27/02/10

Orang Besar

Indra Tranggono*
http://www.jawapos.com/

ADA pertanyaan yang mengusik jiwa ketika duka itu tiba. Kenapa manusia besar dan baik dipanggil Tuhan lebih cepat? Rendra, Gus Dur, Frans Seda, Munir, dan lainnya ”begitu cepat” meninggalkan bangsa yang selalu didera derita ini.

Tentu, pertanyaan itu bernuansa egois. Tuhan selalu punya perhitungan sendiri. Dan, maksud Tuhan selalu baik. Maka, kita pun harus ikhlas melepas manusia-manusia besar itu meski dada terasa sesak.

Siapa pun berhak memberikan tafsir atas teks manusia besar. Manusia besar dapat dimaknai sebagai manusia yang mampu melampau dirinya: dari individu menjadi ”institusi” nilai yang menjadi rujukan bagi kehidupan kolektif manusia. Proses melampau diri itu terjadi melalui peminggiran kepentingan individual untuk mengutamakan kepentingan sosial, bangsa, kemanusiaan, dan peradaban. Dia mendudukkan kepentingan dirinya hanyalah bagian sangat kecil dari kepentingan besar masyarakat, bangsa, dan negara. Karena itu, dia terhindar dari nafsu untuk meminta dan memiliki atau memperkaya diri. Dia bahkan selalu berusaha memberi. Dia jauh lebih mementingkan kewajiban daripada hak. Untuk itu, dia rela mengubur pamrih-pamrih pribadinya demi kepentingan yang lebih besar dan bermakna bagi kehidupan sosial.

Gua Pertapaan

Manusia besar selalu menempuh jalan asketis atau sikap menahan diri dari semua godaan duniawi. Asketisme merupakan ”gua pertapaan” untuk menempa kepribadian serta mengasah ketajaman batin dan intelektual. Di ”gua pertapaan” itu, dia tidak sedang melarikan diri, melainkan justru melakukan dialog, bahkan pertarungan nilai-nilai. Sejarawan Sartono Kartodirdjo memaknai asketisme sebagai jalan untuk mesu budi atau menggembleng jiwa, spiritualitas, dan intekektual.

Dalam konteks pemahaman Sartono, asketisme juga dapat dimaknai sebagai ”tempayan” besar tempat manusia menggodok cita-cita sosialnya menjadi idealisme; menggodok sikapnya menjadi integritas; menggodok seluruh keprihatinan sosialnya menjadi komitmen; serta menggodok potensi dan talentanya menjadi kemampuan. Dengan integritas, komitmen, dan kemampuan itu, dia menawarkan nilai pembebasan kepada publik yang sedang ditawan ketidakberdayaan akibat tekanan struktur dan kultur.

Manusia besar tidak punya ambisi menjadi besar atau menjadi hero. Dia menjalani kehidupan secara wajar, namun mampu memilah dan memilih berbagai tawaran nilai yang disodorkan kepadanya. Dia selalu teguh memilih nilai yang substansial di antara guyuran hal-hal artifisial. Karena itu, manusia besar sering juga disebut manusia substansial. Hidupnya ”menginti” atau ”inti” (nilai) adalah hidupnya itu sendiri.

Manusia yang mendasarkan diri kepada substansi adalah manusia yang telah menjatuhkan pilihan kepada kekuatan roh, bukan kepada kekuatan badaniah. Roh itu abadi, sedang badan itu fana, rapuh, dan mudah hancur diurai bakteri. Roh berposisi subjek aktif: ia menggerakkan dan memberi orientasi badan untuk selalu transenden; sebuah jalan yang menyelamatkan badan dari kehancuran yang tidak semestinya (sesuai fitrah) akibat kerakusan dan penyimpangan lainnya.

Manusia yang memuliakan kehidupan roh akan menemukan kemuliaan kehidupan. Sedangkan manusia yang memanjakan badan akan menemukan kejayaan lendir dan daging, namun rohnya kurus dan menggigil kesepian.

Manusia-manusia besar -Gus Dur, Rendra, Frans Seda, Munir, dan lainnya- selalu memuliakan roh. Roh itu bisa kita baca sebagai nilai kemanusiaan, keadilan, demokrasi, pluralisme/multikulturalisme, dan nilai fundamental lainnya. Roh itu menjaga badan (baca: masyarakat, bangsa, atau negara) agar selalu memiliki kematangan spiritual dan kecerdasan dalam menentukan setiap pilihan sehingga tidak terjebak pada kalkulasi kepentingan sesaat dan kubangan nilai yang mendangkalkan jiwa.

Kebangsaan dan Kemanusiaan

Dalam konteks kebangsaan dan kemanusiaan, mereka tidak pernah bosan membentangkan horizon harapan di tengah berbagai persoalan yang mengepung bangsa ini. Rendra menyebut horizon harapan itu sebagai ”daya hidup” yang menjadikan manusia tetap ”gagah dalam kemiskinan”. Rendra memandang betapa pentingnya karakter dan martabat bagi sebuah bangsa. Bangsa yang berkarakter dan bermartabat selalu mandiri, berdaya cipta, dan selalu terobsesi pada kualitas peradaban. Bukan bangsa konsumen yang hanya bisa menadahkan tangan dan mengangakan mulutnya.

Gus Dur menerjemahkan horizon harapan itu melalui empat prinsip nilai yang digenggamnya dalam memperjuangkan demokrasi, pluralisme/multikulturalisme, dan kemanusiaan. Empat prinsip itu adalah kedaulatan hukum, pemberantasan korupsi, pengutamaan asas keadilan, dan kesadaran melakukan perubahan (wawancara Metro TV).

Frans Seda menerjemahkan horizon harapan itu menjadi keadilan ekonomi. Dia membangun sistem ekonomi bercorak kerakyatan agar setiap warga negara dapat menemukan hak-hak untuk bernapas: hak mendapatkan penghidupan layak, hak mengembangkan usaha, dan seterusnya.

Munir menerjemahkan horizon harapan sebagai bentuk pembelaan atas hak asasi manusia. Baginya, setiap manusia bukan hanya memiliki hak hidup, namun juga hak untuk berserikat, hak berpendapat, hak mengembangkan diri, hak mengembangkan cita-cita sosialnya, hak mengembangkan kebudayaan, dan seterusnya. Negara harus menjadi fasilitator yang baik, bukan justru mengintervensi dan menekan warga negara agar melakukan hegemoni demi kepatuhan. Munir yang bersosok kecil ternyata memiliki keberanian yang luar biasa, termasuk melawan hegemoni militer. Perjuangan Munir sangat menggetarkan.

Satu per satu manusia besar Indonesia berpulang. Roh mereka terbang ke alam keabadian, ke pangkuan Tuhan. Sementara problem sosial, kebangsaan, dan kenegaraan terus mengepung kita. Mungkin, akan terus lahir manusia-manusia besar yang berani mempertaruhkan seluruh hidupnya demi cita-cita kemanusiaan, sosial, dan kebangsaan.

Namun, diam-diam kita merasa cemas. Di tengah penguatan pragmatisme dan materialisme sekarang, bangsa ini cenderung memilih jalan soliter daripada jalan solider. Masyarakat yang soliter cenderung berpikir untuk dirinya, keluarganya, atau kelompoknya (kroni-kroninya). Mereka kurang menganggap bahwa orang-orang lain (the others) juga punya hak hidup yang sama. Mereka cenderung terobsesi menjadi manusia sukses, bukan manusia besar. Ukuran sukses tak lebih dari benda-benda dan citra diri yang dimilikinya. Mereka lebih memilih ”memiliki” (kebendaan dan citra) daripada ”menjadi” sebuah eksistensi (istilah Erich Fromm). Inilah salah satu ”PR” kebudayaan bangsa ini. (*)

*) Indra Tranggono, pemerhati budaya.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita