24/03/12

Kerbau dalam peradaban Jawa

Bandung Mawardi
http://www.harianjogja.com/

Kabar telah tersiar dan mengundang tanya. Perawatan dan pengelolaan delapan kerbau bule keturunan Kiai Slamet dialihkan dari Keraton Solo ke Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ). Berita ini mengingatkan kita tentang makna kerbau dalam arus peradaban Jawa, masa lalu dan masa sekarang. Kerbau dalam sejarah Jawa menjadi bab penting bagi elite tradisional, petani dan pemerintah kolonial. Kerbau dimaknai dari sakralitas sampai komoditas memakai nalar kapitalistik.

Kebijakan pengalihan delapan kerbau itu bersinggungan dengan pariwisataisme, ekologi kultural Jawa dan simbolisme. Dana makanan kerbau-kerbau itu diperkirakan Rp 80 juta setahun. Dana itu belum diimbuhi rusan kandang, pengobatan, atau fasilitas lain. Pengelola TSTJ mengakui kerbau belum potensial dijadikan komoditas andalan demi menarik minat pengunjung.

Para pengunjung mungkin cenderung memilih menonton gajah atau rusa. Kerbau bule di kebun binatang berbeda maknanya dibandingkan saat berada di keraton atau saat mengikuti kirab. Beda makna ini seolah sudah mengandung pesan dilematis: kerbau dalam bingkai ritus tradisional Jawa dan kerbau sebagai aset untuk pendapatan di kebun binatang.

Pihak keraton menganggap hibah delapan kerbau bule itu sebagai ikhtiar mendongkrak pariwisataisme Solo. Nalar ini lazim dalam ambisi pencitraan dan pendapatan, konsekuensi dari kuasa pariwisata dalam menggerakkan ekonomi kota. Pesan kultural memang ada tapi menipis oleh makna kerbau dalam gagasan uang.

Orang memandang kerbau dan potret bersama kerbau mesti memberi kompensasi tiket (uang). Sikap ini belum tentu dibarengi dengan tafsiran historis, politis, kultural dan spiritual. Kerbau seolah dijauhkan dari simbolisme dan dunia makna. Kita mesti ingat, kerbau tak sekadar komoditas, kerbau adalah penanda gerak peradaban Jawa.

EF Slijper dalam Manusia dan Hewan Piara (1954) menduga binatang kerbau telah ditemukan di Nusantara sejak zaman Neolithikum (3000 SM-1700 SM), tapi daerah sebaran belum bisa dipastikan. Informasi ini cukup memberi refleksi tentang peran kerbau dalam peradaban perburuan, perladangan dan pertanian dalam kehidupan moyang pada masa lampau. Kita juga bisa menelisik makna kerbau melalui relief-relief di candi atau karya sastra.

Relief kerbau ada di Candi Borobudur dan Candi Sojiwan. Kerbau pada masa lalu adalah tokoh dalam pengajaran moral dan budi pekerti di masyarakat Jawa. Banyak cerita rakyat menggunakan tokoh kerbau. Relief bercerita di dua candi itu membuktikan metode pembelajaran masyarakat tradisional dekat dengan dunia imajinasi-ekologis: mengambil tokoh-tokoh hewan dan simbol-simbol alam.

Buku Kisah Kerbau dan Kera (2002) terbitan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah bisa jadi sumber refleksi historis dan kultural. Intisari dari buku ini adalah pertentangan antara rasa iri dan sikap menghormati. Kerbau diceritakan setia pada petani, rajin dan bekerja keras, santun, tidak suka marah dan menghormati sesama hewan. Kerbau itu sangat diperhatikan oleh keluarga petani dengan diberi makan dan dimandikan.

Hal ini membuat kera iri hati. Kera itu juga dipelihara keluarga petani tapi sekadar untuk hiburan karena lucu. Iri hati membuat kera kehilangan sopan santun. Kera kerap menghina kerbau kendati tahu rasa cinta dari keluarga petani dilimpahkan pada kerbau. Limpahan cinta itu sebagai kompensasi jasa-jasa kerbau yang rajin membajak sawah.

Etos kerja
Relief cerita tentang kerbau dan kera mengandung ajaran moral, simbolisme agraris dan etos kerja. Kita tidak memaknai sebagai dongengan bocah, bacaan hiburan, kisah klise. Kebermaknaan kerbau tampil sebagai representasi dunia nilai dan pandangan hidup kaum petani di Jawa. Kerja di sawah, merawat kerbau, merayakan hidup dalam kemakmuran adalah idealitas peradaban agraris. Kerbau jadi simbol etos kerja, tanda gerak pertanian dan nasib petani.

Sindhunata (2010) menjelaskan kerbau dalam kepercayaan masyarakat Jawa merupakan patron bagi pertanian. Kerbau mencerminkan kekuasaan dan kebudayaan agraris. Kerbau juga menjadi simbol dari mentalitas rakyat di hadapan penguasa dan alam. Kerbermaknaan kerbau mengandung proses transformasi sosial, ekonomi, politik, dan kultural. Kerbau sebagai simbol terus ada dengan sekian tendensi pembacaan dan penafsiran.

Peran kerbau dalam geliat peradaban Jawa turut menentukan eksistensi para penguasa Jawa. Kultur sawah dan peran kerbau menjadi ukuran kemakmuran desa, pengejawantahan praktik kekuasaana elite. Sejarah Mataram dalam politik pangan ditopang peran dan pengaruh kerbau. Makna politis ini kelak menjadi urusan genting karena kebijakan pertanian elite tradisional dan pemerintah kolonial membuat derita.

Petani hidup dalam kemiskinan, represi politik dan kultural. Kerbau jadi sasaran sitaan dan pengerukan modal. Petani kerap kehilangan kerbau dan sawah. Petani tanpa sawah dan kerbau berarti mengalami kematian eksistensial, hidup hampa makna, mereka diabsenkan dari kerja sebagai jelmaan ibadah hidup.

Makna politis kerbau dalam kekuasaan bisa kita tilik melalui uraian Raffles dalam The History of Java. Orang Sunda menyebut kerbau dengan nama munding, orang Jawa menyebut dengan nama maesa atau kebo. Sebutan munding itu dijadikan penghormatan untuk jasa seorang pangeran, sosok pemula dalam memperkenalkan cara bertani. Konon, para pangeran dan bangsawan di Sunda mendapati gelar mengacu pada sebutan maesa lalean dan mundingsari.

Fragmen-fragmen sejarah itu mengajarkan arus pemaknaan kerbau dalam pelbagai konteks. Hari ini, kerbau dalam nalar pariwisatisme adalah komoditas. Pemaknaan ini seolah menjauh dari rentetan jejak peradaban di Jawa. Pandangan pariwisatisme-ekonomistik juga diimbuhi dengan makna politis mutakhir.

Kita mungkin ingat peristiwa sebuah demonstrasi pada 2010. Kerbau diajak berdemonstrasi di Jakarta dengan isu-isu politik-ekonomi nasional. Kerbau mungkin dijadikan simbol kelambanan, kegemukan dan kebodohan. Kerbau jadi acuan polemik politik. Indra Tranggono (2010) menafsirkan kerbau bisa menjelma sebagai kekuatan simbolik, semiotik dan semantik saat diletakkan dalam konteks politik.

Kita bisa memberi tafsir mutakhir. Hibah delapan kerbau bule dari keraton untuk TSTJ merupakan sambungan dari pemaknaan kerbau. Nasib dan peran kerbau di kota tentu beda dengan kerbau di sawah. Makna kerbau di keraton tentu beda dengan makna kerbau di kebun binatang.

Nalar pariwisataisme dan geliat ekonomi kota menjadikan kerbau lazim sebagai komoditas memakai bingkai kultural Jawa. Imajinasi historis atas kerbau dan arus peradaban Jawa mesti kita mengerti sebagai refleksi sadar diri untuk menghormati kerbau.

Bandung Mawardi, pengelola Jagat Abjad Solo /29/5/2011

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita