04/05/09

Adonis, Penyair di Negeri Tanpa Batas

Riadi Ngasiran
http://dutamasyarakat.com/

Setiap bangsa dan kelompok masyarakat, sebagai bagian dari perjalanan perabadannya, memiliki tradisi bersyair atau berpuisi. Karya sastra adalah prestise yang mengikatkan posisi seniman dengan kekuasaan atau suatu kedudukan tertentu dalam masyarakat. Ia hadir dirayakan dalam sebuah perhelatan agung, pembesar sebuah negara.

Dalam tradisi yang dibuai kreativitas tinggi bangsanya itulah, Adonis dilahirkan. Penyair terlahir dengan nama Ali Ahmad Asbar di Al-Qassabin, di utara Suriah pada 1930. Di sebuah lahan pertanian, ia menghabiskan masa-masa kecilnya. Ia baru belajar pada usia 12 tahun dari seorang guru desa. Ia pertama kali menginjak sekolah pada 1947 di Lattakia dan kemudian melanjutkan ke Universitas Suriah di Damaskus dan lulus dalam bidang filsafat pada 1954.

Nama Adonis mulai dipakainya setelah karya-karya sastranya ditolak sejumlah majalah. Baru setahun lulus ia dipenjara selama enam bulan karena menjadi anggota partai radikal pan-Suriah, Partai Nasionalis Sosialis Suriah. Sekeluarnya dari penjara ia tinggal di Beirut, Libanon dan mendirikan majalah Syiir (Syair) bersama sastrawan Suriah-Libanon Yusuf Al-Khal. Seperti juga Qabbani, ia kemudian beralih dari nasionalisme Suriah menjadi penganut Pan Arabisme yang diusung oleh Gamal Abden Nasser. Saat perang saudara Libanon pecah pada 1980-1981, ia pindah ke Prancis dan menjadi profesor di Sorbonne.

Eksistensi setiap penyair adalah keteguhan sikap dalam pernyataannya. Setiap dua minggu sekali pada pertengahan 1990-an di Afaq, suplemen sastra koran berbahasa Arab terbitan London, Al-Hayah, memuat renungan-renungan Adonis. Entah kenapa belakangan esai-esai itu tak muncul lagi. Mungkin ia bernasib sama dengan Nizar Qabbani, juga penyair dari Suriah, yang dimasukkan daftar hitam koran itu setelah sahamnya dibeli keluarga kerajaan Saudi yang berpikiran sempit. Keduanya memang sastrawan yang bersuara kencang terhadap pemerintah negara-negara Arab yang tunduk pada asing.

Meski dipuja di Timur Tengah, Adonis bahkan harus mengasingkan diri ke Prancis untuk menghindari cengeram para penguasa.

Atas sikap dan tindakannya, seorang penyair menyingkapkan diri dengan risiko-risiko yang harus ditanggungnya. Saya terpesona akan kabajikan kisah kehidupan seorang penyair, yang menunjukkan betapa ketololan seseorang tak mampu memposisikan diri sebagai penyair yang berwibawa. Kebodohan mustahil berkompromi dengan penyair sejati. Adonis.

Dalam kitab The Kingdom, karya Robert Lacey (1986: 401-402) dikisahkan ihwal sikap yang berbalik dengan keteguhan seorang Adonis. Adalah Raja Abdul-Aziz biasa menghabiskan waktu berjam-jam di majelis-nya untuk mendengarkan syair-syair yang dikarang khusus untuk mengagungkan namanya. Raja tua itu menganggap kebiasaan ini adalah suatu kewajiban seorang Raja. Dan walaupun sering kali kepala sang Raja terangguk-angguk dan bahkan tertidur, pembacaan terus dilakukan, si Penyair tak keberatan sama sekali. Lebih sering merreka memperoleh hadiah lebih besar jika sang Raja tertidur sewaktu mereka membaca.

Tetapi Raja Saud bin Abdul-Aziz menganggap pembacaan syair ini kebiasaan kuno. Ia mengembangkan kebiasaan itu dengan menambah kebiasaan untuk mengulurkan tangan dan minta naskah yang sedang dibaca oleh si Penyair.

Kemudian ia mengangguk-angguk berterima kasih serta menyilakan si Penyair langsung saja pergi ke bendahara untuk menerima hadiahnya.

Kebiasaan baru ini membuat gembira semua orang. Sang Raja dan hadirin lainnya tak usah tersiksa oleh pembacaan berkepanjangan, sedang makin banyak lagi penyair yang memberanikan diri maju ke majlis, toh mereka tak usah membaca keseluruhan karangan mereka. Bahkan, akhirnya timbullah kebiasaan bagi para penyair untuk langsung mempersembahkan gulungan karangan mereka pada sang Raja, tanpa dibaca terlebih dahulu, kemudian langsung pergi ke juru bayar istana, toh pembayaran hadiah itu bukan urusan Raja Saud.

Tetapi ketika Pangeran Faisal bin Abdul-Aziz mengambilalih pemerintahan dari tangan kakaknya, dan ketika majlisnya mulai mencerminkan kekuasaan an pengaruh baru yang diperolehnya, para penyair mulai berpikir bahwa mungkin mereka bisa juga ikut mengambil keuntungan dari sumber dana yang baru ini. Pangeran Faisal terkenal sebagai seorang yang sangat menyukai syair, bahkan ia sendiri telah menulis beberapa syair yang cukup bagus, maka suatu hari seorang penyair yang biasa mengarang syair-syair pujaan untuk Raja Saud muncul di hadapan pangeran mahkota yang sangat berkuasa itu.

Dengan penuh keyakinan si Penyair mengulurkan gulungan karangannya pada sang Pangeran. Dengan heran Faisal memperhatikannya. Apa isi kertas ini? Tanya Pangeran Mahkota.

Sebuah syair, o, yang berumur panjang, sahut si Penyair, sebuah syair yang aku ciptakan khusus untuk paduka.

Apakah biasanya kau tidak membacakan ciptaanmu? Tanya Faisal tajam.

Oh, tentu saja, o, yang dilindungi Allah, si Penyair gugup menjawab dan mulai membaca syairnya yang ternyata sangat pendek karena ia tidak menyangka akan disuruh membaca hasil karyanya itu keras-keras.

Ketika syairnya habis, dan keadaan tiba-tiba sunyi senyap, Pangeran Faisal tampak menunggu namun memang syair itu tak ada kelanjutannya. Kemudian sang Pangeran mengulurkan tangan. Kurasa ada sesuatu nilai tersembunyi dalam syairmu yang tidak segera tampak bila hanya dibacakan sekali, katanya. Aku ingin mempelajarinya dulu. Mana syair itu dan kembalilah besok.

Dengan gembira si Penyair mengundurkan diri. Ia yakin pastilah Faisal akan memberinya hadiah besar, sebab tampaknya Pangeran Mahkota itu sangat tertarik pada syairnya hingga ingin mempelajarinya lebih jauh. Keesokan harinya ia menghadap dengan penuh harap ke hadapan sang Pangeran.

Ah, ya, kata Faisal saat ia ingat pada si Penyair itu. Syairmu kemarin ternyata memang sangat menarik. Aku telah mempelajarinya secara mendalam. Jika kau memperolehnya, aku ingin memberimu suatu hadiah yang kurasa setinggi nilai syairmu.

Sang Pangeran memberikan sebuah amplop kepada si Penyair. Tampaknya pastilah hadiah yang ada di dalamnya berjumlah sangat besar. Tetapi ketika si Penyair membukanya, di dalamnya tidak ada uang. Yang ada hanyalah syair yang dikarang sendiri oleh Pangeran Faisal.

Tapi sikap dan bajik tindakannya itu jauh berbeda dengan ahli waris tahta kerajaan petrodolar itu sekarang. Buktinya, Adonis harus menanggung pelbagai risiko: diasingkan dari negerinya, meski terali besi tak jua membungkam kebebasannya berbicara. Sebuah pengorbanan seorang penyair harus ditunaikan demi menjaga hakekat kebebasannya. Adonis adalah penyair yang mencari jalan pembebasan, bukanlah penyair serakah yang berharap hadiah dari penguasa.

Kita tahu, dalam catatan sejarah, Faisal bin Abdul-Aziz tak pernah dikawal oleh para pengawal berseragam beludru yang bergantungan di mobilnya. Ia biasa menjelajahi Riyad tanpa iringan apa pun, sering-sering mengemudikan sendiri mobilnya. Rumahnya sederhana, anak-anaknya tak pernah dimanja. Ia menghabiskan waktu berjam-jam di luar jam kerja di kantornya, meneliti setiap surat atau laporan yang masuk, menyambut hangat setiap saudaranya yang datang ke kantornya itu untuk membicarakan masalah politik negara.

Dengan demikian pemerintah Arab Saudi mulai menanjak lagi dengan segala etika dijaga ketat.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita