Tosa Poetra
http://sastra-indonesia.com/
Jangankan dalam kehidupan dalam dunia karya tulis, segala sesuatu memang syarat dengan kontroversi, setuju dan tidak setuju merupakan hal yang wajar dan biasa terjadi, pro dan kontra lazim terjadi yang mana apapun pendapat itu hendaknya dihargai agar dapat menjadi tambahan kekayaan ilmu pengetahuan dan wawasan agar dapat menjadi semakin baik, bukannya menjadi bahan perseteruan abadi.
Dalam esai sastra berjudul “Mempertanyakan tanggung jawab kepenyairan Sutardji dan As Syu’ara (para penyair)” yang ditulis Nurel dan dipublikasikan di catatan facebooknya pada 8-9 April 2011, yang esai tersebut telah dibukukan, entah esai tersebut telah dimuat di media massa cetak atau belum, dan itu bukanlah soal bagi saya yang jelas esai tersebut terus melambaikan tangannya yang terkadang dengan genit mencubit saya dengan manja, merayu saya untuk membaca dan mencermati tiap kata yang tertulis di sana. Seolah telah menjadi Romy Ravael, menghipnotis saya agar tidak beranjak dari tempat duduk berjam-jam dan membuat mata selalu tertuju pada esai tersebut yang pada akhirnya mengharuskan otak saya untuk terhanyut dan berfikir, bergelut dalam tiap baris yang kadang tak cukup sekali membaca demi memahami maksudnya, kemudian memaksa jemari saya menuliskan beberapa kata untuk mengulas sedikit dari pengetahuan dan pemahaman seorang pencinta dan pembelajar sastra seperti saya.
Dalam esai tersebut jika kita baca akan dapat diketahui bahwa yang diuraikan penulis merupakan Gugatan kepada Sutardji dan ketidak sepakatan dengannya. Ketika kita berbicara “Sutardji”, siapa yang tidak mengenalnya, sastrawan besar yang mendapat gelar Presiden penyair (entah siapa yang menggelarinya), tidak cuma di Indonesia tapi namanya dikenal di manca negara terutama oleh kalangan penikmat, pembelajar dan penggiat sastra, sebab di bangku sekolah dan perguruan tinggi jurusan bahasa sastra diajarkan, mungkin cuma pelajar atau mahasiswa yang mengantuk di kelas saja yang tidak mengenal namanya. Lain halnya dengan Nurel, siapakah dia? Saya pun cuma mengetahui namanya, alamat dan hal lain tentang dia entah mungkin di simpan dalam dompet di saku celananya atau mungkin tertinggal di tumpukan berkas kantor kependudukan yang butuh berhari-hari untuk menemukannya.
Nama Nurel pertama kudengar dari sahabatku Misbahus Surur mahasiswa S2 di UIN Malang yang juga penggiat sastra yang esai dan puisinya sering termuat di koran, berikutnya nama Nurel kudengar dari rekan sastra di Jombang, Wong Wing King dan kang Sabrank yang selanjutnya beberapa kawanku menyebutnya juga, yang akhirnya akupun penasaran tentang siapa Nurel dan karyanya.
Mungkin baru sedikit orang yang mengenalnya atau dengan kata lain Nurel adalah semut jika dibanding Sutardji, tapi dalam esai tersebut entah setan darimana yang menclok padanya hingga dia nekat dan berani menggugat Sutardji, mungkin ini adalah hal bodoh bagi sebagian kalangan namun hal tersebut dilakukan Nurel dengan landasan dan data yang lengkap juga kuat. Mungkin ini adalah titik awal kebesaran Nurel yang mungkin akan mengungguli Sutardji atau mungkin Sutardji sudah saatnya pensiun dari presiden penyair jika tidak dapat membantah gugatan Nurel ini.
Dalam esainya tersebut Nurel memuat esai Sutardji “sajak dan pertanggung jawaban penyair” 9 September 2007 yang menyebutkan; ketika Tuhan memimpikan dirinya dikenal dan lepas dari kegelapan rahasianya ia berfirman Kun Fayakun maka jadilah alam semesta, juga mengungkapkan bahwa Sumpah Pemuda sebagai puisi dan mantra, juga terkait As Syu’ara. Dalam esainya Nurel juga memuat puisi Shang Hai (1973) dan Mantra.
Gugatan Nurel di sini terkait kekurang cermatan SCB dalam menyerap As Syu’ara, juga pada Mantra dan ketika SCB mengungkapkan tentang mengembalikan makna kata pada asal kata (mantra) atau pada eksistensi atau kekuatan atau kegunaan kata tersebut, bukan pada pencarian arti dalam kamus.
Nurel juga menggugat ketika SCB mengungkapkan ketika SCB mengungkapkan bahwa penyair adalah seperti halnya Tuhan yang tidak harus bertanggung jawab pada ciptaanya. Gugatan Nurel pada mantra diuraikan dengan mendedahkan devinisi mantra yaitu kata yang memiliki kekuatan magis yang belakangan ditulis sebagai jimat atau rajah, nah di sini Nurel mempertanyakan apakah ada puisi SCB yang memiliki daya seperti hal tersebut.
Puisi memang dapat menjadi mantra namun tentunya yang memiliki daya magis adalah yang ditulis oleh orang linuih, sedang yang ditulis pada awam biasanya memang memiliki kekuatan bukan secara magis namun sebagai daya pendorong semangat misalkan pada Sumpah Pemuda yang disebut oleh SCB sebagai puisi, sebagai mantra memang harus diakui bahwa daya Sumpah Pemuda juga syair Indonesia Raya telah membawa semangat untuk bersatu sehingga merdeka dan melahirkan bahasa kesatuan dan negara kesatuan RI, hal ini seperti halnya ketika seorang orator memetik kata Bung Karno, Bung Tomo ataupun Wiji Tukul untuk mengobarkan semangat masa.
Kembali pada eksistensi puisi mantra sebagai pengobar semangat sayapun sepakat menanyakan mana puisi SCB yang mengobarkan semangat? Atau mungkin SCB menguraikan Puisi sebagai mantra itu terkecuali karyanya atau tak setiap puisi mantra memiliki daya baik daya magis ataupun pengobar semangat?
Namun demikian harus diakui bahwa puisi SCB memang telah menjadi mantra yang menghipnotis para sastrawan di masanya dan banyak di masa sekarang sehingga menjadi pengagumnya dan karyanya.
Berikutnya gugatan Nurel terkait ungkapan SCB “pengembalian makna kata pada eksistensi kata” bukan pada pencarian dalam kamus yang dalam hal ini dulu SCB memang cenderung menulis karya gelap ketika itu, seperti halnya beberapa penulis yang lain semisal Danarto dan dulu Chairil pada masa awal menulis puisinya juga cenderung gelap seperti yang terdapat pada puisinya NISAN, hal yang perlu dipertanyakan mengapa ketika itu SCB menulis puisi gelap dan merasa tidak perlu bertanggung jawab atas karyanya karena itu adalah tugas apresiator dan kritikus namun belakangan SCB menulis puisi yang tidak gelap, entah mengapa, apakah SCB memang ingin berkreasi lain ataukah ketika menulis puisi gelap itu memang SCB masih awal menulis sehingga masih terdapat kekurangan sebagaimana pada Nisan karya Chairil yang sulit dipahami maknanya, ataukah SCB yang belakangan menulis puisi tidak gelap adalah karena SCB tidak ingin ketinggalan jaman ataupun ingin karyanya banyak diketahui umum dan diminati umum. Apapun itu hak preogratif SCB sebab bukankah dalam menulis tidak harus melulu dengan model yang itu saja.
Berkait dengan ungkapan SCB bahwa penyair seperti Tuhan, tidak perlu bertanggung jawab pada karyanya karena itu ranah milik apresiator dan kritikus untuk mengurainya, namun pada belakangan diungkapkan bahwa jika apresiator dan kritikus cuma dapat berkomentar asal saja tanpa menghargai dan memahami makna karya maka penyair wajib berbicara, sungguh dua pengungkapan yang bertolak belakang, meskipun hal tersebut memang tidak harus dipersalahkan, namun jika seorang apresiator atau kritikus hanya berkomentar asal saja dan tidak dapat mengurai makna maka itu namanya bukan apresiator, atau mungkin karya yang dihasilkan terlalu rendah untuk diapresiasi atau mungkin juga karya tersebut terlalu gelap sehingga cuma penyair sendiri yang dapat mengetahui maknanya atau dalam kata lain boleh dibilang puisi gagal yaitu maknanya tak sampai sebab apresiator tentu tidak ngawur dalam mengapresiasi karena tentu telah melakukan berbagai pendekatan untuk menggauli karya tersebut. Dan selain itu memang tak dapat dipungkiri bahwa pembaca memang hanya meraba makna karya dari sisi luar yang masing kepala dapat memiliki interpretasi berbeda sesuai daya apresiasinya masing-masing, sedang makna sesungguhnya menjadi rahasia penyair.
Kiranya sampai di sini sedikit apresiasi saya pada esai gugatan Nurel pada SCB tersebut yang dalam hal ini adalah karena keterbatasan dan kekurang pengetahuan saya juga lemahnya daya serap dan pemahaman saya, yang dalam hal ini bukan dalam arti saya melakukan pembelaan pada SCB ataupun dukungan pada Nurel, hanya saja jika dalam hal tersebut terdapat perseteruan seperti halnya dalam pertandingan semoga saya dapat menjadi penengah atau wasit dari kacamata pembelajar dan penikmat sastra.
Terakhir dengan tidak mengurangi rasa hormat, semoga SCB akan menjawab gugatan Nurel dan pada Nurel saya cuma dapat mengucapkan Selamat dan Mari terus berkarya. Salut atas keberanian dan pengetahuan atas kejeliannya dalam gugatan tersebut. Masih sangat banyak pula kesalahan dan kekurangan dalam catatan yang saya tulis ini yang itu merupakan kebodohan dan kekurangan saya sebagai pembelajar.
Sumber: http://www.facebook.com/notes/tosa-poetra/sutardji-vs-nurel-j/10150128004322609?ref=notif¬if_t=note_reply
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Junianto
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abang Eddy Adriansyah
Abdi Purmono
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurahman Wahid
Abidah el Khalieqy
Abiyyu
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achiar M Permana
Ade Ridwan Yandwiputra
Adhika Prasetya
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Adreas Anggit W.
Adrian Ramdani
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunarto
Agus Utantoro
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajie Najmudin
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Saefudin
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alhafiz K
Ali Shari'ati
Alizar Tanjung
Alvi Puspita
Alwi Karmena
Amarzan Loebis
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Amiruddin Al Rahab
Amirullah
Amril Taufiq Gobel
Amy Spangler
An. Ismanto
Andrea Hirata
Andy Riza Hidayat
Anes Prabu Sadjarwo
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anne Rufaidah
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anung Wendyartaka
Anwar Holid
Aprinus Salam
Ari Dwijayanthi
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Aris Darmawan
Aris Kurniawan
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asep Yayat
Askolan Lubis
Asrul Sani
Asvi Marwan Adam
Asvi Warman Adam
Audifax
Awalludin GD Mualif
Awaludin Marwan
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Bambang Bujono
Bambang Irawan
Bambang Kempling
Bambang Unjianto
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonnie Triyana
Bre Redana
Brunel University London
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hatees
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cepi Zaenal Arifin
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Cucuk Espe
D Pujiyono
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darwin
David Krisna Alka
Dedy Tri Riyadi
Deni Ahmad Fajar
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dicky
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Dodi Ambardi
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Khoirotun Nisa’
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Suprianto
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulwesi
Endi Haryono
Endri Y
Enung Sudrajat
Erwin
Erwin Dariyanto
Erwin Setia
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evieta Fadjar
F. Aziz Manna
Fadjriah Nurdiarsih
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Farida-Suliadi
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Feby Indirani
Felik K. Nesi
Fenny Aprilia
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Firdaus Muhammad
Firman Nugraha
Fuad Nawawi
Galang Ari P.
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Maryanto
Guntur Alam
Gus tf Sakai
Gusti Eka
H Marjohan
HA. Cholil Mudjirin
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hanik Uswatun Khasanah
Hans Pols
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hawe Setiawan
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Heru Nugroho
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Hudel
Humaidiy AS
Humam S Chudori
I.B. Putera Manuaba
Ibn Ghifarie
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idrus
Ignas Kleden
Ika Karlina Idris
Ilham khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tranggono
Indrian Koto
Intan Indah Prathiwie
Inung AS
Iskandar Noe
Iskandar P Nugraha
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut Fitra
J.J. Rizal
Jacques Derrida
Jafar Fakhrurozi
Jafar M Sidik
Jafar M. Sidik
Jaleswari Pramodhawardani
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jean-Marie Gustave Le Clezio
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ Rizal
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Jonathan Ziberg
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku
Juli
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kang Warsa
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasijanto Sastrodinomo
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Keith Foulcher
Khansa Arifah Adila
Khisna Pabichara
Khrisna Pabichara
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristine McKenna
Kritik Sastra
Kukuh Yudha Karnanta
Kurie Suditomo
Kurniawan Yunianto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L. Ridwan Muljosudarmo
Lan Fang
Langgeng W
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Leo Kelana
Leo Tolstoy
Lia Anggia Nasution
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Abdullah Badri
M Aditya
M Anta Kusuma
M Fadjroel Rachman
M. Arman AZ
M. Faizi
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Misbahuddin
M. Mushthafa
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Makyun Subuki
Maman S Mahayana
Marcus Suprihadi
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Mashuri
Matroni
Matroni El-Moezany
Mawar Kusuma
Max Lane
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Miziansyah J.
Moh. Samsul Arifin
Mohammad Eri Irawan
Muhammad Antakusuma
Muhammad Firdaus Rahmatullah
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhammd Ali Fakih AR
Muhidin M. Dahlan
Mukhlis Al-Anshor
Mulyo Sunyoto
Munawir Aziz
Murnierida Pram
Musa Asy’arie
Mustafa Ismail
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nandang Darana
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Nazar Nurdin
Nenden Lilis A
Nezar Patria
Nina Herlina Lubis
Ning Elia
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nobel
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novelet
Nu’man ‘Zeus’ Anggara
Nunik Triana
Nur Faizah
Nur Wahida Idris
Nurcholish Madjid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurman Hartono
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Obrolan
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Olivia Kristinasinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Oyos Saroso H.N.
Pandu Jakasurya
Parak Seni
Parakitri T. Simbolon
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Pembebasan Sastra
Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta-Toer
Pringadi Abdi Surya
Pringadi AS
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Rahmat Hidayat
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ranang Aji S.P.
Ranggawarsita
Ratih Kumala
Ratna Sarumpaet
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Rengga AP
Resensi
Resistensi Kaum Pergerakan
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Risang Anom Pujayanto
Riswan Hidayat
Riyadi KS
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rojil Nugroho Bayu Aji
Rukardi
S Sopian
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sari Oktafiana
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra
Sastra Liar Masa Awal
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Selo Soemardjan
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Sevgi Soysal
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Slamet Hadi Purnomo
Sobih Adnan
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sotyati
Sri Wintala Achmad
St. Sunardi
Stefanus P. Elu
Stevy Widia
Sugi Lanus
Sugilanus G. Hartha
Suherman
Sukardi Rinakit
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Surat
Suripto SH
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susiyo Guntur
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi San
Syafruddin Hasani
Syahruddin El-Fikri
Syaiful Amin
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T Agus Khaidir
Tasyriq Hifzhillah
Tatang Pahat
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tia Setiadi
Tita Maria Kanita
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tony Herdianto
Tosa Poetra
Tri Purna Jaya
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulfatin Ch
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Utami Widowati
UU Hamidy
Veronika Ninik
Vien Dimyati
Vino Warsono
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W Haryanto
W. Herlya Winna
W.S. Rendra
Wahyu Heriyadi
Wahyu Hidayat
Wahyu Utomo
Walid Syaikhun
Wan Anwar
Wandi Juhadi
Warih Wisatsana
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Wayan Supartha
Wendoko
Wicaksono Adi
William Bradley Horton
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Wong Wing King
Y. Wibowo
Yang Lian
Yanuar Yachya
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopie Setia Umbara
Yos Rizal Suriaji
Yoserizal Zein
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudhi Herwibowo
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Zacky Khairul Uman
Zakki Amali
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhou Fuyuan
Zul Afrita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar