Sabrank Suparno
http://www.sastra-indonesia.com/
*) Raja Malaikat Kepincut Bumi
Seperti biasanya, Arsy, istana langit tak pernah sepi. Milyatan malaikat berkumpul mengelilingi Alloh. Tak ada pemandangan lain. Sejauh hamparan mata memandang ruang tak terbatas hanya dipenuhi wajah malaikat. Suara bergemuruh, berkumandang menggema. Tak lain lagi lantunan irama tasbih. Pagi, siang tiada henti. Malaikat itu makhluk statis. Susunan tubuhnya hanya satu jenis partikel zat yang di sebut cahaya. Statis-tetep, tidak bisa berkembang atau memuai. Barangkali kalau dunia ilmuwan modern sekarang menemukan dua zat yang baru lagi yang disebut Bozon dan Firmon. Mungkin partikel sel kromosom malaikat lebih tercipta zat Firmon tersebut. Firmon bukan cahaya dalam bentuk cahaya fisik berkilauan. Tetapi menjelma wujut sang malaikat atau bidadari penolong yang benderang dalam hati, fikiran buntu, judeg, BeTe, kemudian tiba-tiba merasa lega, semangat hidup tumbuh kembali, masalah dengan mudah di atasi, itu lebih karena cahaya Firmon. Cahaya yang bukan cahaya lampu atau matahari. Cahaya fisik hanya menerangi ruang pandangan mata, tetapi cahaya Firmon menerangi hati dan fikiran yang ”notabenenya” tak meruang dan tak mewaktu.
Suatu hari Alloh mengumumkan hari libur, cuti, kepada para malaikat. “ Wahai para malaikatKu, hari ini Aku izinkan kalian semua berlibur. Bertamasyahlah ke seluruh planet yang telah Aku sebarkan. Terbanglah semampumu untuk mengetahui luasnya ruang yang telah Aku bentangkan “. Suruh Alloh sang raja Theokrasi. Ketika itu malaikat masih diwakili lima staf tertinggi. Yakni Azazil, Jibril, Mikail, Izro’il, dan yang terakhir Isro’fil. Karena kehidupan bumi belum ada, manusia belum tercipta, staf Rokib, Atid belum ada. Sebab belum ada tugas nyatat amal baik buruk manusia. Begitu juga Munkar-Nakir juga belum terbentuk. Sebab belum di tugasi mencabut nyawa kehidupan. Pun jua demikian Malik dan Ridwan. Mereka masih tercipta di alam angan untuk mengawasi sorga dan neraka.. Dari 5 malaikat tersebut diatas ada salah satu malaikat yang paling dibanggakan dan di kagumi Alloh. Dia di juluki “ Syayyidul Malaikah “, sesepuh para malaikat. Dia adalah Azazil. Alloh memberi Azazil kelebihan khusus di segala bidang dari pada 4 saudaranya. Azazil di kenal malaikat yang paling taat kepada Alloh. Sedang yang lain hanya berada dibawah stratanya Azazil.
Bersemburatlah para malaikat. Mereka keluar dari Arsy tempat Alloh bersemayam, Melesat cepat dari pintu-pintu Sidrotul Muntaha. Mereka meluncur keberbagai penjuru mata angin dan dua arah vertikal-horisontal. Karena malaikat tercipta dari cahaya dan berbentuk cahaya, maka tak heran jika kecepatan terbang malaikat bisa mencapai 10 x 1010 km/dt. Dalam beberapa jam saja para malaikat itu sudah menempuh jarak sejauh bermilyar-milyar tahun cahaya. Akan tetapi saking luasnya cakrawala yang digelar Alloh, tak sanggup juga malaikat merampungkan perjalanannya. Tak sanggup dan tak pernah sanggup. Sangking luasnya jajaran century dan sangking banyaknya gugusan ganesa.
Terhitung sekian milyart tahun cahaya, para malaikat itu berdatangan pulang kembali ke haribaan Alloh. Yakni Jibril, Mikail, Izro’il dan Isro’fil. Tetapi Azazil tak kelihatan batang hidungnya. Kemana gerangan Azazil? Karena tidak ada yang mengetahui, akhirnya Jibril disuruh pergi kembali mencari keberadaan Azazil kakak tuanya.
Jibril kini mendapat misi ke dua meluncuri jagat raya. Tetapi bertugas mencari kakak tuanya, Azazil, dan bukan seperti tugas semula, bertamasya. Jibril memasang strategi ultra modern. Hal ini karena intensitas proyek yang ditanganinya tergolong mega-sulit. Tak hanya teknologi infra-red, Bluetoot, Wi-fi saja yang diandalkan. Tetapi juga memakai teknik bias pikrometer dan blue energi yang belum dan masih akan ditemukan ilmuwan tahun 2020 mendatang. Kecanggihan mega teknologi Jibril ini tak pelak dengan cepat, Jibril mendapatkan deteksi yang akurat mengenai keberadaan Azazil. Ternyata Azazil sedang asyik bersantai di planet yang bernama bumi. Pada waktu yang bersamaan seolah hand phon Jibril dapat SMS dari Alloh, agar Jibril kalau beretemu Azazil, Jibril diberi kewenangan memaksa Azazil pulang. “ Mas Azazil! aku disuruh Alloh untuk memaksa panjenengan pulang “. Azazil berkomentar untuk tidak bersedia pulang. “ Jibril, sampaikan kepada Alloh meskipun aku di bumi, tetap saja aku bertasbih dan bersujud ke Alloh. Kita ini kan makhluk statis. Meskipun di bumi tetap saja yang kita kerjakan kebaikan. Aku gak krasan di langit, jenuh. Bril……… apa kamu gak merasa! Bumi ini planet masa depan yang mengasyikkan. Di bumi ini nanti akan ada, dan dihuni makhluk yang tingkahnya harmoni dan bersahaja. Ada panjang-ada pendek, tinggi-rendah, tua-muda, atas-bawah, sedih-suka, laki-laki dan perempuan, ada cowok-cewek yang saling berpandangan dan kemudian jatuh cinta. Woww…asyik men….! “ Jadi mas Azazil membantah disuruh Alloh pulang “! Tegas Jibril. Tak urung perkelahian terjadi. Akan tetapi karena Azazil terlalu sakti, Jibril dengan mudah dilempar begitu saja.
Akhirnya Jibril kembali melapor perihal yang terjadi pembangkangan Azazil tersebut. Rapat sidang pleno istana langit kembali digelar. “Rupanya Azazil kesengsem, tertarik dengan bumi yang Aku ciptakan. Dia rupanya jatuh cinta terhadap ciptaanku dan melupakan Aku. ”Oke!, sekarang giliranmu Mikail, turun ke bumi, ambil tanah lempung yang paling baik. Posisi tanah yang baik berada di sekitar kutub selatan dan dekat katulistiwa. Aku hendak membikin saingan cinta untuk menandingi Azazil di bumi. Ayo kita bikin manusia dengan nama Adam“.
*) Tanah Lempung Adam Terbuat Dari Tanah Jawa
Bergegaslah Mikail meluncur ke bumi. Diincarlah tanah subur se-dunia yang posisinya dekat dengan kutub selatan. Dijumpailah tanah yang bernama Jawa. Jauh sebelumnya sudah di adakan study riset di laboratorium of cakrawala. Tanah yang paling subur sedunia diakui negara manapun adalah hamparan Nusantara. Di wilayah nusantara inipun masih di mainset lagi arahnya untuk bisa disebut tanah unggul dan produktif, syaratnya harus ada banyak gunung berapi dan sungai. Maping area di kecilkan lagi dan di temukanlah Jawa Timur. Sebuah wilayah kecil dengan jumlah gunung merapi terbanyak, tanahnya subur, gembur gemah ripah loh jinawi, toto tentrem karto raharjo. Jenis tanaman apa saja tumbuh dengan baik. Kala pagi, sunrise mengintip di ufuk timur. Sinarnnya menerpa dahan-dahan dan dedaunan. Memancar senyum menyaput embun. Jika kilau mentari menerpa bumi pagi itu, sesungguhnya adalah sinar yang telah terpancarkan sejak berjuta-juta tahun lalu di suralaya. Kalau si muka bumi manusia mengalami apa saja hari ini, ketemu jodoh atau kekasih misalnya, sesungguhnya itu sudah di mainset langit sejak di alam ruh dahulu. Burung pagipun mencandai pagi dengan ocehnya. Sambil berloncat, bertelanting diantara dahan. Sesekali menukik bawah, incar ulat, serangga melata. Beraneka bunga mekar tebarkan semerbak harum aneka warna, penuhi pelupuk mata. Tiada negeri seindah Nusantara Jawa ini. Tidak ada sinar mentari dibelahan bumi manapun yang sinarnya sesumringah di bumi Nusantara. Sungguh sorga seakan pernah bocor, dan cipratannya menjadi Nusantara raya ini. Kemungkinan besar tanah lempung yang di bikin sebagai Adam dahulu adalah tanah Jombang. Kalau kita menggeledah, melihat kamus Bahasa Indonesia arti makna Jombang adalah “ tampak elok/cantik. Artinya bakal makhluk yang paling sempurna, paling cantik, yang di lengkapi dengan akal dan budi. Lantas Jombang bagian mana ? Desa apa namanya ? Ilmuan dan ahli kebatinan harus meriset secara ilmiyah, sebab sejauh ini hanya kabut tebal pekat menghalau daras pandangan .
Misi Mikail sebagai penerus gerakan Jibril tidak segampang itu. Sebab seluruh ion-ion atom bumi rupanya sudah didoktrin Azazil untuk memberontak. Indoktrinisasi Azazil berhasil rapi, hingga seluruh jajaran bumi sepakat kalau sebagian tubuhnya di ambil dan di jadikan bahan mentah Adam, bumi menolak.Bumi juga bentangkan sepanduk berdemonstrasi menolak perihal keberadaan manusia di bumi. Bumi meyakini manusia kelak hanya berpotensi merusak bumi dan mengalirkan pertumpahan darah.
Yang dihadapi Mikail lebih berat dari pada Jibril, sebab Azazil menerapkan politik double standtar. Di satu sisi harus menghadapi Azazil, di sisi lain menghadapi bumi itu sendiri. Kekuatan Mikail belumlah sebanding dengan kesaktian Azazil, kecerdikan Mikail dalam berpolitik praktis juga belum sepiawai Azazil. Akhirnya Mikail mengalami kekalahan yang sama dengan Jibril. Ia terpental dan terpukul mundur. Alloh pun segera kirimkan delegasi ke tiga.Yakni Izro’il. Tetapi usahanya serasa sia-sia. Nasib Izro’il tak beda jauh dengan Jibril dan Mikail. Seolah Alloh sudah putus asa. Pasukan langit tinggal satu batalion lagi. Yakni pasukan yang dipimpin Isrofil. Agar Isrofil tidak membikin malu dan membuahkan hasil, Alloh membombardir gerakan Isrofil dengan keras. Alloh juga mengklaim Isrofil, jika gagal dalam misinya. “ Wahai Isrofil…..! Kalau engkau kalah juga dalam melawan kakakmu Azazil, maka tidak Saya perkenankan kembali ke istana langit ini, ingat! camkan baik-baik! “ ancam Alloh. Isrofilpun berangkat. Belajar dari kekalahan tiga kakaknya membuat Isrofil berfikir. Serangan Isrofil berbeda haluan dengan kakak-kakaknya. Isrofil menitik beratkan dengan cara diplomasi dari pada pertumpahan darah, adu kanuragan, dan perhelatan fisik. Konsep pertarungan Isrofil; sepandai-pandai tupai melompat pernah jatuh juga. Sekuat, sesakti apapun kedigjayaan Azazil pasti ada teledornya. Dalam satu hari saja hidup, ada kalanya “ kanggonan joyo “ ada kalanya “ kanggonan apes “. Aji sirep megananda dirapal. Ramuan bedak dioplos dengan asap mesiu dan dicampur obat bius segera ditaburkan. Agaknya tidak sia-sia usahanya. Pada jam yang sudah diperhitungkan berdasarkan pasaran neptu hari, Azazil mulai menguap, matanya merah, daya tahan tubuhnya lemes lunglai. Pada saat itulah Isrofil membujuk bumi untuk mengadakan pertemuan tertutup. Siapa saja dilarang meliput, termasuk wartawan dan media masa. Dalam perjanjian tertutup itu disepakati naskah draf perjanjian, Adapun salah satu konsesi perjanjian itu; Isrofil berjanji mengambil tanah lempung dari bumi dan untuk dibikin adam. Dan apabila Adam sudah mati, jasadnya dipersembahkan lagi sebagai santapan bumi. Kesepakatan ini ditanda tangani kedua belah pihak.
Mengingat keadaan genting, takut keburu Azazil tersadar dari tidurnya, dengan cepat kilat Isrofil menyaut sebat tanah lempung. Sebelum mengepal segenggam tanah di olak-alik lebih dulu. Dilihatlah semua jenis tanah di Jombang. Mula-mula Isrofil menggali tanah di desa Mojokuripan. Namun waktu itu pohon mojonya mati, dan baru di hidupkan kembali, makanya disebut Mojokuripan. Kalau pohonnya mati berarti tanahnya tandus dan kurang bagus. Terus Isrofil bergeser ke timur. Tetapi jenis tanahnya jeblok, lemor atau terlalu becek, tentu sulit jika dibuat patung Adam nanti. Isrofil bergeser ke barat, tetapi tanahnya tambah padas dan keras, makanya disebut desa Badas, kemudian bergeser ke utara, di temui desa Balongrejo, tanah yang berbentuk balong atau jublang, atau rawa-rawa. Isrofil bergeser ke barat, malah bertemu ikan lele. Makanya disebut desa Nglele. Lele adalah jenis makhluk biotik, padahal yang dibutuhkan adalah tanah, , makhluk abiotik. Isrofil meloncat ke barat. Namun cuma bertemu tanah yang berbentuk hutan ( wono ) yang rapi ( kerto ). Dari desa Wonokerto inilah kemudian Isrofil bergeser ke timur. Di sini ada tanah yang di tumbuhi jenis pohon ploso yang kerep(rindang berjajar). Tempat ini bernama desa Plosokerep. Dimungkinkan Isrofil mengambil tanah di Plosokerep ini, ia merasa aman dari jagaan Azazil. Sambil ngumpet di antara rerimbunan pohon ploso yang kerep, Isrofil beranggapan kecil tidak mudah diketahui Azazil. Isrofil menyelinap-nyelinap di antara pohon ploso. Sampailah Isrofil di Plosokerep bagian timur.
*) Penjaga Surga, si Naga & Burung Garuda
Ditempat ini terdapat parit sungai kecil. Sungai yang meskipun kemarau ranau kering kerontang mata airnya tetap mengalir bening. Sumber air yang mengalir berasal dari cela-cela pemulu serabut akar kambium pepohonan. Menetes demi setetes mengalir gemercik. Di tempat inilah Isrofil mengais dan meraup segenggam tanah. Setelah tanah tergenggam, segera beranjak cepat melesat menuju cakrawala. Layaknya pesawat super sonik buatan Rusia, Isrofil sekejap saja sudah sampai di perbatasan atmosfer dan ruang hampa udara. Karena terlalu cepat, tanah dalam genggaman Isrofil itu ada yang semburat dari sela jari-jemarinya. Punceratan tanah itu nyaris menjadi dataran tanah kecil sebuah desa. Isrofil berpesan pada bumi, agar suatu saat nanti desa itu diberi nama ”Dowong”. Yang berasal dari bahasa jawa “kondo o lek lemah iki biyen cikal bakale dadi wong”. Wong, dalam bahasa Indonesia sama artinya dengan manusia.
Perjalanan pulang Isrofil tidak segampang itu. Sesampai di perbatasan atmosfer dan ruang hampa, tiba-tiba Azazil terjaga dari tidurnya. Menyadari apa yang terjadi, bahwa bumi telah di curi, Azazil tersentak jenggirat mengejar Isrofil. Di perbatasan atmosfr nilah Isrofil tertangkap. Dalam pertempuran itu Isrofil lontarkan debat argumentasi. “ Aku ke bumi mengambil tanah lempung bukan keinginanku sendiri, melainkan disuruh Alloh, jadi aku tidak ada urusan dengan siapapun kecuali dengan Alloh. Kalau engkau tidak terima, jangan marah kepadaku, protes saja sendiri kepada Alloh “. Mendengar argumen diplomasi Isrofil selihai ini, Azazil tidak bisa menjawab. Azazil berfikir ”Isrofil dapat dengan mudah aku kalahkan, tetapi dengan Alloh..!”. Cara diplomasi model Isrfoil ini paling efektif bermutu dan rasional. Apalagi jika dipakai konsep toriqot hati. Mengerjakan seseatu dalam hidup hendaknya ihlas. Bukan karena cuma ingin dipandang makhluk. Sebab makhluk menilai kita hanya sebatas usianya saja. Jika makhluk sudah meninggal, berakhir pula penghargaan citra imag buildingnya ke amaliyah kita. Akan tetapi jika kita menyandarkan amal energi kita ke Alloh, maka sampai kiamatpun tetap kita jumpai, tidak hanya sebatas usia manusia saja.
Tanah lempung sudah berhasil dibawah ke istana langit. Semua malaikat dikumpulkan. Seperti niat awal, Alloh berkehendak membikin manusia di bumi sebagai saingan cinta terhadap Azazil. Para malaikat memulai proyeknya atas intruksi intensif Alloh. Karena Alloh adalah satu-satunya desain grafik calon gambar jadinya manusia. Di dalam desain interior dan exterior Adam, ditetapkan bahwa ukuran telapak kaki Adam sepanjang 60 dhiro’. Sedang 1 dhiro’nya lebih kurang sepanjang ujung kuku sampai siku tangan manusia dewasa. Penciptaan manusia ini adalah proyek langit yang paling berat. Perdebatan kesempurnaan terus terjadi di antara insinyur para melaikat mengenai kegunaan, fungsi serta sebab akibat. Proyek pengadaan Adam ini memakan waktu enam masa. Proyek ini juga berhasil menyabet gelar piala rekor aworld sebagai makhluk terbaik yang dilengkapi dengan akal. Perdebatan malaikat yang paling tajam adalah saat membikin kemaluan Adam. Usulan bertubi-tubi dari berbagai fraksi legislatif. Interupsi yang dilancarkan dari 75% fraksi yang hadir, agar ukurannya di perkecil dari ukuran sketsa semula. Alasan interupsi adalah “alat vital satu ini, yang akan menjadi biang kerok keributan dunia. Dibikin kecil saja sudah menghebohkan dunia dengan pemerkosaan dan perselingkuhan, apalagi jika dibikin besar”. Atas dasar perhitungan dan kebijaksanaan yang proporsional akhirnya usulan di setujui Alloh. Proses pembentukan Adam memasuki tahap finishing, ditiupkannya ruh jadilah Adam. Adam memang tercipta dari tanah lempung, akan tetapi bukan karena tanah lempung itu Adam dicipta. Karena apa ? Karena kreatifitas murni ide Alloh. Teori toriqoh ini dapat dikembangkan ke berbagai lelaku kehidupan. Semisal kalau manusia bisa sekolah dan kuliah itu bukan karena orang tuanya kaya, tetapi karna Alloh mengijinkanya. Layaknya manusia tidak perlu sombong. Banyak anak orang kaya yang tidak di takdirkan sekolah dan kuliah. Alloh memang berniat membikin Adam, tetapi hanya ide. Sedang team pelaksananya adalah malaikat. Artinya copyright pihak pertama belum tentu dan sah dilakukan UU oleh pihak kedua. Perusahaan McDonald, KFC dan lain-lain adalah copyright orang Amerika. Akan tetapi perusahaan McDonald dan KFC di Indonesia tidak harus dikerjakan orang Amerika, melainkan sah di masak anak-anak paribumi, asalkan resepnya sama dengan desain resep menu yang ada di Amerika.
Sementara itu Azazil makin akrab dengan bumi. Apalagi dengan pulau jawa. Di pulau jawa, untuk menyebut kata Azazil tentu sulit lidahnya. Di jawa Azazil diganti namanya menjadi Idhajil atau Dajjal. Makanya kalau ada orang yang bertingkah niru Azazil yang gampang kesemsem dengan ciptaannya Alloh, dan melupakan yang mencipta disebut gejajilan.
Kabar terciptanya Adam terdengar langsung sampai kepelosok bumi. Hal ini membuat Idhajil kebakaran jenggot, dan naik pitam. Idhajilpun naik ke langit hendak protes ke Alloh. Ia pergi ke surga tempat proyek pembuatan Adam dikerjakan. Semua media masa memuatnya, termasuk televisi gabungan BBC antariksa.
Tapi na’as bagi Idhajil. Di pintu sorga pertama dijaga oleh naga raksasa besar yang kejam dan bengis. Kesaktian Idhajil tak sangup menandinginya. Namun Idhajil cerdik, ditungunya naga itu dengan sabar. Ketika naga itu menguap, terbukalah mulutnya lebar-lebar. Idhajil kemudian menyelinap masuk melalui mulut naga. Setelah Idhajil dikeluarkan menjadi tai, barulah Idhajil berhasil masuk ke sorga pertama. Di pintu surga kedua, Idhajilpun kesulitan lagi, di pintu ini dijaga burung garuda besar yang kejam dan bengis. Idhajil harus mencari cara. Ia mengubah dirinya menjadi ulat. Di depan garuda ia berkeliat-keliat. Melihat ulat berkeloget, naluri Garuda sebagai pemangsa karnivora tergugah. Dipatoklah ulat tersebut. Setelah dikeluarkan menjadi tai, barulah Idhajil jatuh kesorga dan menemui Adam. Melihat seluruh jajaran malaikat lengkap, untuk menghargai karya besar Alloh yang berupa Adam, semua malaikat disuruh bersujud kepada Adam. Semuanya sujud menghormati Alloh, kecuali Idhajil. Idhajil malah sombong dengan pengingkaran kebodohannya. Bahwa dirinya mengira tercipta dari gen berkelas tinggi. Yakni gen cahaya yang merupakan bayangan Alloh. Alloh menyuruh malaikat bersujud pada Adam hanya untuk menghormati karya Alloh, dan bukan menyembah Adam sebagai Tuhan. Pada saatnya nanti Nusantara pasti akan menjadi central pusat dunia. Sebab ceceran negara kepulaun yang membentang dari Sabang sampai Merauke adalah akibat gempilnya retakan surga jaman alam malakut dulu. Ketika itu Azazil malakukan kesalahan pertamanya. Saat itu Alloh mengadakan kontes desain mode cahaya. Hal yang menakjubkan terjadi. Cahaya hasil desainan peserta dari para malaikat sangat memukau. Memanjang berwarna-warni, meliuk-liuk kilaunya, memancar ronanya dengan kilatan hingar bingar. Dan hasil kontes cahaya waktu itu diabadikan sampai sekarang. Dan akan dipertontonkan kemegahan cahaya surga itu bagi manusia kelak yang mampu memasukinya.
Sejak awal Idhajil memang dianugerahi kahebatan lebih oleh Alloh. Tetapi kehebatan itu sekaligus kekurangan dia. Dalam kontes cahaya inipun Idhajil meraih juara utama. Saking gembiranya, karena menjadi pemenang, Idhajilpun berpesta. Ia mabok sembari berdansa. Terlalu asyik berjoget, Idhajil tak sadar tangannya menyentuh dinding pagar tembok sorga. Pagar surga itu kemudian retak, ambrol, dan berjatuhan kebumi. Jejatuhan puing-puing pagar surga itulah yang berserakan dan menjadi jajaran pulau Nusantara raya ini.
Kapan mimpi manusia penghuni Nusantara ini menjadi kenyataan? Nusantara yang makmur bersahaja bagaikan di sorga. Untuk memasuki Sorga Nusantara baru tidaklah mudah, kecuali kita suatu saat penghuninya mampu menggabungkan dua kekuatan besar ’si Naga dan si Garuda’.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Junianto
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abang Eddy Adriansyah
Abdi Purmono
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurahman Wahid
Abidah el Khalieqy
Abiyyu
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achiar M Permana
Ade Ridwan Yandwiputra
Adhika Prasetya
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Adreas Anggit W.
Adrian Ramdani
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunarto
Agus Utantoro
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajie Najmudin
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Saefudin
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alhafiz K
Ali Shari'ati
Alizar Tanjung
Alvi Puspita
Alwi Karmena
Amarzan Loebis
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Amiruddin Al Rahab
Amirullah
Amril Taufiq Gobel
Amy Spangler
An. Ismanto
Andrea Hirata
Andy Riza Hidayat
Anes Prabu Sadjarwo
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anne Rufaidah
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anung Wendyartaka
Anwar Holid
Aprinus Salam
Ari Dwijayanthi
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Aris Darmawan
Aris Kurniawan
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asep Yayat
Askolan Lubis
Asrul Sani
Asvi Marwan Adam
Asvi Warman Adam
Audifax
Awalludin GD Mualif
Awaludin Marwan
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Bambang Bujono
Bambang Irawan
Bambang Kempling
Bambang Unjianto
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonnie Triyana
Bre Redana
Brunel University London
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hatees
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cepi Zaenal Arifin
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Cucuk Espe
D Pujiyono
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darwin
David Krisna Alka
Dedy Tri Riyadi
Deni Ahmad Fajar
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dicky
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Dodi Ambardi
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Khoirotun Nisa’
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Suprianto
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulwesi
Endi Haryono
Endri Y
Enung Sudrajat
Erwin
Erwin Dariyanto
Erwin Setia
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evieta Fadjar
F. Aziz Manna
Fadjriah Nurdiarsih
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Farida-Suliadi
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Feby Indirani
Felik K. Nesi
Fenny Aprilia
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Firdaus Muhammad
Firman Nugraha
Fuad Nawawi
Galang Ari P.
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Maryanto
Guntur Alam
Gus tf Sakai
Gusti Eka
H Marjohan
HA. Cholil Mudjirin
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hanik Uswatun Khasanah
Hans Pols
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hawe Setiawan
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Heru Nugroho
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Hudel
Humaidiy AS
Humam S Chudori
I.B. Putera Manuaba
Ibn Ghifarie
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idrus
Ignas Kleden
Ika Karlina Idris
Ilham khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tranggono
Indrian Koto
Intan Indah Prathiwie
Inung AS
Iskandar Noe
Iskandar P Nugraha
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut Fitra
J.J. Rizal
Jacques Derrida
Jafar Fakhrurozi
Jafar M Sidik
Jafar M. Sidik
Jaleswari Pramodhawardani
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jean-Marie Gustave Le Clezio
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ Rizal
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Jonathan Ziberg
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku
Juli
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kang Warsa
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasijanto Sastrodinomo
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Keith Foulcher
Khansa Arifah Adila
Khisna Pabichara
Khrisna Pabichara
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristine McKenna
Kritik Sastra
Kukuh Yudha Karnanta
Kurie Suditomo
Kurniawan Yunianto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L. Ridwan Muljosudarmo
Lan Fang
Langgeng W
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Leo Kelana
Leo Tolstoy
Lia Anggia Nasution
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Abdullah Badri
M Aditya
M Anta Kusuma
M Fadjroel Rachman
M. Arman AZ
M. Faizi
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Misbahuddin
M. Mushthafa
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Makyun Subuki
Maman S Mahayana
Marcus Suprihadi
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Mashuri
Matroni
Matroni El-Moezany
Mawar Kusuma
Max Lane
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Miziansyah J.
Moh. Samsul Arifin
Mohammad Eri Irawan
Muhammad Antakusuma
Muhammad Firdaus Rahmatullah
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhammd Ali Fakih AR
Muhidin M. Dahlan
Mukhlis Al-Anshor
Mulyo Sunyoto
Munawir Aziz
Murnierida Pram
Musa Asy’arie
Mustafa Ismail
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nandang Darana
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Nazar Nurdin
Nenden Lilis A
Nezar Patria
Nina Herlina Lubis
Ning Elia
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nobel
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novelet
Nu’man ‘Zeus’ Anggara
Nunik Triana
Nur Faizah
Nur Wahida Idris
Nurcholish Madjid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurman Hartono
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Obrolan
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Olivia Kristinasinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Oyos Saroso H.N.
Pandu Jakasurya
Parak Seni
Parakitri T. Simbolon
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Pembebasan Sastra
Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta-Toer
Pringadi Abdi Surya
Pringadi AS
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Rahmat Hidayat
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ranang Aji S.P.
Ranggawarsita
Ratih Kumala
Ratna Sarumpaet
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Rengga AP
Resensi
Resistensi Kaum Pergerakan
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Risang Anom Pujayanto
Riswan Hidayat
Riyadi KS
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rojil Nugroho Bayu Aji
Rukardi
S Sopian
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sari Oktafiana
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra
Sastra Liar Masa Awal
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Selo Soemardjan
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Sevgi Soysal
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Slamet Hadi Purnomo
Sobih Adnan
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sotyati
Sri Wintala Achmad
St. Sunardi
Stefanus P. Elu
Stevy Widia
Sugi Lanus
Sugilanus G. Hartha
Suherman
Sukardi Rinakit
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Surat
Suripto SH
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susiyo Guntur
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi San
Syafruddin Hasani
Syahruddin El-Fikri
Syaiful Amin
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T Agus Khaidir
Tasyriq Hifzhillah
Tatang Pahat
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tia Setiadi
Tita Maria Kanita
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tony Herdianto
Tosa Poetra
Tri Purna Jaya
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulfatin Ch
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Utami Widowati
UU Hamidy
Veronika Ninik
Vien Dimyati
Vino Warsono
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W Haryanto
W. Herlya Winna
W.S. Rendra
Wahyu Heriyadi
Wahyu Hidayat
Wahyu Utomo
Walid Syaikhun
Wan Anwar
Wandi Juhadi
Warih Wisatsana
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Wayan Supartha
Wendoko
Wicaksono Adi
William Bradley Horton
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Wong Wing King
Y. Wibowo
Yang Lian
Yanuar Yachya
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopie Setia Umbara
Yos Rizal Suriaji
Yoserizal Zein
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudhi Herwibowo
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Zacky Khairul Uman
Zakki Amali
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhou Fuyuan
Zul Afrita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar