Nurel Javissyarqi
http://pustakapujangga.com/2011/05/zadig-scripture-destiny-of-voltaire-1694-1778-tested-the-leibniz-1646-1716/
Pengarang ini mungkin awalkali pembentuk alam cerita di kepalaku. Sastrawan produktif berkualitas filosof atas pilihan kata tepat di antara rerongga ruang-waktu takdir telah ditentukan, dalam setiap karyanya.
Tulisan ini, bentuk kegembiraan setelah berpisah sepuluh tahun lebih dengan bukunya “Zadig ou la Destinée.” Diterjemahkan dipengantari Ida Sundari Husen, terbitan Pustaka Jaya, cetakan pertama 1989 bertitel “Suratan Takdir.”
Mulanya kuperoleh di toko buku loakan di Taman Ismail Marzuki (TIM), tetapi lenyap saat ngontrak di daerah Gedong Kuning Jogjakarta 2001. Kini kubaca ulang, selepas mendapatkan dari kritikus Maman S. Mahayana. Di sini kuucapkan terimakasih, pula pada buku-buku Voltaire yang lain atasnya.
Nama aslinya François-Marie Arouet. Adalah dunia bawah sadar, di tengah pula di atas, ia bangun hikayat Zadig berkesungguhan filsuf, tak lupa menghibur jejiwa haus hikmah. Telusurannya menembusi segala sekat hampir menaburkan seluruh ladang penalaran pembaca, tanpa menunjukkan sikap menggurui, kecuali mengolok-olok pribadi timpang dalam hayat.
Bangunan tokoh Zadig menempatkan pemikir asal Prancis itu sampai akhir jaman, dongengan dibalut atmosfir meyakinkan, antropologi, sosiologi, sejarah pun hayalan melambung perasaan. Selidiknya tak kurang sastrawan mempuni, unggul serayuan hisap seluruh sendi hayati, dijadikan bulir-bulir bermakna mahkota ilmu, demi sosok para pencari tak kenyang satu pengertian.
Sederhana bertutur kalimah, arif menyelesaikan soal, bentuk tidak terkira atas jangkauan harap ke masa depan kemanusiaan. Adanya pendapat dialah bara api dalam sekam revolusi Prancis, yang terus ditulis para sejarawan. Diselidiki puncak kemerdekaan berfikir, tak memihak kecuali untuk nasib baik umat seluruh jagad, serangga kecil (manusia) di antara triliyunan benda angkasa, hitungan sistematis kebenarannya.
Ia menaik-turunkan drajad nalarnya se-tukang kayu membuat kursi-meja, sengajakan ciptaannya mendiami ruang berdimensi kelayakan kajian wewaktu setelahnya. Karya-karyanya kekayaan terselimuti uap kesahajaan cerdas, kecerdikan muslihat mengolah cerita jadi mutiara tak habis dipunggah, terus menjelma patokan nasib para peneguknya.
Aku ingat betul saat jumpa bukunya, kubaca sangat girang di TIM sambil membawa nasib berkelana, dan terasa sontak melihatnya kedua. Tak lebih ingin mereguk ulang sampai hafal di luar kepala, demi perjelas sketsa pernah tegas, namun pudar diterpa terik bacaan. Ya siapa tahu jejakan nanti menembusi kabul pelbagai bidang terlayari sampan fikir pelita hati, di tengah malam atas ombak setiai kodratnya menari-nari pada muka angkasa.
Kepadanya kupanggil bapak, novelis filsuf Jostein Gaarder dapatlah kusapa paman, aku di sisi mereka jauh, dekat gunung Krakatau kini, saksikan jutaan tahun gelombang pemikiran bermain, dipermainkan tekanan angin, hawa musim tarikan jaman. Sebutir pasir tak berarti antara jemari raksasa sejarah; keganasan perang, musik halus kasih sayang, kebencian, rindu dendam, senyuman sinis ataukah menawan, aku di antara mereka.
Kisah Zadig dipahat bergurat-gemurai mengagumkan, setiap sudut memantulkan hikmah tersendiri. Cemooh cermin konyol membuka kelambu kemungkinan, sepanjang pembaca miliki daya duga keliaran merambahi daratan wangi, di sekitar nasib ditata purna, sejenis kitab panduan dalam menyikapi carut marut kehidupan.
Sosok-sosok wagu ditimpakan nasib mujur malang melintang bertimbangan sejumlah ilmu pengetahuan. Hukum-hukum dibentur lawan demi kemauan meloloskan gagasan gemilang, uap hasil suling dari macam-macam air perikehidupan;
Bau hianat, kelicikan, ditelanjangi demi keseimbangan logis, atur cerita dipertanggungjawabkan di meja penelitian. Benang jahit paduan-padan runtutan peristiwa, memperkuat bentuk diingini, mendapati perolehan lebih; kamus besar peradaban insan.
Kausalitas naik-turun ditimbang berat-ringan kasus diketengahkan, menyuguhkan masakan lezat, harum kembang terkenang di sudut terpencil kesunyian fikir. Kilau kebeningan kalbu menterjemah cecabang menggayuh gelombang bayu tarikan nafas. Dan para pemeriksa menemukan kemewahan selalu memantulkan kesadaran setubuh takdir mewaktu, meruang mekarkan abadi.
Walau novelnya terbentuk potongan kekisah pendek berbingkai judul perkuat isi dikandung, tiada satu kalimah tidak berjalin antara jalan-jalan dilalui. Semua mengerucut bebayang watak, katakter dihasrati pencerita. Tiada sosok kemayu berindah-indah kecuali pamrih patuhi sketsa dicanangkan, demi perekat keilmuan menempeli setiap tokoh dilakonkan.
Voltaire di jarak ditentukan, ibarat dalang kadang lebur sepermainan jemari, menunjuk ketajaman penanya pantas mendiami abad-abad di depan. Beginilah ruang-waktu dipelajari, peristiwa dimengerti sepundi-pundi kesantausaan umat mau menggali tanah usia, juga setiap misteri menunggui. Umpama punggung tak terjangkau mata, keberadaannya menutupi kekurangan yang ada.
Kepenuhan membuka kelambu kemungkinan melagukan keselarasan irama; hidup patut difikir ulang, seturun menemui kodrat semestinya. Gesekan masa mematangkan aura menafaskan kata menjelma laguan merdu nyawa di atas kemakmuran hikmah.
Jika kulukiskan, perjalanan Zadig mengalami kemalangan-kemalangan terpelajar, kesenangan-kesenangan hidup mendidik. Inilah kumandang merdu hayati di batok kepala, mengisi kalbu usaha musik diri, dengan alam seperistiwa makna puitika.
Ia pun suguhkan alur di balik pandang, berangkat ketabahan menguliti perjalanan Zadig. Kesabaran dituntun berjumpa pendeta, yang hampir menyamai pelajaran Nabi Musa di hadapan Khidir. Keserampangan itu kekonyolan sikap sepintas tak terdukung kebijakan, diperlihatkan sang guru, selalu diperdebatkan dalam perjalanan mencari keweruh agung.
Kedetailan tanda, wewarna kilatan sepintas tetapi tegas, menentukan esok jawaban purna, serupa tersingkapnya alam mulia sebelum dapati temuan-temuan dilakoni. Ini hadirkan corak bahwa ilmu pengetahuan sebatas pandang dan selidikan jauh kembangkan reribuan rahmat. Selaksa taburkan benih di ladang pengalaman berarti, hukum pasti yang sudah ditamankan Tuhan di bumi pekerti.
Yang mengejutkan, Voltaire menyebut asal rempah-rempah, bebumbu mahal dari dataran Tidore dan Ternate, daerah negeri kita Indonesia. Tak diragukan betapa luas wawasannya, pengendapan sejarah bentukan dongeng, tampak sekilas namun cerdas, berkehendak meraup seluruh isi dunia lewat sekali tarikan novelnya;
tak terbahtah, hampir sejauh karyanya bersimpan sumber mata air seirama gerak jaman demi kemajuan. Di sini keunggulan sastrawan selalu membuka lelembaran sejarah, wewatak manusianya tanpa memberi kecondongan kecuali berhak disandarkan ke alamnya; pengertian melimpah, tanpa ditutupi kepicikan faham yang dipastikan blunder kebingungan.
Sang pencerita mengemban ketahanan mempuni, keuletan dipadukan getah minyak memancar ke segenap penjuru malam gulita cemerlang, walau tanpa dinyalakan. Keberadaannya teduhkan fikir, tentramkan bathin, barangsiapa meneguk peroleh kehangatan purna, dan senantiasa diserang haus, sebab manisnya gugusan persembahan nan sederhana.
Suatukali pujangga Jerman Johann Wolfgang von Goethe berpendapat; “Dengan Voltaire terlihat dunia yang berakhir, dengan Rousseau dunia yang baru mulai.”
Ini terpantul kidungan kekaryaan menempuh jurang pesimis, persis lakon hidupnya banyak mengalami kemalangan, kegagalan tak henti, meski ditopang kemampuan intelektual. Zadig mewakili nasib pahit disamping kekokohan tajamkan pena, demi martabat ilmu di atas darah bagsawan. Dendamnya bertuah menancap kuat keyakinan, berujung runcung pena menggetarkan dinding-dinding salju Eropa.
Aku kira sulit dicari tandingan, sepak terjangnya mengancam menara-menara penguasa, kepandaian martabat budhi oleh pekerti kedekatan semua kawan. Juga menjadikan para pencemburu hadir membuatnya dijebloskan ke penjara, dibuang ke Inggris dan nasib buruk bertubi-tubi mendera mematangkannya. Demikian mental tangguh, selayar pancang tulisan mampu dikagumi semua jaman, di segala lapisan.
Ketika memasukinya dalam, aku mulai meragukan batas optimis atas seluruh kemampuan dikeluarkan, batasan pesimis oleh segala nikmat tercecap. Atau apa semestinya? Ketika kesengsaraan mendatangkan senang bertabah, sebaliknya kelezatan menggiring terlena?
Kiranya kesadaran baling-baling fikiran, keinsyafan permainan bumi dicetuskan Tuhan telah Voltaire pegang. Pengamat melihat gemawan kadang ragu bergelayut hendak hujan, tapi penggalian terdalam, tiada kemurungan bayang. Semua terpastikan gerak menentukan takdir lain; yang tertulis, begitu terlaksanakan, di langit tertinggi sekalipun demikian.
Itulah jumlah alur penalarannya, kala menakar daya kemampuaan berhadapan filsafat optimis Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716), dongengan Zadig dibangun memangfaatkan tarian kisah menentukan. Seminimal mengadu kekuatan, sebelum benar-benar bertarung faham tak disukai, olok-olok semacam cara canda mematikan kaum pemikir;
menganggap enteng hal berat itu ringan, entah melalu pengulangan kalimah membentuk pengertian lain. Atau ditaruh di tempat-tempat tak semestinya berakibat njomplang, hingga tertolak gagasan musuh-musuhnya di depan hayalak.
Jiwa pengelanaannya tak luput ke Jerman, sebelum singgah di Jenewa mematangkan gagasan, dikala bertumbuk langsung bermusuhan dalam perang filosofis atas Rousseau, berpolemik melalu surat, serta karya tulis diterbitkan. Seperti mendapati lapangan sejuk, berderap kuda hasrat beringas, sisi berbeda sewaktu dahulu di samping kekasihnya, Madame du Châtelet.
Ataukah satu-satunya ambisi meneruskan pengarang Racine, terkenal hanya mengandalkan pena berbakat menulis. Ia telah buktikan, sudah melampaui orang-orang sejaman lebih, pun dunia tak segan memberi titel; abad XVIII Prancis bersebutlah abadnya Voltaire.
Sebagai penutup, aku membayangkan ramainya perkampungan yang dibabat alas semangatnya, mungkin masih bernama Ferney-Voltaire.
Bandar Lampung – Lamongan, Februari – Maret 2011.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Junianto
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abang Eddy Adriansyah
Abdi Purmono
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurahman Wahid
Abidah el Khalieqy
Abiyyu
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achiar M Permana
Ade Ridwan Yandwiputra
Adhika Prasetya
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Adreas Anggit W.
Adrian Ramdani
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunarto
Agus Utantoro
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajie Najmudin
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Saefudin
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alhafiz K
Ali Shari'ati
Alizar Tanjung
Alvi Puspita
Alwi Karmena
Amarzan Loebis
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Amiruddin Al Rahab
Amirullah
Amril Taufiq Gobel
Amy Spangler
An. Ismanto
Andrea Hirata
Andy Riza Hidayat
Anes Prabu Sadjarwo
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anne Rufaidah
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anung Wendyartaka
Anwar Holid
Aprinus Salam
Ari Dwijayanthi
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Aris Darmawan
Aris Kurniawan
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asep Yayat
Askolan Lubis
Asrul Sani
Asvi Marwan Adam
Asvi Warman Adam
Audifax
Awalludin GD Mualif
Awaludin Marwan
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Bambang Bujono
Bambang Irawan
Bambang Kempling
Bambang Unjianto
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonnie Triyana
Bre Redana
Brunel University London
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hatees
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cepi Zaenal Arifin
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Cucuk Espe
D Pujiyono
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darwin
David Krisna Alka
Dedy Tri Riyadi
Deni Ahmad Fajar
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dicky
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Dodi Ambardi
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Khoirotun Nisa’
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Suprianto
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulwesi
Endi Haryono
Endri Y
Enung Sudrajat
Erwin
Erwin Dariyanto
Erwin Setia
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evieta Fadjar
F. Aziz Manna
Fadjriah Nurdiarsih
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Farida-Suliadi
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Feby Indirani
Felik K. Nesi
Fenny Aprilia
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Firdaus Muhammad
Firman Nugraha
Fuad Nawawi
Galang Ari P.
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Maryanto
Guntur Alam
Gus tf Sakai
Gusti Eka
H Marjohan
HA. Cholil Mudjirin
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hanik Uswatun Khasanah
Hans Pols
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hawe Setiawan
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Heru Nugroho
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Hudel
Humaidiy AS
Humam S Chudori
I.B. Putera Manuaba
Ibn Ghifarie
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idrus
Ignas Kleden
Ika Karlina Idris
Ilham khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tranggono
Indrian Koto
Intan Indah Prathiwie
Inung AS
Iskandar Noe
Iskandar P Nugraha
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut Fitra
J.J. Rizal
Jacques Derrida
Jafar Fakhrurozi
Jafar M Sidik
Jafar M. Sidik
Jaleswari Pramodhawardani
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jean-Marie Gustave Le Clezio
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ Rizal
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Jonathan Ziberg
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku
Juli
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kang Warsa
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasijanto Sastrodinomo
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Keith Foulcher
Khansa Arifah Adila
Khisna Pabichara
Khrisna Pabichara
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristine McKenna
Kritik Sastra
Kukuh Yudha Karnanta
Kurie Suditomo
Kurniawan Yunianto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L. Ridwan Muljosudarmo
Lan Fang
Langgeng W
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Leo Kelana
Leo Tolstoy
Lia Anggia Nasution
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Abdullah Badri
M Aditya
M Anta Kusuma
M Fadjroel Rachman
M. Arman AZ
M. Faizi
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Misbahuddin
M. Mushthafa
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Makyun Subuki
Maman S Mahayana
Marcus Suprihadi
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Mashuri
Matroni
Matroni El-Moezany
Mawar Kusuma
Max Lane
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Miziansyah J.
Moh. Samsul Arifin
Mohammad Eri Irawan
Muhammad Antakusuma
Muhammad Firdaus Rahmatullah
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhammd Ali Fakih AR
Muhidin M. Dahlan
Mukhlis Al-Anshor
Mulyo Sunyoto
Munawir Aziz
Murnierida Pram
Musa Asy’arie
Mustafa Ismail
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nandang Darana
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Nazar Nurdin
Nenden Lilis A
Nezar Patria
Nina Herlina Lubis
Ning Elia
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nobel
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novelet
Nu’man ‘Zeus’ Anggara
Nunik Triana
Nur Faizah
Nur Wahida Idris
Nurcholish Madjid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurman Hartono
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Obrolan
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Olivia Kristinasinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Oyos Saroso H.N.
Pandu Jakasurya
Parak Seni
Parakitri T. Simbolon
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Pembebasan Sastra
Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta-Toer
Pringadi Abdi Surya
Pringadi AS
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Rahmat Hidayat
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ranang Aji S.P.
Ranggawarsita
Ratih Kumala
Ratna Sarumpaet
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Rengga AP
Resensi
Resistensi Kaum Pergerakan
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Risang Anom Pujayanto
Riswan Hidayat
Riyadi KS
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rojil Nugroho Bayu Aji
Rukardi
S Sopian
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sari Oktafiana
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra
Sastra Liar Masa Awal
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Selo Soemardjan
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Sevgi Soysal
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Slamet Hadi Purnomo
Sobih Adnan
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sotyati
Sri Wintala Achmad
St. Sunardi
Stefanus P. Elu
Stevy Widia
Sugi Lanus
Sugilanus G. Hartha
Suherman
Sukardi Rinakit
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Surat
Suripto SH
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susiyo Guntur
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi San
Syafruddin Hasani
Syahruddin El-Fikri
Syaiful Amin
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T Agus Khaidir
Tasyriq Hifzhillah
Tatang Pahat
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tia Setiadi
Tita Maria Kanita
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tony Herdianto
Tosa Poetra
Tri Purna Jaya
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulfatin Ch
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Utami Widowati
UU Hamidy
Veronika Ninik
Vien Dimyati
Vino Warsono
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W Haryanto
W. Herlya Winna
W.S. Rendra
Wahyu Heriyadi
Wahyu Hidayat
Wahyu Utomo
Walid Syaikhun
Wan Anwar
Wandi Juhadi
Warih Wisatsana
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Wayan Supartha
Wendoko
Wicaksono Adi
William Bradley Horton
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Wong Wing King
Y. Wibowo
Yang Lian
Yanuar Yachya
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopie Setia Umbara
Yos Rizal Suriaji
Yoserizal Zein
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudhi Herwibowo
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Zacky Khairul Uman
Zakki Amali
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhou Fuyuan
Zul Afrita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar