16/09/09

Rendra, Puisi Pamflet, dan Gairah

Moh. Samsul Arifin
http://www.jawapos.com/

''Rendra tak pernah takut pada kekuasaan, termasuk tank dan panser, yang coba menundukkan akal sehatnya.''

DI manakah tempat kritik dalam ke­penyairan Willibrodus Surendra Broto Rendra yang dipanggil Tuhan pada 7 Agustus lalu (Senin besok 40 harinya)? Ja­wabnya, pada bentuk dan muatan puisi-puisinya. ''...Saya sang­si apa ini (sa­jak-sajak Rendra) bisa di­sebut puisi? Sajak Rendra demikian keras sehingga ka­dar puisinya tu­run,'' ujar Dick Hartoko (saat itu pe­mimpin BASIS) setelah Si Burung Merak tampil di Sport Hall Kri­do­sono, Jogjakarta, Desember 1978.

Kala itu dia membacakan sejumlah sa­jak seperti, Sajak Seonggok Jagung, Potret Keluarga, Sajak Pertemuan Ma­hasiswa, Sajak Joki Tobing untuk Widuri, Sajak Widuri untuk Joko Tobing, Bu­rung-burung Kondor, Sajak

Se­­batang Lisong, dan Sajak Orang-orang Miskin hingga Aku Tulis Pamflet Ini. Gara-gara sajak yang disebut terak­hir itu, Rendra ditahan polisi, Mei 1978. Penguasa takut sang penyair bi­sa menyulut instabilitas dengan larik-la­rik sajaknya yang magis -namun te­tap berkorespondensi dengan kondi­si politik, sosial, dan ekonomi masa itu.

Cermatilah sepenggal sajaknya yang me­nyebut perhelatan pemilihan umum jadi kehilangan makna. //Aku­ tulis pamflet ini/karena lembaga pendapat umum ditutupi jaring laba-laba// Orang-orang bicara dalam kasak-ku­suk// Dan ungkapan diri ditekan/ men­jadi peng-iya-an//

Kritik -kalau bukan intimidasi- juga datang dari aparat negara. Setelah pen­tas di Jogja itu, Kolonel Sarwono (Dan­rem 072 Jogjakarta) berbisik ketus ke­padanya, ''Saudara membaca puisi de­ngan bagus, tetapi puisi yang Saudara baca baru pelemparan masalah, yang pen­ting sekarang jalan keluarnya.''

Amboi, sang penyair pun dituntut le­bih dari sekadar pintar melancarkan kritik, tapi mencari jalan keluar (solusi) bagi persoalan yang disoal. Itu cara penundukan lewat diskursus untuk mengikuti logika kekuasaan. Sebentuk ope­rasi penundukan yang teperdaya untuk mengerangkeng sajak agar berge­nit-genit dengan kata, jauh dari per­soalan sehari-hari masyarakatnya.

Ihwal sematan pamflet pada sajaknya itu, Rendra menjawabnya lewat sepenggal larik ini. //Aku tulis pamflet ini/kare­na pamflet bukan tabu bagi penyair//

Di kesempatan lain, dia berujar lantang, ''Saya tegaskan bahwa masalah po­litik serta ekonomi itu bukan mono­poli persoalan para raja dan kelompok yang berkuasa saja seperti yang ada pa­da masyarakat feodal... Lha sekarang ti­ba-tiba kalau seniman melihat kepincangan dalam pembangunan dan meru­gikan rakyat jelata pada umumnya, la­lu tak boleh berbicara, ditabukan bi­la hal tersebut dibicarakan dalam kese­nian. Apakah seniman hanya boleh meng­ungkapkan masalah kejiwaan serta filsafat saja?'' ujar Rendra (Horizon No 11 Tahun 1982).

Suatu kali Rendra bahkan mencibir pe­nyair yang bergenit-genit dengan cin­ta semacamnya, ''Saya itu berpikir apa gunanya membuat sajak tentang ang­gur dan rembulan, sementara ke­mis­kinan dan ketidakadilan terjadi di se­kitarnya.'' (Editor, 7 November 1990).

Tapi, di masa awal kepenyairannya, Rendra juga bergelut dengan tema cin­ta, filsafat, dan religiusitas. Tengoklah beberapa larik Surat Seorang Perantau (1959) yang ditujukan kepada pujaan hatinya di rumah. //Istriku yang tercinta...//Kenanganku akan lari padamu/rindu di rumah bersamamu//Hujan di genting/ angin di pintu//Kita rapat bersanding/dan kutatap matamu//...Aku ini burung sekarang/dan rumah kita sarang// Ke mana pun si burung terbang/ lelah dan ajal pasti pulang//

Bahasa Grafis

Dalam dunia kepenyairan Rendra, dia me­nempatkan diri sebagai kitab yang terbuka. Saat zaman memintanya, Ren­dra tergerak untuk menyuarakan apa yang menimpa rakyat kecil -mereka yang dimarginalkan atau tak beruntung da­lam setting politik dan ekonomi Orde Ba­ru. Dia menjadi suara zamannya.

Rendra membangun puisinya dengan ba­hasa grafis. Kata Rendra, bahasa itu digunakan untuk menundukkan per­soal­an analitis yang melingkupi persoalan eko­nomi, politik, sosial, dan se­te­rusnya. Bahasa grafis adalah sesua­tu yang jelas, gambaran yang jelas, ken­dati tetap imajinatif. Rendra tak sekadar menyalin dan menggambar persoalan-persoalan di sekitarnya dalam sa­jak-sajaknya. Dia menyaksikan, me­ngen­dapkan, dan lalu menerjemahkannya dalam bahasa-bahasa grafis (Keti­ka Ren­dra Baca Sajak, November 2004).

Perhatikan Sajak Sebatang Lisong yang dibacakan Rendra di depan mahasiswa ITB pada 1977: Menghisap lisong// Melihat Indonesia Raya//Mende­ngar 160 juta rakyat// Dan di langit/dua tiga cukong mengangkang/ berak di atas mereka// Matahari terbit// Fajar tiba/ dan aku ­melihat 8 juta kanak-kanak tanpa pendidikan// Aku bertanya// Tetapi pertanyaan-pertanyaanku membentur meja kekuasaan yang macet/ dan papan-papan tulis para pendidik/ yang terlepas dari persoalan kehidupan//

Tak ada eufemisme di sana. Rendra berteriak sekeras-kerasnya. Kritiknya membuncah hebat. Tubuhnya memang di depan mahasiswa ITB, tapi jiwanya melintas jauh hingga ke langit. Dengan begitu, dia ingin meninju langit kesa­dar­an penguasa -seperti seorang de­monstran di tengah terik matahari. Apa yang diteriakkan Rendra itu masih manifes.

Rendra tak pernah takut pada kekuasaan, termasuk tank dan panser, yang coba menundukkan akal sehatnya. Dia per­caya betul pada kata. Namun, dia sadar bahwa sajak tak bisa mengubah keadaan karena sajak bukan organisasi -seperti halnya partai politik atau organisasi kemasyarakatan dan kepemudaan. Sajak hanya mengubah kesadaran. Hanya membantu, menyumbang ke arah yang menyadarkan masyarakat. Itu­lah fungsi katarsis sosial alias penyadaran terhadap masyarakat, baik itu kor­ban maupun publik luas, yang menjadi misi kepenyairan Rendra.

Bukan tanpa alasan jika Paus Sastra In­donesia H.B. Jassin menyanjungnya setinggi langit. Menurut kritikus sastra itu, Rendra menyuarakan batin ma­syarakat. Karyanya makin luas. Sudah meliputi alam semesta. ''Dia punya kon­sep, puisinya bertakhta di atas a­ngin... Rendra adalah Chairil Anwar yang lebih matang. Lebih luas jangkauannya,'' puji Jassin (Mutiara, 14-17 Desember 1985).

Zaman yang meminta Rendra mengisi sajaknya dengan pamflet. Tapi, cara itu terbukti manjur di tengah rezim re­presif yang menghendaki penyeragaman. Buat saya, perjalanan kepenyairan Rendra bertumbuh. Dia menjawab tantangan zaman dengan kesatria. Ren­dra bukanlah penyair salon. Dia kepala batu, menerjang segala klise. Dengan itu, dia mewariskan satu hal: gairah -se­suatu yang ia sebut sebagai daya hidup!

Bangsa ini seyogianya belajar dari je­jak-jejaknya. Saya mengajak kita se­mua keluar dari ''jalan lurus'' dalam me­mahami Wahyu Sulaiman Rendra dan karyanya. (*)

*) Anggota Klub Buku dan Film SCTV

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita