10/03/11

Andrea Hirata Sastrawan dari Kampung Belitong

Andrea Hirata
Pewawancara : Stevy Widia
http://www.suarapembaruan.com/

Ini kisah nyata tentang sepuluh anak kampung di Pulau Belitong, Sumatera. Mereka bersekolah di sebuah SD yang bangunannya nyaris rubuh dan kalau malam jadi kandang ternak. Sekolah itu nyaris ditutup karena muridnya tidak sampai sepuluh sebagai persyaratan minimal.

Pada hari pendaftaran murid baru, kepala sekolah dan ibu guru satu-satunya yang mengajar di SD itu tegang. Sebab sampai siang jumlah murid baru sembilan. Kepala sekolah bahkan sudah menyiapkan naskah pidato penutupan SD tersebut. Namun pada saat kritis, seorang ibu mendaftarkan anaknya yang mengalami keterbelakangan mental. Semua gembira. Harun, nama anak itu, menyelamatkan SD tersebut. Sekolah pun tak jadi ditutup walau sepanjang beroperasi muridnya cuma 10 orang.

Kisah luar biasa tentang anak-anak Pulau Belitong itu menjadi novel dengan judul Laskar Pelangi (LP) oleh Andrea Hirata, salah satu dari 10 anak itu. Banyak orang memuji novel memoar tersebut karena jalinan ceritanya yang memikat sekaligus penuh muatan nilai moral. “Mengharukan…,” kata Korrie Layun Rampan. “Menarik…,” komentar Sapardi Djoko Damono. “Menyentuh…,” kata Garin Nugroho.

Pujian dari mereka menjadi jaminan bahwa LP yang kemudian berkembang menjadi novel tetralogi itu memang memiliki nilai lebih. Pembaca bukunya semakin menegaskan pujian itu. Tiga judul yang sudah terbit yakni Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, dan Edensor menempati posisi best seller dengan angka penjualan lebih dari 100 ribu kopi. Buku pertama yakni Laskar Pelangi bahkan sudah diterjemahkan dalam bahasa Melayu dan diterbitkan di sejumlah negara di Asia Tenggara seperti Malaysia, Thailand, Singapura, dan Myanmar. Dan tak lama buku LP akan diterbitkan di Eropa dan Amerika Serikat, tentu dalam terjemahan bahasa Inggris.

Karya debut ini membuat pemilik nama lengkap Andrea Hirata Seman Said Harun yang dipanggil Ikal oleh teman-temannya menjadi semacam selebritis baru di jagad sastra Indonesia. Meski hal itu dibantah mati-matian olehnya, paling tidak sejumlah penghargaan berkat novel itu telah diterimanya, yang terbaru Aisyah Award dari Muhammadiyah. Buku ketiga Edensor juga masuk nominasi Khatulistiwa Literary Award 2007 untuk kategori prosa. Bahkan sutradara kawakan Riri Riza dan produser Mira Lesmana sudah siap menggarap kisah LP ke layar lebar.

Menariknya lulusan Master of Science dari Universite de Paris, Sorbonne, Perancis dan Sheffield Hallam University, Inggris itu belum pernah menulis buku sastra. Sebaliknya tesis ilmiah Andrea di kedua universitas itu merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi pertama karya orang Indonesia. Buku ini telah beredar sebagai referensi ilmiah. Hal itu terungkap dalam wawancara staf PT Telkom Bandung yang bertutur kata halus dengan SP. Berikut petikan wawancara yang berlangsung belum lama ini di Jakarta :

Sejumlah pembaca Laskar Pelangi mengaku novel ini menyegarkan sekaligus mengharukan. Ide apa yang melatarbelakangi penulisan novel ini?

Buku Laskar Pelangi (LP) pada awalnya bukan untuk diterbitkan. Niat saya untuk menulis buku ini sudah ada sejak saya kelas 3 SD, ketika saya demikian terkesan pada jerih payah kedua guru SD saya Ibu Muslimah dan Bapak Harfan Effendi, serta 10 sahabat masa kecil saya, yang disebut Kelompok “Laskar Pelangi”. Buku LP saya tulis sebagai ucapan terima kasih daan penghargaan kepada guru dan sahabat-sahabat saya itu. Seorang teman, tidak sengaja menemukan draf buku itu di kamar kos saya, dan diam-diam mengirimkannya pada penerbit. Sampai hari ini saya masih heran ternyata buku LP masih merupakan buku laris.

Masa kecil anda benar-benar seperti di Laskar Pelangi?

Masa kecil saya dan para tokoh di LP hidup di sebuah komunitas buruh tambang di Belitung. Kami tuh native di sana. Kami mengalami seperti apa yang saya ceritakan dalam Laskar Pelangi. Jadi, ada pendidikan dimana pendidikan hanya bisa diikuti oleh anak-anak para pegawai dalam pangkat tertentu. Kemudian ada fasilitas yang hanya bisa dimasuki orang-orang dengan kelas sosial tertentu. Saya rasa, sekarang kita bisa melihat hal tersebut sebagai sebuah pelanggaran HAM. Itu terjadi dalam masa kecil kami.

Mengapa masa kecil yang penuh penderitaan itu begitu membekas dalam diri Anda?

Masa kecil itu penuh dengan magical moments. Masa kecil kan membentuk kita pada hari ini. Apa yang kita lakukan hari ini, bagaimana persepsi kita terhadap hidup ini, semua terbentuk saat masa kecil. Dan saya merasa beruntung masa kecil saya dilalui di sekolah Muhammadiyah, sebuah sekolah miskin dan puritan, tapi saya rasa bagaimana saya melihat perspektif hidup saya sekarang, itu adalah bagaimana saya melalui masa kecil saya di sekolah itu. Bagaimana saya melihat persahabatan. It’s magic! Saya selalu merasa beruntung, dan saya selalu merasa punya tempat untuk pulang. Bertemu dengan guru tercinta dan sahabat-sahabat saya, Laskar Pelangi.

Berapa lama Anda menyelesaikan novel ini?

Saya memang sejak dulu ingin menulis, tetapi sebelum menulis LP saya sama sekali tidak pernah menulis sastra. Bahkan cerpen pun belum pernah. Saya hanya menulis, berkontemplasi, mengingat untuk buku itu. Tiga minggu selesai. Memang banyak yang mempertanyakan hal tersebut, sampai dalam suatu forum milis dikatakan saya menulis dalam keadaan trance,

di luar kemampuan saya. Apalagi mengingat novel itu sangat tebal 529 halaman. Dan saya tidak memiliki latar belakang sastra. Ini merupakan novel saya yang pertama. Namun kembali saya ingatkan LP adalah sebuah memoar. Oleh karena itu, setiap lembarnya sudah ada di kepala saya sejak lama.

Soal latar belakang dan lokasi kejadian, Anda cukup detail dalam novel ini. Semua nyata? Atau ada juga imajinasi di dalamnya ?

LP adalah sebuah memoar, oleh karena itu semua karakter dan kejadiaanya adalah nyata. Cara menulis saya memang cenderung detail, karena saya tertarik memberi gambaran yang filmis pada para pembaca. Tentu novel adalah sebuah karya sastra, dan sastra tidak dapat dipisahkan dengan imajinasi. Imajinasi dalam LP tidak dimanifestasikan dalam bentuk mereka-reka karakter dan kejadian, tetapi di dalam cara menceritakan

Dalam bertutur Anda begitu detail. Apakah Anda melakukan survei data untuk penulisan novel ini?
Tentu saja, tetapi saya terbantu karena LP adalah memoar, artinya saya sudah memiliki informasi yang mengendap di kepala saya. Riset yang paling intensif adalah saya harus mengkonfirmasikan lagi beberapa hal yang berkenaan dengan Biologi, Fisika, dan Kimia waktu mendeskripsikan karakter Lintang yang jenius. Juga ketika mendeskripsikan anatomi kandungan material tambang di Belitong.

Ini karya sastra debutan Anda. Bagaimana penulis pemula seperti Anda dapat membuat novel yang begitu baik dan menuai pujian di mana-mana?

Saya bukan pembaca sastra yang fanatik. Hanya sedikit buku sastra yang saya baca. Saya lebih banyak membaca buku ilmiah, teori ekonomi, pokoknya tentang ilmu pengetahuan. Namun ternyata buku sains memberi kontribusi yang besar dan membuat saya kuat dalam hal penulisan kontekstual. Bahkan menurut saya ilmuwan itu sangat sastrawi. Saya juga percaya orang Melayu terlahir sebagai penyair, story telling yang ulung. Ada peribahasa kalau kau pinjamkan uang pada orang melayu, akan putus perkara. Tapi kalau kau pinjamkan dia kata, maka akan berpanjang cerita.

Dari memoar, Anda kemudian menulis hingga menjadi tetralogi. Bagaimana itu bisa terjadi?

Setelah melihat reaksi pembaca, saya mulai berpikir ternyata menulis buku bisa memberi pengaruh secara luar biasa. Terpikir untuk membuat tetralogi, itu bukan karena dorongan pasar. Saya hanya ingin memberi semangat pada penulis baru untuk jangan takut menghasilkan karya. Sebab buku punya nasib sendiri. Saya tahu menulis itu tidak mudah. Maka saya tidak punya pandangan tentang hal mendasar dalam teknis menulis. Pandangan saya adalah mengenai apresiasi. Dalam hal ini saya rasa karya dari seorang penulis bukan hanya persoalan bagaimana masyarakat akan menghargai tulisannya, tapi bagaimana ia sebagai penulis akan menghargai dirinya sendiri. Artinya, jika ia menghargai dirinya sendiri, hendaknya ia menulis sesuatu yang memiliki integritas. Tidak melulu patuh pada tuntutan pasar.

Berarti ada pesan lain ketika anda menulis LP, tak hanya sekadar memoar?

LP adalah buku tentang orang Indonesia kebanyakan. Di dalamnya ada kisah cinta, hubungan dengan teman, keinginan untuk maju, rasa percaya diri. permbaca meliha dirinya sendiri di buku itu. Buku LP membua tana kuat menertawakan kemiskinan, memparodikan tragedy sehingga anda bertenaga kembali. Agar orang jangan mudah berputus asa. Belajarlah dengan betul, itu sebenarnya pesan utama saya. Klasik sebenarnya, tapi dengan bercontoh dari Laskar Pelangi, kesulitan apapun terutama dalam masalah pendidikan, bisa diatasi. Buktinya, anggota Laskar Pelangi bisa survive. Pokoknya don’t give up. Kalaupun harus bekerja, atau menjual, ya pokoknya apa saja, lakukanlah untuk mendapatkan pendidikan. Kemiskinan bukan alasan untuk berhenti belajar. Pendidikan itu penting untuk perubahan.

Apa obsesi Anda setelah menjadi penulis dengan karya best seller?

Saya pegawai BUMN, saya ingin mempromosikan ke kalangan birokrat agar banyak membaca buku sastra untuk mengaktifkan otak kanan mereka. Sebab dewasa ini kebijakan harus bersifat kreatif , sebab jika terlau banyak menjanjikan masyarakat akan semakin skeptis. Saya masuk ke dalam birokrat karena saya melihat itu satu-satunya cara untuk berbuat dalam memecahkan berbagai masalah yang selama ini kita lihat di dalamnya. Di mata saya apabila bangsa ini ingin berubah, orang yang ada di dalam posisi strategis harus berkorban demi sesuatu yang lebih baik ke depan. Itu yang coba saya lakukan. Saya ingin melawan jargon anda jujur anda hancur. Sebaliknya say aingin buktikan anda jujur anda prevail. Sebab cepat atau lambat kemenangan akan memihak kebenaran. Itu yang guru saya ajarkan. Persoalannya hal itu tidak mudah, sehingga saya sering merasa kesepian di tengah keramaian.

Sumber: http://202.169.46.231/News/2007/11/11/Profil/pro01.htm

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita