisnis.

Berdasarkan analisis tersebut terdapat faktor internal dan faktor eksternal yang dapat menjadi kunci keberhasilan pengembangan kebudayaan yakni: rencana strategis dinas terkait, realitas di lapangan; apa betul renstra dinas tersebut dapat diaplikasikan jika kualitas SDM pemangku kebudayaan baik fungsional maupun struktural masih lemah?

Harapan dan peluang selalu menunggu di depan. Setiap minggu di Kota Tasikmalaya selalu hadir even bisnis baik berskala lokal, regional, maupun nasional. Yang menjadi pertanyaan, sampai sejauh mana organisasi, komunitas, dan lingkung seni serta budayawan Tasikmalaya mampu memanfaatkan peluang tersebut. Apakah forum-forum kesenian seperti Forum Teater Tasik (FTT), Sanggar Sastra Tasik (SST), Komunitas Seni Rupa Tasikmalaya (KSRT), Paguyuban Kawih Sunda (PKS) Tasikmalaya, dapat membaca hal tersebut sebagai peluang, sementara ekspresi kreatif pekerja seni Tasikmalaya jeritannya cukup memilukan seperti sering terungkap dalam ekspresi seni dan even budaya lokal di Tasikmalaya.

Dari evaluasi faktor internal dan ekternal tersebut, maka perlu dilakukan proses analisis, dievaluasi dengan membandingkan faktor-faktor kunci tersebut. Apa betul renstra dinas dapat diukur sebagai faktor kekuatan? Apakah setiap pemangku budaya memaknai renstra tersebut sebagai prioritas? Sampai sejauhmana upaya mengantisipasi lemahnya kualitas SDM?

Sebagai sebuah peluang, respon komunitas-komunitas seni di Kota Tasikmalaya telah sangat baik. Eksplorasi dan kreatifitas seniman Tasikmalaya telah mencoba menciptakan hal baru. Misalnya seni tari dipadukan dengan kendang muncullah rampak kentrung, seni teater yang biasa di panggung, bisa dieskplorasi dengan seni helaran seperti badawang, seni calung yang homongen dapat dipadukan dengan kohkol dan terebang, munculah model kesenian bangkolung, puisi yang biasa dibaca dan dinikmati secara individual, menjadi sepanduk dan baligo yang berdimensi etis, walau kadang politis.

Saat rame-rame lahir KPU, muncul spanduk Komisi Pencari uang (KPU), misalnya. Ketika dalam pergulatan reformasi politik, lahirnya eforia politik dan kelangkaan sembako, muncul partai baru dengan lambang garpu dan sendok yang disebut Partai Nurul Sembako (PNS). Saat rencana strategis pemerintah daerah melahirkan isu strategis tentang visi misi, muncul spanduk tentang visi dan misi Tasik “tandingan” dengan unsur bunyi yang menggelitik, yakni “Dengan religius Islami kita masysrakatkan Poligami”.

Interaksi antar manusia dalam suatu relasi kadang melebar. Dan proses kreatif tersebut tak selalu menghasilkan kompromi yang sehat, sesuai harapan dan sinergi, malah kadang kontra produktif dan menjadi ancaman. Apakah dengan realitas-realitas tersebut komunitas dapat eksis di tengah deras ekspansi gila-gilaan ekspresi seni yang kapitalistik, di mana iklan-iklan, spanduk, dan baligo perusahaan nasional “menghiasi” malam kota Tasikmalaya dengan meriah? Ketika seni kontemporer cukup atraktif, budaya daerah seolah terasing dan tersingkir di pojok sepi.

Terintegasinya organisasi seni seperti pada zaman orba, bukanlah solusi untuk mensinergikan ekspansi seni kontemporer dengan budaya daerah. Integrasi organisas seni sebagai sebuah forum untuk menyatukan visi-misi pengembangan kebudayaan daerah, selayaknya dapat ditarik menjadi strategi ampuh. Bagaimana forum-forum komunitas tersebut mampu menangani dan menekan ancaman serta mengurangi tekanan ancaman menjadi peluang? Adakah otoritas yang mampu memanfaatkan dan melakukan pengambilan keputusan, apakah mungkin Dinas Kebudayaan? Sementara nomenklatur kebudayaan pada tahun 2012 akan dikembalikan lagi pada Kementrian Pendidikan? Sementara secara kasat mata, komunitas-komunitas seni yang ada di Tasikmalaya masih asyik memoles diri di depan cermin masing-masing.

Kekuatan lain dari keaneka ragaman seniman Tasikmalaya dalam melakukan ekpresi budaya, tidak hanya memahami seni untuk seni saja, tapi kadang menyentuh tema-tema luas dan besar seperti politik, HAM, gender, dan pluralisme. Munculnya kasus kain merah dan putih dalam even sebuah partai di Dadaha tempo lalu, seolah memberi stigma baru bagi seniman Tasikmalaya. Tidak aneh seniman Kota Tasikmalaya sering dianggap liberal, dan inilah yang menjadi alasan sampai saat ini di Kota Tasikmalaya, gagasan munculnya Dewan Kesenian (DK) sulit diwujudkan.

Meraih mimpi

Setiap kekuatan jika tidak diolah dan tidak dimanfaatkan dengan baik, maka akan menghancurkan sasaran dan akan menghentikan tujuan. Lalu bagaimana ancaman tersebut dapat diminimalisir ? Salah satu upayanya adalah bagaimana komunitas-komunitas tersebut duduk bersama, merendahkan hati, memusatkan pikiran dan mengasah pisau analisis. Bagaimana potensi even bisnis yang berkembang pesat dapat disinergikan dengan komunitas seni tradisi yang cenderung stagnan.
Problem yang mendasar dan menjadi kelemahan pengembangan gelar seni dan budaya daerah di Tasikmalaya adalah anggaran yang terbatas. Dengan banyaknya even di Tasikmalaya, diperlukan strategi bagaimana kelemahan tersebut diubah menjadi peluang.

Untuk memanfaatkan hal tersebut, strategi yang bisa dilakukan adalah memberdayakan kuantitas even bisnis sesuai renstra dinas. Implikasi dari pemilihan strategi tersebut, setiap elemen dari kebudayaan diharapkan dapat memberdayakan potensi kuantitas even bisnis di Kota Tasikmalaya, dengan secara langsung turun ke lapangan melakukan dialog, kordinasi dan menjalin MoU dengan setiap Even Organizer yang ada di Tasikmalaya. Hal ini dilakukan seraya melakukan upaya pengembangan budaya daerah, melalui penelitian, work shop, eksperimen budaya, yang mampu menjaga nilai tradisi tapi dapat mengeskplorasi budaya kontemporer.

Pertanyaan selanjutnya, di saat para seniman, pekerja seni, budayawan harus memeras otak, mengasah pisau analisis dan mempertajam strategi, nomenklatur kebudayaan tiba-tiba berubah dari program urusan wajib Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, dikembalikan lagi kepada Kementrian Pendidikan. Seperti kembali ke masa lalu, jaman Depdikbud, hingga pengertian kebudayaan kembali berorientasi pada nilai, sejarah tradisi dan budaya secara peodagogis dan sosiologis.

Untuk Kota Tasikmalaya entah akan seperti apa. Apa mau diserahkan pada rumput yang bergoyang? Benar-benar Quo Vadis!***

Tasikmalaya, 10-11- 2011
*) Apresiator budaya, tinggal di Kota Tasikmalaya /16 Nov 2011

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita