http://cetak.kompas.com/
Lagu Kasmaran
1
Bertahun-tahun aku menyusuri jejakmu. Pergi ke segala penjuru
Mengikuti setiap arah mata angin, menembus ruang, memotong waktu:
Aku mencatat banyak tempat tapi bukan alamatmu, menghapal banyak
Hurup tapi bukan namamu, mengingat banyak wajah tapi bukan parasmu
Menyentuh banyak rambut tapi bukan rambut ikalmu, mendengar banyak
Suara tapi bukan nyanyianmu dan mencium banyak wewangian, sayangku
Tapi bukan napasmu. Aku mendatangi dermaga-dermaga, mengunjungi
Agen-agen tenaga kerja, ladang-ladang kelapa sawit serta kilang-kilang
Minyak. Aku mencarimu ke hotel-hotel, ke panti-panti pijat, ke sal-sal
Rumah sakit. Aku kembali ke selatan, ke riuh pasar dan bising terminal
Menonton organ tunggal di balai desa, berkaraoke di lapangan sepak bola
Numpang joget sampai pagi. “Mabuk lagi ah ah ah...” suara penyanyi itu
Mirip suaramu, goyang pinggul penyanyi itu mirip goyanganmu
2
Aku kasmaran membayangkan jarak dan rindu. Lalu diam-diam
Melangkah ke barat, mendaki bukit, menuruni lembah, melintasi
Jalan setapak. Berteriak pada laut yang lengang, menggugat ombak
Yang mendadak lunak. Telah kulepaskan semua mahkota, cintaku
Kutinggalkan kedudukan dan kubuang keyakinan yang masih tersimpan
Di balik baju. Kulupakan langgar dan katedral, sembahyang di altar diskotik
Makan di partai politik, mabuk di organisasi terlarang serta muntah darah
Di instansi pemerintah. Suaramu di mana-mana, foto bugilmu tersebar
Ke mana-mana dan senyum nakalmu menghiasi bibir para pengacara
Kudengar desahanmu di rapat wakil rakyat yang lucu, di sidang kabinet
Yang selalu ragu. Eranganmu menjelma gempa bumi, menjelma
Semburan lumpur panas, menjelma angin puting beliung yang ganas
Lalu pesawat-pesawat berjatuhan, kereta api-kereta api bertabrakan
3
Aku berjalan tanpa bicara. Berlari dari tenggara ke utara
Ke ujung jazirah paling renta. Aku berziarah ke makam raja-raja
Siapa tahu nama Arabmu terpahat indah di salah satu batu nisannya
Aku memasuki stadion, siapa tahu wajah Acehmu terpampang megah
Di dinding-dindingnya. Aku ambil radio, siapa tahu cengkok Sundamu
Masih mengalun merdu. Aku pergi ke sungai, siapa tahu tubuh cokelatmu
Tengah dicuci. Aku sembunyi di hutan ganja, semadi di gudang ekstasi
Sambil berharap sekali waktu dapat melihat alis mata Frida Kahlomu
Lebih dekat. ”Mabuk lagi ah ah ah...” sayup-sayup lagu kebangsaanmu
Dinyanyikan para gerilyawan. Kemudian terdengar serentetan tembakan
Sejumlah dentuman. Ah, kenapa masih menuntut setoran, pujaanku
Bukankah tahu sebagai penyair penghasilanku tak menentu? Kenapa
Terus minta dikirimi pulsa padahal kau sudah aman dipelihara tentara?
4
Aku kasmaran mengingat goyanganmu. Aku tak bisa menyanyi
Tapi sanggup joget tanpa henti. Telah kujelajahi warung-warung kopi
Kusatroni tenda-tenda pengungsi, main remi atau membacakan puisi
Bersama relawan kureguk segala bantuan, bersama pejuang kutenggak
Semua sumbangan. Kau sedang apa, biduanku? Suaramu terbawa angin
Nyanyianmu hanyut bersama tembok dan genting, mengalir diseret banjir
Mengendap di bumi dan menguap kembali. Kini syair-syair dangdutmu
Semakin merajalela. Aku terkesima, namamu diabadikan jalan-jalan raya
Dibahas lembaga-lembaga penjual bencana, dikaji komite-komite penjaja
Kemiskinan negara. Lalu dengan bahasa tubuh kauajari mereka demokrasi
Kauceramahi mereka kebebasan berekspresi serta kaukuliahi mereka
Apa itu hak asasi. Kulihat matamu nanar, dadamu bergetar, pinggulmu
Berkobar dan kekhusyukanmu total, wahai panutanku yang sintal
5
Bertahun-tahun aku merasa kehilangan. Sejak kau pergi subuh itu
Sejak kereta membawamu ke Jakarta, sejak Lion Air menerbangkanmu
Dari Cengkareng ke ujung Sumatera, sejak gempa dan gelombang pasang
Menghancurkan semuanya. Aku pun merasa telah kehilangan semuanya
Kehilangan segalanya. Dan mulailah aku mencatat nama-nama ganjil
Yang bukan lagi namamu, melukis wajah-wajah kasar yang bukan lagi
Wajahmu, menyentuh rambut-rambut kusut yang bukan lagi rambutmu
Mendengar suara-suara gombal yang bukan lagi suaramu dan mencium
Napas-napas busuk yang bukan lagi napasmu. Mulailah aku menapaki
Jejak-jejak samar yang bukan lagi jejakmu, membaca tulisan-tulisan kabur
Yang bukan lagi tulisanmu. Mulailah aku meniduri ranjang-ranjang dingin
Yang bukan lagi ranjangmu, malam-malam sepi yang bukan lagi malammu
Tahun-tahun panjang yang bukan lagi tahunmu. ”Mabuk lagi ah ah ah...”
6
Aku teringat sebuah gubuk bambu, di mana kita makan sepiring berdua
Di mana kita tidur setikar bersama, dengan baju satu kering di badan
Terkenang ketika kita jatuh bangun, ketika harus memilih sakit gigi
Ketimbang sakit hati. Terbayang juga sewaktu berkelana, sewaktu
Begadang di pos ronda, sewaktu penasaran ingin menaklukkan ibukota
Dengan gitar tua. Sebuah majalah hiburan kemudian menobatkan kita
Sebagai pasangan termiskin di dunia. Kau berada di mana, pemimpinku?
Gardu-gardu dibangun di setiap perempatan jalan, milisi-milisi muncul
Dari setiap perkampungan. Kini semua orang berebut menjadi lurah
Bupati, gubernur atau presiden. Semua orang berlomba menjadi nomer satu
Tolong tunjukkanlah pada mereka bagaimana menjadi seorang guru bangsa:
Angkat tanganmu, kibarkan bulu ketiakmu, ngangakan sedikit mulutmu
Guncangkan pelan bahumu dan putarkan patah-patah selangkanganmu
Lima Puisi tentang Sepi
1
Ketika bertemu aku tidak langsung memeluknya tapi membiarkan
Rindu berjalan-jalan dulu di antara dengung kulkas dan detak jam
Aku tidak segera menciumnya tapi mempersilakan sisa ingatan
Mengembara dalam keheningan ruang yang lama tidak kami huni
Aku memandangnya lekat-lekat sebagaimana dia memandangku
Tanpa mengedipkan mata. Aku berdiri saja seperti halnya dia
Mematung tanpa suara. Tiga tahun memang bukan waktu yang lama
Rambutnya masih ikal dan alisnya tebal. Dulu aku menyayanginya
Tapi banyak hal terjadi di muka bumi. Aku memalingkan wajah
Karena tak tahan melihat butiran air yang bergulir di pipinya
2
Jam di dinding berdetak nyaring ketika aku duduk dekat jendela
Menulis puisi bukanlah pekerjaan gampang jika perasaan dan pikiran
Disayat-sayat sepi. Sambil terpejam aku menelungkup di atas meja
Betapa mengerikan mendengar dengung yang terus berulang-ulang
Dari arah kulkas. Betapa menakutkan bertarung melawan kesendirian
Yang banyak sekali pasukannya. Nampak masih ada ranjang, kelambu
Yang sudah menguning, kasur yang dingin, bantal serta guling
Juga sulaman yang tergantung miring. Ah, menulis puisi bukanlah
Pekerjaan mudah jika celanaku dan kutangnya masih berserak di lantai
Jika detak jam dan dengung kulkas seperti maut yang mengintai
3
Setelah dia pergi lama aku tidak bisa menulis puisi, lama juga
Tidak menerima kabar apa-apa. Ketika ada teman menghadiahkan
Cemara udang mungil pada ulangtahunku, aku langsung jatuh cinta
“Akan kurawat bonsai ini seperti merawat kenangan,” seruku girang
Hanya dalam tiga bulan aku sudah mengoleksi ratusan jenis pohon
Dari berbagai spesies. Kegemaranku yang aneh ini ternyata upaya lain
Melawan sepi. Pagi dan sore aku menyiram tanah, memangkas daun
Memotong ranting yang liar atau membalut batang dengan kawat
Seminggu tiga kali aku berburu pohon baru layaknya penyair
Mengejar kata-kata. Menyusuri pinggiran sungai dan tebing pantai
4
Ketika kami bertemu kembali aku tidak langsung menyapanya
Tapi menarik napas agar dadaku ringan. Aku menarik napas panjang
Sambil membuang kalimat-kalimat yang sudah lama kupersiapkan
Dan ingin menggantinya dengan haiku. Kucari tujuh belas suku kata
Tapi yang muncul empat puluh lima sehingga kalimatku yang nyinyir itu
Kembali memenuhi kepala. Akhirnya aku hanya diam dan tersenyum
Begitu juga dia, hanya diam dan tersenyum tanpa sedikit pun bicara
Tiga tahun bukanlah waktu yang lama meski telah membuat kami
Asing satu sama lain. Dulu aku selalu merindukan kehadirannya
Tapi banyak hal terjadi di muka bumi. Aku ingin menulis puisi lagi
5
Tak ada lagu yang terdengar selain detak jam dan dengung kulkas
Yang ditingkah bunyi cengkerik dan kodok di sawah. Aku masih duduk
Kutegakkan wajahku ke langit-langit dan kuketuk-ketukkan jemariku
Pada permukaan meja. Ada cecak merayap dan banyak laron terbang
Di sekitar lampu. Bunyi kayu dari ketukan jemariku terdengar satu-satu
Seperti napas serdadu di bawah tiang gantungan, seperti tetes-tetes sunyi
Dari mulut keran yang bocor di bak mandi. Tak ada kretek atau cerutu
Tak ada kopi apalagi alkohol. Kembali aku menelungkup di atas meja
Menulis puisi bukanlah pekerjaan sederhana jika kesewenang-wenangan
Terus merajalela. Jika kekuasaan tidak bisa dilawan dengan kata-kata
Sajak Seorang Pengungsi
Buat Frans Nadjira
Napasku yang mengandung api selalu ingin membakar apapun
Di jantungku gedung-gedung yang tinggi telah kukaramkan
Sedang sungai-sungai yang kotor kubiarkan menggenangi mataku
Dengan lahap aku mengucup borok-borok peradaban yang berlalat
Untuk kumuntahkan kembali lewat sajak-sajakku. Dalam mabuk
Tak habis-habisnya aku mereguk keringat dan darah negeri ini
Menyusuri lekuk tubuhnya yang molek dengan pedang terhunus
Kemudian melempari para pejabatnya yang suka nampang
Di papan iklan. Menyanyikan lagu dangdut di bawah bendera
Suaraku yang memendam racun ingin menyumpahi siapapun
Ranjang-ranjang yang nyaman kusingkirkan dari ingatan
Sedang kekerasan yang terjadi di jalanan kini memaksaku
Menjadi serdadu. Kembali aku mengembara dalam kesamaran
Dalam kehampaan, kekosongan serta ketiadaan rambu-rambu
Aku mengetuk losmen, menggedor apartemen dan mendobrak
Gedung parlemen. Kemudian melolong dalam kesakitan panjang:
Sambil berjoget aku terbangkan sajak-sajakku ke planet terjauh
Karena bumi sudah tak mampu memahami ungkapanku lagi
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Junianto
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abang Eddy Adriansyah
Abdi Purmono
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurahman Wahid
Abidah el Khalieqy
Abiyyu
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achiar M Permana
Ade Ridwan Yandwiputra
Adhika Prasetya
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Adreas Anggit W.
Adrian Ramdani
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunarto
Agus Utantoro
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajie Najmudin
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Saefudin
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alhafiz K
Ali Shari'ati
Alizar Tanjung
Alvi Puspita
Alwi Karmena
Amarzan Loebis
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Amiruddin Al Rahab
Amirullah
Amril Taufiq Gobel
Amy Spangler
An. Ismanto
Andrea Hirata
Andy Riza Hidayat
Anes Prabu Sadjarwo
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anne Rufaidah
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anung Wendyartaka
Anwar Holid
Aprinus Salam
Ari Dwijayanthi
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Aris Darmawan
Aris Kurniawan
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asep Yayat
Askolan Lubis
Asrul Sani
Asvi Marwan Adam
Asvi Warman Adam
Audifax
Awalludin GD Mualif
Awaludin Marwan
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Bambang Bujono
Bambang Irawan
Bambang Kempling
Bambang Unjianto
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonnie Triyana
Bre Redana
Brunel University London
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hatees
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cepi Zaenal Arifin
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Cucuk Espe
D Pujiyono
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darwin
David Krisna Alka
Dedy Tri Riyadi
Deni Ahmad Fajar
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dicky
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Dodi Ambardi
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Khoirotun Nisa’
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Suprianto
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulwesi
Endi Haryono
Endri Y
Enung Sudrajat
Erwin
Erwin Dariyanto
Erwin Setia
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evieta Fadjar
F. Aziz Manna
Fadjriah Nurdiarsih
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Farida-Suliadi
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Feby Indirani
Felik K. Nesi
Fenny Aprilia
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Firdaus Muhammad
Firman Nugraha
Fuad Nawawi
Galang Ari P.
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Maryanto
Guntur Alam
Gus tf Sakai
Gusti Eka
H Marjohan
HA. Cholil Mudjirin
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hanik Uswatun Khasanah
Hans Pols
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hawe Setiawan
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Heru Nugroho
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Hudel
Humaidiy AS
Humam S Chudori
I.B. Putera Manuaba
Ibn Ghifarie
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idrus
Ignas Kleden
Ika Karlina Idris
Ilham khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tranggono
Indrian Koto
Intan Indah Prathiwie
Inung AS
Iskandar Noe
Iskandar P Nugraha
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut Fitra
J.J. Rizal
Jacques Derrida
Jafar Fakhrurozi
Jafar M Sidik
Jafar M. Sidik
Jaleswari Pramodhawardani
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jean-Marie Gustave Le Clezio
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ Rizal
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Jonathan Ziberg
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku
Juli
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kang Warsa
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasijanto Sastrodinomo
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Keith Foulcher
Khansa Arifah Adila
Khisna Pabichara
Khrisna Pabichara
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristine McKenna
Kritik Sastra
Kukuh Yudha Karnanta
Kurie Suditomo
Kurniawan Yunianto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L. Ridwan Muljosudarmo
Lan Fang
Langgeng W
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Leo Kelana
Leo Tolstoy
Lia Anggia Nasution
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Abdullah Badri
M Aditya
M Anta Kusuma
M Fadjroel Rachman
M. Arman AZ
M. Faizi
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Misbahuddin
M. Mushthafa
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Makyun Subuki
Maman S Mahayana
Marcus Suprihadi
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Mashuri
Matroni
Matroni El-Moezany
Mawar Kusuma
Max Lane
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Miziansyah J.
Moh. Samsul Arifin
Mohammad Eri Irawan
Muhammad Antakusuma
Muhammad Firdaus Rahmatullah
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhammd Ali Fakih AR
Muhidin M. Dahlan
Mukhlis Al-Anshor
Mulyo Sunyoto
Munawir Aziz
Murnierida Pram
Musa Asy’arie
Mustafa Ismail
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nandang Darana
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Nazar Nurdin
Nenden Lilis A
Nezar Patria
Nina Herlina Lubis
Ning Elia
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nobel
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novelet
Nu’man ‘Zeus’ Anggara
Nunik Triana
Nur Faizah
Nur Wahida Idris
Nurcholish Madjid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurman Hartono
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Obrolan
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Olivia Kristinasinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Oyos Saroso H.N.
Pandu Jakasurya
Parak Seni
Parakitri T. Simbolon
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Pembebasan Sastra
Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta-Toer
Pringadi Abdi Surya
Pringadi AS
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Rahmat Hidayat
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ranang Aji S.P.
Ranggawarsita
Ratih Kumala
Ratna Sarumpaet
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Rengga AP
Resensi
Resistensi Kaum Pergerakan
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Risang Anom Pujayanto
Riswan Hidayat
Riyadi KS
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rojil Nugroho Bayu Aji
Rukardi
S Sopian
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sari Oktafiana
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra
Sastra Liar Masa Awal
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Selo Soemardjan
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Sevgi Soysal
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Slamet Hadi Purnomo
Sobih Adnan
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sotyati
Sri Wintala Achmad
St. Sunardi
Stefanus P. Elu
Stevy Widia
Sugi Lanus
Sugilanus G. Hartha
Suherman
Sukardi Rinakit
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Surat
Suripto SH
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susiyo Guntur
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi San
Syafruddin Hasani
Syahruddin El-Fikri
Syaiful Amin
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T Agus Khaidir
Tasyriq Hifzhillah
Tatang Pahat
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tia Setiadi
Tita Maria Kanita
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tony Herdianto
Tosa Poetra
Tri Purna Jaya
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulfatin Ch
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Utami Widowati
UU Hamidy
Veronika Ninik
Vien Dimyati
Vino Warsono
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W Haryanto
W. Herlya Winna
W.S. Rendra
Wahyu Heriyadi
Wahyu Hidayat
Wahyu Utomo
Walid Syaikhun
Wan Anwar
Wandi Juhadi
Warih Wisatsana
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Wayan Supartha
Wendoko
Wicaksono Adi
William Bradley Horton
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Wong Wing King
Y. Wibowo
Yang Lian
Yanuar Yachya
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopie Setia Umbara
Yos Rizal Suriaji
Yoserizal Zein
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudhi Herwibowo
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Zacky Khairul Uman
Zakki Amali
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhou Fuyuan
Zul Afrita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar