24/12/11

Buku, Iman, Pembebasan

Damanhuri *
Lampung Post,3 Mei 2009

“Biara tanpa buku seperti kota tanpa harta, tangsi tanpa tentara,
dapur tanpa bumbu, kebun tanpa tumbuhan, padang tanpa bunga,
pohon tanpa daun.”
The Name of the Rose, Umberto Eco

Selintas, tak ada pertautan antara tiga persoalan yang saya pilih jadi judul tulisan ini. Buku, iman, dan pembebasan memang seolah tak meninggalkan anasir yang memungkinkan kita merajutkan benang merah antarketiganya. Salah duga yang gampang dilacak beberapa penyebab utamanya dalam pandangan-dunia kita yang umumnya dualistik, gemar menilik persoalan melulu dari satu dimensi–”ini-atau-itu-isme” (either-or-ism), kata Naquib al-Attas; parsial, bahkan hitam-putih (Manichean)—dan dalam keseharian biasanya muncul dalam jargon–yang penting praktik, bukan teori”.

Padahal, waham ihwal adanya diskrepansi antartiga pokok soal yang sesungguhnya saling berkelindan itu dalam beberapa jenak saja akan tampak kerapuhannya bila kaum muslim, misalnya, sudi berpaling pada sejarah pewahyuan Quran di mana ayat-ayat awal (96: 1–5) yang diterima Nabi adalah perintah membaca (iqra). Etos membaca (baca: mencintai ilmu, memuliakan buku) yang kian diteguhkan dalam pelbagai ayat lain, juga hadis Nabi, tentang pentingnya berpikir dan meneroka segala fenomena.

Karena itu, sebenarnya tak ada ikhtilaf tentang pentingnya memuliakan buku dan mencintai ilmu. Saya kira, afirmasi juga layak segera diberikan kepada siapa pun yang percaya bahwa iman yang otentik mustahil bisa digapai tanpa bekal ilmu. Dan, sejak manusia memasuki zaman yang disebut Marshall McLuhan “galaksi Gutenberg” atau “kapitalisme-percetakan”, tak diragukan lagi buku merupakan salah satu sumber utama ilmu. Mata air bagi iman-yang-bernalar—fides quearens intellectum.

Diungkapkan dalam kalimat lain: kian beragam dan luas bahan bacaan seorang mukmin, kian berwarna dan lapang pula perspektif keagamaan-keimanan yang potensial dihayati. Tak terlalu mengagetkan jika berbagai sikap ekstrem dalam beragama hampir selalu muncul dari keterbatasan bahan bacaan dan kedangkalan pengetahuan agama pelakunya. Sehingga, apa yang biasa disebut sebagai “efek pembebasan” dari agama pun lenyap dan justru bermetamorfosis jadi iman yang ofensif. Iman opresif yang gampang “mengoranglainkan” (othering) siapa pun yang tak sepaham, semazhab, atau seakidah.

Seorang cendekiawan kita pernah menggunakan dua metafora tentang iman: iman sebagai “benteng” dan iman sebagai “suluh”. Dengan kiasan benteng, iman dipancangkan tidak lain sebagai sesuatu yang kukuh, rapat, dan bergeming; dengan suluh, iman diandaikan sebagai “sesuatu yang berjalan untuk menjelajah sebuah dunia yang tak selamanya terang dan rata.” Sayangnya, iman sebagai benteng itulah yang tampaknya tengah dipeluk kebanyakan orang.

***

Begitulah, ajaran agung agama memang tak selalu berhasil memengaruhi perilaku para pemeluknya. Pun sejarah tak selamanya mudah dijadikan cermin bening oleh pewarisnya di belakang hari.

Maka jika kaum muslim-awal berhasil mentransformasikan etos yang diwariskan kitab suci itu dengan melakukan olah intelektual tak kenal henti, sebagian (besar?) kaum muslim saat ini melakukan hal sebaliknya. Jika di masa lalu umat Islam berhasil menerjemahkan beragam khazanan Yunani dan Persia serta melakukan pelbagai sintesis kreatif yang menakjubkan, tradisi itu kini begitu sulit kita temukan.

Jika di masa lalu perbalahan pemahaman (keagamaan) melahirkan sebukit buku yang bermutu, hasil yang muncul dari palagan kontestasi penafsiran di tengah kita saat ini tak lebih dari pseudo-buku berisi daftar nama tokoh yang dituding sebagai “muslim liberal” yang dalam derik waktu yang sama juga berarti kafir, murtad, dan serakan stigma lainnya. Buku-buku yang justru antibuku dan hanya menghasut para pembacanya untuk menghina aktivitas berpikir dan berolah nalar.

Kondisi mencemaskan itu dalam beberapa segi juga kian diperburuk oleh tren baru di sebagian kaum muda urban yang lebih gandrung mengikuti beragam workshop atau pelatihan manajemen berbasis spiritualitas sembari mengerlingkan sebelah mata bagi segala jenis erudisi intelektual. Buku-buku yang biasa diserap dengan baik oleh pasar pun tak jauh dari buku-buku kategori “panduan ibadah” atau “psikologi spiritual”. Padahal, seperti pernah dirisaukan Haidar Bagir, jika absennya buku-buku wacana pemikiran terus berlangsung, akibat yang hampir tak bisa ditampik adalah keringnya dinamika pemikiran dan menyempitnya cakrawala penghayatan agama.

Khaled Abou El-Fadl barangkali benar ketika mengatakan bahwa kaum muslim saat ini telah terpangkas dari tradisi intelektual kaum muslim-awal. Telah kehilangan etos pengetahuan maupun landasan moral dan intelektual. Sehingga, alih-alih perayaan atas warisan agung di masa lalu itu, apa yang kita saksikan justru bercokolnya—apa yang disebut Abou El-Fadl dalam Musyawarah Buku (Serambi, 2002)–”pola pikir Mongol”.

Seperti dicatat dalam sejarah, tahun 1258 Hulagu serta balatentara Mongol mengaramkan Baghdad dalam merahnya darah dan hitamnya tinta. Sejarah pun bertutur bahwa mayat-mayat yang dicacah balatentara yang beringas itu menyesaki dan membuat macet jejalanan kota. Pun ribuan judul buku yang mereka jarah konon berhasil memampatkan aliran sungai.

Ironisnya, kata Abou El-Fadl, tragedi itu seolah kembali berulang dengan wajah berbeda dan modus yang lebih canggih. Sebab, sebagaimana peristiwa tujuh abad lampau itu, saat ini pun sebagian kaum muslim masih dibantai di banyak penjuru dunia. Sedangkan teks-teks mereka justru dibantai oleh kaum muslim sendiri.

Begitulah, di masa lalu pembantaian buku ditempuh dengan membakar atau menghanyutkan dan menenggelamkannya ke palung-palung sungai. Di masa kini, “pembantaian” tersebut berbentuk pengeditan diam-diam atau melarangnya beredar di tengah umat. Hasilnya, menurut Abou El-Fadl lagi, buku Fatawa dan al-Jawab al-Shahih karya Ibn Taymiyah yang kini beredar adalah edisi yang telah disensor. Pun buku Bihar al-Anwar yang beredar sebenarnya tanpa tiga jilid lain yang dianggap melawan arus-utama ortodoksi.

Tak boleh dilupakan, “penyuntingan semena-mena” sebenarnya juga menimpa tafsir masyhur The Holy Qur’an: Text, Translation and Commentary karya Abdullah Yusuf Ali. Berbeda dari teks aslinya, edisi-edisi yang belakangan diterbitkan Amana Corporation/IIIT atau Ifta/King Fahd Holy Qur’an Printing Complex, misalnya, adalah “versi baru” tanpa disertai beberapa apendiks serta penafsiran dengan perspektif tasawuf. Hal yang, seperti direkam dengan baik oleh MA Sherif dalam biografi Yusuf Ali yang ditulisnya (Jiwa yang Resah, Mizan, 1997), disesalkan banyak kalangan dan sempat menjadi polemik panjang.

Prestasi kaum muslim sekaligus ironi yang mengirinya itu penting diungkapkan sekadar untuk menunjukkan sesuatu yang mungkin sudah jadi klise karena begitu kerapnya diulang-ulang: watak kosmopolitanisme Islam dan sikap terbuka kaum muslim-awal dalam menerima dan menyambut kehadiran “yang lain”, the others. Sikap yang akhir-akhir ini seolah raib dari kesadaran umat Islam dan berganti dengan sikap selalu curiga dan bahkan memusuhi (si)apa pun yang dianggap berbeda. Simtom yang diistilahkan Ali Ahmad Said (Adonis) sebagai “past-ism”, “masa-lalu-isme”: penolakan serta ketakutan akan setiap hal yang baru, beda, dan tak-umum.

Merujuk Abou El-Fadl untuk kali kesekian, kaum muslim saat ini tampaknya memang lebih senang pada, dan begitu cepat terpukau oleh, pleonasme sebuah pidato ketimbang memuliakan keanggunan khazanah pemikiran Islam yang tak tepermanai itu. Lebih terpesona oleh pidato yang gaduh (dan kerap angkuh), pemahaman-umum yang siap-pakai, dan terkesan jeri masuk dalam keheningan laku untuk—meminjam anak judul buku Abou El-Fadl itu–menelusuri keindahan Islam dari buku ke buku.

***

Penghormatan yang tinggi atas buku tentu saja bukan monopoli tradisi Islam. Sebab, sebagaimana khazanah Islam, tradisi Kristiani pun menyodorkan imperatif yang tak jauh berbeda. Dalan novel masyhur The Name of the Rose karya Umberto Eco (Jalasutra, 2003), misalnya, untuk menunjukkan betapa pentingnya buku (membaca) dan alangkah tak memadainya hidup hanya dengan doa (betapapun itu tugas utama para biarawan) atau mendaraskan kitab suci tanpa menelisik potensi makna yang dikandungnya, tokoh kepala biara dalam novel karya pakar semiotika dari Italia itu juga berujar: “Biara tanpa buku seperti kota tanpa harta, tangsi tanpa tentara, dapur tanpa bumbu, kebun tanpa tumbuhan, padang tanpa bunga, pohon tanpa daun”.

Walhasil, tak ada dalih untuk tak merayakan buku. Tak tersedia alasan untuk tak memuliakan siapa pun yang tak kenal letih menulis, merawat, dan menyemarakkan dunia, buku. Dunia yang menjadi suaka jiwa manusia dari proses pelupaan. Sehingga, jika “manusia merasa baru menemukan diri dan nilainya dalam Tuhan,” kata Sindhunata suatu ketika, “maka Tuhan pun harus dicarinya bukan hanya dengan berdoa tapi juga dengan membaca.”

Akhirnya, sepotong sajak Joko Pinurbo berjudul Buku barangkali tepat untuk menutup tulisan ini: Hadiah terindah yang kudapat dari buku adalah ingatan:/pacar terakhir yang selalu membujukku agar tidak/ mudah mati dalam kehidupan, hidup dalam kematian.
____________________
*) Damanhuri, Penyuka buku
Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2009/05/buku-iman-pembebasan.html

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita