05/04/09

Pionir Pamong Papua, Sebuah Kesaksian

Amiruddin Al Rahab
http://oase.kompas.com/

Proses peralihan kekuasaan di Papua dari Belanda ke Indonesia di mata elite-elite Papua tampak begitu panjang dan tersirat menekan perasaan. Ketika kekuasaan Indonesia hadir, sebagai Pamong Praja yang dididik Belanda secara modern untuk membangun politik dan pemerintahan dengan etos kerja keras, mereka ini seperti anak ayam kehilangan induk didadak oleh rajawali.

Hari-hari panjang transisi kekuasaan dari Belanda ke Indonesia di Papua hampir tak dikenal dalam literatur sejarah dan politik Indonesia. Sosok dan peranan orang-orang Papua yang telah mampu menjalankan roda pemerintahan hilang dalam peta sejarah dan politik Indonesia. Akibatnya transisi kekuasaan di Papua seakan menjadi dunia yang asing sekaligus tanpa catatan sejarah. Oleh karena itu, Papua seakan meloncat secara tetalogis ke dalam Indonesia.

Implikasinya adalah kekuasaan Indonesia yang hadir di Papua 40 tahun lebih melupakan sesuatu yang paling berharga dalam membangun politik di Papua, yaitu pengalaman batin dan persepsi elite-elite Papua sendiri dalam menjalankan dan mengelola kekuasaan dan pemerintahan. Itu semua terjadi karena Indonesia terlalu Jakarta sentris dari dulu sampai kini.

Saling curiga

Buku ini menguak perjumpaan yang asing antara Indonesia dan Papua. Indonesia selalu melihat para elite terdidik Papua sebagai orang-orang yang pikirannya telah diracuni ”bahaya laten separatisme” oleh Belanda.

Oleh karena itu, harus terus-menerus diwaspadai dan kapan perlu dihancurkan. Sementara elite terididik Papua, meskipun telah diinkoporasi ke dalam birokrasi Indonesia, tetap memandang Indonesia sebagai pihak yang tidak ramah, selalu melecehkan, dan tidak bisa dipercaya sepenuhnya.

Semua itu tersirat dalam buku ini melalui kesaksian 17 orang pionir pemerintahan di Papua sejak era Belanda. Oleh karena itu, penulis buku ini pantas diacungkan jempol karena berhasil menggali "harta karun" yang disembunyikan selama ini. Harta karun itu adalah kesan dan sikap dari para elite-elite generasi pertama Papua ketika peralihan kekuasaan di Papua berpindah tangan dari Belanda ke Indonesia. Akibat kesan dan sikap Pamong pionir itu diabaikan, bahkan dipaksa dihilangkan, Indonesia gagal belajar dari mereka dalam mengelola Papua sampai kini.

Dalam khazanah ilmu politik selalu dipandang bahwa peran elite jauh lebih menentukan ketimbang peran khalayak umum. Hal itu terjadi karena elite lebih banyak terlibat dalam proses politik dan memiliki akses terhadap sumber daya kekuasaan, sekaligus mengontrolnya. Maka dari itu, persepsi dan sistem nilai yang diyakini oleh elite jauh lebih berpengaruh terhadap jalannya politik dan pemerintahan daripada nilai yang berkembang di khalayak umum.

Maka dari itu, menelisik dan memahami pengalaman para elite suatu masyarakat, terutama Papua, menjadi sangat penting saat ini. Apalagi Indonesia sedang bergegas membenahi seluruh sendi-sendi kepemerintahan dalam rangka memperbaiki hubungan pusat dan daerah. Pembenahan itu saat ini disebut proses desentralisasi yang memberikan peran jauh lebih besar kepada para elite daerah, khususnya penyelenggara pemerintahan (pamong praja) dalam menjalankan roda pembangunan politik dan sosial-ekonomi di daerah.

Sejarah lisan

Secara metode, penulisan buku ini membawa angin baru dalam melihat dan menuliskan sejarah politik dan kepemerintahan di Papua. Dalam situasi kelangkaan dokumen dan terbatasnya orang yang mau buka suara, metode wawancara mendalam dengan tokoh-tokoh kunci merupakan pilihan yang sangat tepat.

Pilihan ini dalam historiografi modern dikenal dengan metode sejarah lisan. Dengan metode sejarah lisan, penulis buku ini berhasil menyajikan dengan memikat memori dan sekaligus refleksi atas pengalaman elite terdidik Papua yang menjadi pegawai Pemerintah Belanda (binnenlands bestuur) dan kemudian menjadi pegawai Pemerintah Indonesia. Informasi tangan pertama yang jernih menjadi kekuatan dalam metode sejarah lisan.

Dengan metode sejarah lisan ini, ada beberapa sumbangan pengetahuan yang dapat diberikan oleh buku ini. Pertama adalah orang-orang Papua, khususnya mereka yang menjadi pegawai pemerintah (pamong), bukanlah serta-merta pengikut Belanda, melainkan adalah orang-orang yang sedang membangun kemampuan dirinya untuk mengelola pemerintahan jika terjadi perubahan. Kedua, sebagian besar dari para pamong pionir ini telah berpikir dan bertindak untuk membangun satu birokrasi modern yang memiliki kemampuan menjawab masalah yang dihadapi rakyat secara langsung sejak dari kampung sampai ke kota. Ketiga, para pionir Papua ini meskipun bertahan dalam birokrasi pemerintahan Indonesia, persepsi mereka sebagai pihak yang diabaikan tetap ada. Akibatnya, persepsi orang Papua yang buruk terhadap seluruh praktik budaya politik dan birokrasi Indonesia juga tetap bertahan.

Seluruh wawancara atas 17 orang pionir pamong Papua diuraikan dalam 17 bab yang sangat memikat. Setiap bab memaparkan pengalaman setiap orang. Ke-17 orang itu hampir satu generasi, yaitu generasi yang mengenyam pendidikan calon pegawai pemerintahan Belanda di OSIBA (Opleiding School voor Inheemse Bestuurs Amtenaren) di Jayapura.

Dari 17 pamong pionir ini ketika diwawancara untuk buku ini berusia rata-rata di atas 65 tahun, yang termuda adalah Barnabas Suebu (gubernur sekarang). Sementara yang lainnya pensiun dari pegawai pemerintahan Indonesia dengan posisi camat sampai eselon satu di pemerintahan provinsi dan kabupaten.

Pengalaman berharga yang pantas menjadi contoh adalah tentang turne para pejabat ke kampung-kampung, penguasaan dan penggunaan bahasa daerah yang baik, adanya laporan yang rutin tentang pelaksanaan tugas dan perkembangan keadaan serta dihargainya inovasi dan kreativitas pelaksana lapangan. Hal-hal baik ini amburadul selama dalam birokrasi Indonesia.

Papua oleh Papua

Terlepas dari segala kekurangannya, sungguh buku ini luar biasa. Ini adalah buku pertama yang memaparkan kesaksian orang Papua sendiri tentang pengalaman mereka dalam menjalankan roda pemerintahan di era Belanda sampai Republik Indonesia ada di tanah Papua.

Inilah buku pertama mengenai sejarah pemerintahan dan politik di Papua yang dilakoni sendiri oleh orang Papua. Jika buku ini tersebar luas di Papua tentu akan banyak memengaruhi norma dan persepsi orang Papua terhadap penyelenggaraan pemerintahan di masa lalu dan masa kini. Sementara bagi orang luar Papua, buku ini bisa menjadi informasi pembanding atas sejarah pemerintahan Indonesia di Papua yang terlalu Jakarta sentris.

Para pamong Papua masa kini yang mendapat otonomi khusus sudah semestinya becermin pada norma-norma yang dianut, pengalaman dan semangat kerja para paitua yang telah merintis pemerintahan di masa lalu ini. Sementara itu, para penguasa pemerintah pusat di Jakarta setelah membaca buku ini perlu introspeksi diri dalam mengelola politik dan pemerintahan di Papua agar tidak mengulangi kesalahan seperti di masa lampau.

Bagi para peneliti dan intelektual Papua dan luar Papua, buku ini sangat perlu untuk dibaca dan dicerna agar dalam melihat dan menyimpulkan masalah-masalah Papua tidak terperangkap dalam simplifikasi yang merugikan. Selamat membaca.

*) Peneliti Masalah Politik dan HAM di Papua, Koordinator Pokja Papua di Jakarta.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita