Jamrin Abubakar
http://www.kompasiana.com/jamrin_abubakar
MULANYA tidak begitu dikenal dan dianggap biasa saja, namun ketika Seminar Internasional I La Galigo digelar tahun 2002 yang dihadiri sejumlah seniman, budayawan dan peneliti dari berbagai Negara, praktis Desa Pancana begitu terkenal. Terbilang mengejutkan, sebelumnya tak banyak yang tahu kalau desa itu punya latar belakang sejarah dan budaya yang amat menarik. Bahkan merupakan salah satu pusat sastra dunia yang ditulis pujangga asli Bugis.
Sejak itu Pancana bukan saja dikenal sebagai salah satu desa kecil (luasnya hanya 9,2 km) di ujung Kabupaten Barru yang berbatasan dengan Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, tapi kini dapat dikatakan sebagai desa internasional di ujung Barru. Padahal dibanding desa-desa tetangga sekitar Pancana tak jauh beda, secara kultural mayoritas penduduknya beretnis Bugis yang hidup dari pertanian kebanyakan menggarap sawah dan sebagian hidup menjadi nelayan.
Namun khusus Pancana, Kecamatan Tanete Rilau punya keistimewaan, bukan saja telah dikenal sebagai salah satu kawasan wisata budaya andalan di Sulawesi Selatan yang selalu mendapat perhatian dan sering dikunjungi wisatawan. Tapi dapat dikatakan ini merupakan daerah wisata sastra yang berawal dari seminar epos I La Galigo yang digagas Dr. Nurjayati Rahman seorang peneliti dari UNHAS. Kumpulan makalah-makalah (dalam bahasa Indonesia & Inggris, dan sedikit cuplikan dalam bahasa Bugis) telah diterbitkan dalam bentuk buku sebagai referensi yang menarik.
Selain itu, di Pancana sering dilaksanakan berbagai jenis pertunjukan seni dan kemah budaya antarpelajar dalam rangkaian acara Sastra Kepulauan salah satu event sastra di Sulsel yang selalu menghadirkan sejumlah sastrawan terkenal. Atraksi para bissu Bugis DARI Segeri (Pangkep) yang semuanya calabai (laki-laki berperilaku perempuan) dengan kekebalan tusukan keris dalam atraksi, beberapa kali tampil mempertunjukkan kemampuan ritualnya di Pancana. Kesenian para bissu yang merupakan tradisi perpaduan seni sastra lisan, seni tari, musik, seni rupa dan instalasi juga berakar dari tradisi yang terkandung dalam epos I La Galigo. Di antara spiritnya mencerminkan kedikdayaan tokoh Sawerigading sebagai tokoh sentral yang memiliki kekuatan-kekuatan supranatural, menguasai tiga dunia; bawah, tengah dan atas hingga berkomunikasi dengan “dewa-dewa.”
Dalam sebuah kunjungan penulis ke Pancana untuk menghadiri Sastra Kepulauan, sempat menyaksikan pertunjukan Puang Matoa Saidi seorang pemimpin kaum Bissu. Bagi komunitas seni tradisi di Sulsel, nama Puang Saidi sangat popular, sudah berkali-kali melakukan pementasan, termasuk ke Bali, bahkan dia menjadi salah satu bagian dari pementasan teater La Galigo untuk pentas keliling di panggung-panggung teater terkenal di dunia. Sebab dalam sureq I La Galigo peran bissu memiliki kedudukan cukup penting dalam berbagai upacara zaman dahulu kala. Namun ketika masa Orde Baru sempat vakum menyusul pemandegan kebudayaan-kebudayaan yang kadang disalahpersepsikan oleh penguasa.
Menuju Pancana
Untuk jalan-jalan ke desa Pancana sangat mudah, karena bukanlah desa yang terisolasi dan masyarakatnya sudah mengikuti perkembangan zaman. Secara geografis berada di tepi pantai berhadapan langsung dengan Selat Makassar, untuk menjangkaunya selain lewat perairan laut, paling mudah ditempuh dengan kendaraan sepeda motor atau roda empat dengan melalui jalan trans Sulawsi dari arah utara maupun dari arah selatan.
Pengalaman penulis yang pernah jalan-jalan ke Pancana dalam rangkaian mengikuti acara Sastra Kepulauan yang dihadiri sejumlah penyair, budayawan, koreografer dan pemerhati seni Indonesia, untuk menuju desa tersebut tidaklah sulit. Paling gampang dan cepat adalah lewat jalur dari arah Kota Makassar bisa ditempuh dengan kendaraan bus penumpang sekitar tiga atau empat jam. Cuma saja pusat permukiman Pancana tidak berada di tepi jalan trans Sulawesi, melainkan mesti berbelok ke arah kiri dari arah selatan sekitar satu kilometer untuk menuju pusat keramaian.
Kampung tua yang tata ruangnya sangat apik dan teratur ini memiliki keindahan alam yang betul-betul mencerminkan suasana pedesaan di tepi pantai yang eksotis. Di tengahnya mengalir sebuah sungai yang cukup deras mengalir membelah permukiman penduduk, namun yang cukup ramai adalah di belahan bagian selatan. Makam para bangsawan dan panrrita (ulama) yang berusia puluhan bahkan ratusan tahun silam masih terpelihara baik. Makam Datu We Tenrri Olle yang cukup besar dan eksotik di antara makam-makam lainnya menunjukkan kebesaran arung Pancana yang kini masih terpelihara baik sebagai salah satu obyek wisata religious.
Colliq Pujie
Populernya Pancana sebagai kampung wisata budaya internasional tidaklah datang begitu saja, melainkan punya latar belakang sejarah cukup panjang. Sekitar abad 19 di desa inilah pernah hidup seorang bangsawan wanita, dikenal sebagai pujangga Bugis yang sangat hebat bernama Ratna Kencana Colliq Pujie Arung Pancana Toa atau biasa disebut hanya Colliq Pujie. Namanya diabadikan pada salah satu jalan di desa Pancana dan nama sebuah Baruga sebagai bentuk penghargaan terhadap jasa-jasa intelektualnya.
“Colliq Pujie adalah penulis epos terpanjang di dunia dan kisah I La Galigo itu jauh lepih panjang daripada epos Mahabarat dan Ramayana dari India yang selama ini sangat dikenal. Padahal yang sebenarnya epos terpanjang di dunia itu adalah karya sastra yang ditulis orang Bugis,” ungkap Nurhayati Rahman di suatu seminar di Makassar.
Kisah legenda heroisme Bugis itu sangat melegenda telah diterjemahkan dalam bahasa Belanda sejak zaman kolonial dan beberpa tahun silam sebagian kecil episode I La Galigo telah dipentaskan keliling dunia dalam bentuk teater.
Pada zamannya Colliq Pujie punya peran besar sebagai sastrawan yang luar biasa melahirkan maha karya yang sulit dan takkan berulang saat zaman serba canggih ini. Kedudukannya dalam masyarakat bukan saja sebagai intelektual penjaga tradisi leluhur orang Bugis, tapi juga sebagai orang yang disegani punya kemampuan menulis gagasan saat serba keterbatasan alat tulis. Pujangga Pancana itu walau hanya menulis dengan tangan, ia mampu melahirkan kisah-kisah yang melegenda, namun dalam perkembangannya ketika penjajah Belanda masuk, Desa Pancana dan hampir seluruh desa lainnya di Sulsel berada dalam kungkungan, sementara karya-karya Colliq kemudian dibawa pemerintah kolonial ke Negara Belanda. Untungnya nasakah-naskah itu menurut sejumlah peneliti aksara Bugis termasuk Nurhayati Rahman, masih tersimpan dengan baik di Leiden. B.F. Matthes missionaris Belanda pada zaman produktif Colliq Pujie telah menyelamatkan naskah itu sehingga saat ini masih bisa dinikmati hasil salinannya.
Silaturahim budayawan
Dijadikannya desa budaya yang bertaraf internasional, Pancana ingin bangkit mengembalikan citranya yang pernah gemilang pada zamannya tempat lahirnya pujangga Bugis walau dengan semangat baru. Yaitu menjadi arena silaturahim para budayawan Indonesia maupun dari Negara lain dengan menjadi tuan rumah event seni budaya bertaraf internasional.
Sejumlah budayawan tanah air pernah mempresentasikan karya-karyanya di Pancana dalam bentuk pembacaan puisi, workshop dan orasi budaya. Di antaranya WS. Rendra, Ikra Negara, Zawawi Imron, Afrizal Malna,Halim HD dan sejumlah seniman dari Makassar. Setiap ada event selalu dipadati pengunjung terutama mahasiswa, masyarakat Pancana sendiri dan masyarakat desa tetangga selalu memberi dukungan.
Bahkan beberapa kali ada event budaya, penduduk desa Pancana selalu merelakan rumahnya dijadikan tempat penginapan bagi seluruh tamu dari luar. “Rumah saya sudah beberapa kali menjadi tempat tamu menginap setiap ada kegiatan kesenian di desa ini dengan permintaan kepala desa. Kita juga menyediakan makanan dengan biaya yang sudah diberikan dari panitia kegiatan atau pemerintah,” kata seorang pemilik rumah tempat penulis menginap.
Menurut beberapa warga yang dimintai tanggapannya, mengaku setiap ada kegiatan kesenian sangat senang, karena selain desanya ramai dikunjungi orang yang pasti berbelanja, juga desanya makin terkenal. “Hampir setiap tahun di desa Pancana ada kegiatan kesenian yang ramai dilaksanakan di baruga,” kata seorang penduduk Pancana.
Keistimewaan lain Pancana sebagai kampung budaya adalah dibangunnya sebuah baruga besar (Baruga Colliq Pujie) di tengah perkampungan masyarakat. Baruga tersebut dibangun atas dukungan pemerintah untuk dijadikan pusat kebudayaan berbagai aktivitas sosial masyarakat setempat. Bukan hanya untuk festival kesenian namun juga bagi kegiatan masalah pembangunan desa, bahkan pelantikan pejabat di jajaran Pemkab Barru juga biasa dilaksanakan di baruga.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Junianto
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abang Eddy Adriansyah
Abdi Purmono
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurahman Wahid
Abidah el Khalieqy
Abiyyu
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achiar M Permana
Ade Ridwan Yandwiputra
Adhika Prasetya
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Adreas Anggit W.
Adrian Ramdani
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunarto
Agus Utantoro
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajie Najmudin
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Saefudin
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alhafiz K
Ali Shari'ati
Alizar Tanjung
Alvi Puspita
Alwi Karmena
Amarzan Loebis
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Amiruddin Al Rahab
Amirullah
Amril Taufiq Gobel
Amy Spangler
An. Ismanto
Andrea Hirata
Andy Riza Hidayat
Anes Prabu Sadjarwo
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anne Rufaidah
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anung Wendyartaka
Anwar Holid
Aprinus Salam
Ari Dwijayanthi
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Aris Darmawan
Aris Kurniawan
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asep Yayat
Askolan Lubis
Asrul Sani
Asvi Marwan Adam
Asvi Warman Adam
Audifax
Awalludin GD Mualif
Awaludin Marwan
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Bambang Bujono
Bambang Irawan
Bambang Kempling
Bambang Unjianto
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonnie Triyana
Bre Redana
Brunel University London
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hatees
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cepi Zaenal Arifin
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Cucuk Espe
D Pujiyono
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darwin
David Krisna Alka
Dedy Tri Riyadi
Deni Ahmad Fajar
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dicky
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Dodi Ambardi
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Khoirotun Nisa’
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Suprianto
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulwesi
Endi Haryono
Endri Y
Enung Sudrajat
Erwin
Erwin Dariyanto
Erwin Setia
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evieta Fadjar
F. Aziz Manna
Fadjriah Nurdiarsih
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Farida-Suliadi
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Feby Indirani
Felik K. Nesi
Fenny Aprilia
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Firdaus Muhammad
Firman Nugraha
Fuad Nawawi
Galang Ari P.
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Maryanto
Guntur Alam
Gus tf Sakai
Gusti Eka
H Marjohan
HA. Cholil Mudjirin
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hanik Uswatun Khasanah
Hans Pols
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hawe Setiawan
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Heru Nugroho
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Hudel
Humaidiy AS
Humam S Chudori
I.B. Putera Manuaba
Ibn Ghifarie
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idrus
Ignas Kleden
Ika Karlina Idris
Ilham khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tranggono
Indrian Koto
Intan Indah Prathiwie
Inung AS
Iskandar Noe
Iskandar P Nugraha
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut Fitra
J.J. Rizal
Jacques Derrida
Jafar Fakhrurozi
Jafar M Sidik
Jafar M. Sidik
Jaleswari Pramodhawardani
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jean-Marie Gustave Le Clezio
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ Rizal
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Jonathan Ziberg
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku
Juli
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kang Warsa
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasijanto Sastrodinomo
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Keith Foulcher
Khansa Arifah Adila
Khisna Pabichara
Khrisna Pabichara
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristine McKenna
Kritik Sastra
Kukuh Yudha Karnanta
Kurie Suditomo
Kurniawan Yunianto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L. Ridwan Muljosudarmo
Lan Fang
Langgeng W
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Leo Kelana
Leo Tolstoy
Lia Anggia Nasution
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Abdullah Badri
M Aditya
M Anta Kusuma
M Fadjroel Rachman
M. Arman AZ
M. Faizi
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Misbahuddin
M. Mushthafa
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Makyun Subuki
Maman S Mahayana
Marcus Suprihadi
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Mashuri
Matroni
Matroni El-Moezany
Mawar Kusuma
Max Lane
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Miziansyah J.
Moh. Samsul Arifin
Mohammad Eri Irawan
Muhammad Antakusuma
Muhammad Firdaus Rahmatullah
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhammd Ali Fakih AR
Muhidin M. Dahlan
Mukhlis Al-Anshor
Mulyo Sunyoto
Munawir Aziz
Murnierida Pram
Musa Asy’arie
Mustafa Ismail
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nandang Darana
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Nazar Nurdin
Nenden Lilis A
Nezar Patria
Nina Herlina Lubis
Ning Elia
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nobel
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novelet
Nu’man ‘Zeus’ Anggara
Nunik Triana
Nur Faizah
Nur Wahida Idris
Nurcholish Madjid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurman Hartono
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Obrolan
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Olivia Kristinasinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Oyos Saroso H.N.
Pandu Jakasurya
Parak Seni
Parakitri T. Simbolon
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Pembebasan Sastra
Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta-Toer
Pringadi Abdi Surya
Pringadi AS
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Rahmat Hidayat
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ranang Aji S.P.
Ranggawarsita
Ratih Kumala
Ratna Sarumpaet
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Rengga AP
Resensi
Resistensi Kaum Pergerakan
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Risang Anom Pujayanto
Riswan Hidayat
Riyadi KS
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rojil Nugroho Bayu Aji
Rukardi
S Sopian
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sari Oktafiana
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra
Sastra Liar Masa Awal
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Selo Soemardjan
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Sevgi Soysal
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Slamet Hadi Purnomo
Sobih Adnan
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sotyati
Sri Wintala Achmad
St. Sunardi
Stefanus P. Elu
Stevy Widia
Sugi Lanus
Sugilanus G. Hartha
Suherman
Sukardi Rinakit
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Surat
Suripto SH
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susiyo Guntur
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi San
Syafruddin Hasani
Syahruddin El-Fikri
Syaiful Amin
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T Agus Khaidir
Tasyriq Hifzhillah
Tatang Pahat
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tia Setiadi
Tita Maria Kanita
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tony Herdianto
Tosa Poetra
Tri Purna Jaya
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulfatin Ch
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Utami Widowati
UU Hamidy
Veronika Ninik
Vien Dimyati
Vino Warsono
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W Haryanto
W. Herlya Winna
W.S. Rendra
Wahyu Heriyadi
Wahyu Hidayat
Wahyu Utomo
Walid Syaikhun
Wan Anwar
Wandi Juhadi
Warih Wisatsana
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Wayan Supartha
Wendoko
Wicaksono Adi
William Bradley Horton
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Wong Wing King
Y. Wibowo
Yang Lian
Yanuar Yachya
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopie Setia Umbara
Yos Rizal Suriaji
Yoserizal Zein
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudhi Herwibowo
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Zacky Khairul Uman
Zakki Amali
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhou Fuyuan
Zul Afrita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar