28/02/09

Kyoto monogatari

Seno Gumira Ajidarma
http://www2.kompas.com/

TERBUAT dari apakah kenangan? Aku tidak pernah bisa mengerti, mengapa pemandangan itu selalu kembali dan kembali lagi: suatu pemandangan yang kudapatkan ketika kereta api shinkansen itu tiba-tiba menembus daerah salju dan kulihat seorang perempuan berjalan di luar rumah sendirian dalam badai. Apakah yang dikerjakan seorang perempuan dalam badai yang menggebu seperti itu? Tidak banyak rumah di dataran salju yang kulihat itu, dan hanya perempuan itu yang tampak dalam keluasan serba putih dan memutih sampai di batas cakrawala. Udara penuh dengan salju yang beterbangan karena tiupan badai sehingga perempuan yang berjalan dengan lambat itu tampak menapak dengan begitu berat. Apakah yang dilakukannya dalam badai bersalju seperti itu? Aku tidak bisa memperkirakan apapun dan aku harus menerima kenyataan betapa aku tidak akan pernah tahu.

Pemandangan itu bagiku memilukan, bukan hanya karena merasakan kembali dingin yang merasuk dan membekukan, tapi karena gagasan akan kesendirian dalam keluasan padang memutih itu. Berja-lan sendirian di tengah padang salju dalam badai yang dingin dengan suaranya yang menggiriskan tidaklah terlalu menyenangkan. Dari balik jendela kereta api suara itu sudah teredam, tapi aku pernah mengalami badai bersalju dengan suaranya yang menggiriskan di Mongolia, sehingga aku tahu pasti ada sesuatu yang tidak bisa ditunda lagi sampai perempuan itu harus berjalan susah payah dengan sepatu yang setiap kali harus diangkat tinggi karena melesak ke dalam tumpukan salju dalam badai yang kencang dan begitu dingin seperti itu.

Semuanya sudah kulupakan, termasuk jurusan kereta api itu: menuju Kyoto dari Tokyo, ataukah menuju Osaka dari Kyoto, aku tidak bisa ingat lagi-tinggal kenangan akan seorang perempuan yang melangkah dengan berat dalam badai dan hujan salju.

Namun di Kyoto aku mengenal seorang perempuan.

Tapi aku tidak bisa menceritakan apapun tentang perempuan itu.

TERBUAT dari apakah kenangan? Dari saat ke saat aku masih bertanya-tanya, apakah kiranya yang dilakukan perempuan yang kulihat berjalan sendirian di padang salju itu? Waktu kereta api lewat dan aku menengok dari balik jendela, tampak ia baru saja keluar rumah. Jejak-jejaknya terlihat menapak dari sebuah pintu. Masih selalu mengganggu ingatanku dari waktu ke waktu, apakah ada seseorang yang ditinggalkan di dalam rumah itu, atau memang kosong saja di dalamnya sehingga barangkali ia pergi begitu saja tanpa mengunci pintu? Tentu saja aku tidak melihat perempuan itu keluar dari rumahnya, sehingga aku juga tidak tahu apakah ia mengunci atau tidak mengunci pintu itu sama sekali. Kereta api itu lewat begitu cepat, seperti angan-angan melintas, tapi pemandangan yang kulihat kemudian seperti tidak akan pernah pergi lagi untuk selama-lamanya.

Mengherankan bahwa kenangan seringkali terpendam begitu lama dan muncul begitu saja tanpa ada sebab yang harus menghubungkannya. Aku masih selalu penasaran dan bertanya-tanya, mengapa suatu kenangan bisa terpendam begitu lama sampai muncul tiba-tiba pada waktu dan tempat yang tiada pernah akan terduga. Kenangan itu kadang-kadang bisa muncul kembali sekali saja dalam seumur hidup, terkenang sekali lantas tiada pernah datang kembali. Bagaimanakah caranya suatu peristiwa berubah menjadi kenangan, tapi yang terpendam begitu lama sampai suatu ketika mengingatkan dirinya pernah terjadi, sekali, lantas tak pernah muncul lagi? Bukankah ajaib untuk membayangkan bagaimana caranya kenangan tersimpan dan muncul kembali atau sama sekali tidak pernah muncul kembali meskipun tetap ada entah di mana di sebuah dunia yang tiada akan pernah kita ketahui seperti apa?

Ada kalanya suatu peristiwa juga ingin kita lupakan karena kepahitan yang menyertainya. Selalu ada peristiwa dalam hidup ini yang ingin kita hapus saja dari kenangan, seperti tidak pernah terjadi, meski tetap saja teringat sampai mati - rupanya selalu ada alasan untuk mengenangkan kembali semua peristiwa yang sungguh mati ingin kita lupakan saja sampai habis tanpa sisa.

Hmm.

Terbuat dari apakah kenangan? Bagaimanakah caranya melepaskan diri dari kenangan, dari masa lalu yang tiada pernah sudi melepaskan cengkeraman kepahitannya pada masa kini?

Kenangan barangkali saja tidak selalu utuh: sepotong jalan, daun berguguran, ombak menghempas, senyuman yang manis, langit yang merah dengan mega-mega berarak dalam cahaya keemasan; tapi bisa juga begitu utuh ketika menikam langsung ke dalam hati seperti sembilu. Tidak mungkinkah kenangan yang pahit kembali sebagai sesuatu yang manis? Kenangan seperti diciptakan kembali oleh waktu, membuat masa lalu tak pernah berlalu, bahkan mempunyai masa depan untuk menjadi bermakna baru.

Mungkinkah kenangan itu seperti suatu dunia, tempat kita bisa selalu mengembara di dalamnya?

Aku mempunyai kenangan yang lain di Kyoto, yang selalu menjadi nyata karena sebuah genta. Kenanganku adalah bunyi genta itu, genta kecil yang manis dan selalu berdenting oleh angin yang berhembus pelahan, yang bisa kubawa pulang dan mengingatkan kembali segalanya. Angin itu harus berhembus dengan kepelahanan yang sama dengan ketika aku pertama kali mendengarnya, dan dengan demikian bunyi genta itu mengembalikan suatu masa yang telah berlalu. Bagaimanakah suatu masa yang telah berlalu bisa kembali lagi dan mengembalikan perasaan dan suasana yang sama seperti ketika aku mengalaminya, aku sama sekali tidak pernah bisa mengerti.

Kenanganku tentang pemandangan di luar jendela kereta api shinkansen itu selalu kembali bukan karena bunyi denting genta kecil itu. Kenangan itu selalu kembali seolah-olah tanpa penyebab apapun, atau setidaknya aku tidak pernah tahu pasti apa yang selalu mengembalikan kenangan itu kepadaku. Apakah karena aku berta-nya-tanya apa yang terjadi di dalam rumahnya? Apakah ada seorang anak yang tergeletak dan sakit parah di sana, sehingga perempuan itu harus keluar rumah mencari obat dalam badai seperti itu? Perempuan itu menapaki salju dengan langkah yang berat, dan tetap akan berat meski sepanjang hidupnya ia tinggal di sana sehingga tentunya juga terbiasa dengan alam dan iklim seperti itu. Langkahnya berat dan udara begitu dingin, apakah kiranya yang begitu mendesak?

Kereta api itu memasuki daerah salju dengan begitu tiba-tiba seperti pesawat antariksa menembus batas luar angkasa. Dalam kenanganku seperti terjadi sebuah ledakan, dan hanya daerah salju itu saja yang menjadi kenanganku seterusnya. Bukan di luar daerah itu, bukan pula ketika di dalam kereta api itu. Dalam kenangan itu aku tidak pernah melihat diriku sendiri sedang memandang dari balik jendela.

Namun di Kyoto aku mengenal seorang perempuan.

Tapi aku tidak bisa menceritakan apapun tentang perempuan itu.

TERBUAT dari apakah kenangan? Aku tidak ingin mengingat sesuatu, tapi ada suatu kenangan yang selalu kembali. Aku ingin sekali mengingat-ingat sesuatu, tapi barangkali aku akan lupa untuk selama-lamanya. Aku juga selalu teringat sesuatu yang tidak pernah kuceritakan kembali, tidak pernah kukatakan, tidak pernah kuapa-apakan, karena kenangan itu memang hanya bertengger saja dalam kepala.

Tapi mungkin saja peristiwa ini terjadi.

Perempuan itu berjalan di dataran salju meninggalkan jejak yang panjang. Tidak ada seorangpun yang tahu ke mana perempuan itu pergi. Di dalam rumah seorang lelaki menunggu perempuan itu kembali. Dunia memutih dan kelabu, lampu-lampu menyala menjelang gelap.

Lelaki di dalam rumah itu menunggu dalam gelap, bertanya-tanya tentang kenapa perempuan itu pergi begitu lama dan tidak juga kembali.

Kemudian ia juga ke luar, mencari ke mana kiranya perempuan itu pergi.

Ia mengikuti jejaknya. Ia mengikuti jejaknya sepanjang jalan, sepanjang padang, sepanjang kepahitan yang meruyak di dalam hatinya.

"Kamu mau ke mana?"

"Tidak ke mana-mana."

"Cuaca seperti ini dan kamu keluar dan kamu bilang tidak ke mana-mana."

"Aku memang tidak ke mana-mana."

Ia mengikutinya, dan ia tidak tahu perempuan itu pergi ke mana. Mungkinkah jejak ini mencapai suatu tempat, mungkinkah jejak ini mencapai suatu tempat yang tidak pernah ingin diketahuinya?

Kalau kereta api itu lewat sedetik lebih cepat atau sedetik lebih lambat, tentunya aku akan melihat pemandangan yang berbeda, dan kenanganku akan menjadi lain. Aku akan selalu teringat sesuatu yang lain, tapi yang tidak mungkin kuketahui dengan pasti kiranya seperti apa.

Mungkin sebelumnya ada lelaki lain di luar rumah, dan perempuan itu melihat lewat jendela.

Mungkin itu beberapa menit sebelumnya, bukan hanya sedetik sebelumnya.

Bagaimana kalau kereta api itu lewat beberapa menit lebih lambat?

Barangkali akan kulihat seorang lelaki berjalan di tengah padang salju, mengikuti bekas jejaknya kembali, berjalan lambat menuju rumah itu.

Dari kejauhan, dari dalam kereta api yang meluncur begitu cepat, pasti tidak akan kulihat pisau berdarah yang masih digenggamnya.

Masih ada kepahitan di wajah lelaki yang muram itu.

Peristiwa ini tentu tidak pernah terjadi. Kereta api melewati tempat itu beberapa menit sebelum atau sesudahnya tidak akan mengubah apa-apa. Tidak ada satu kemungkinan yang memberi peluang kepada pengetahuan yang utuh.

Sebetulnya aku selalu membayangkan seandainya kereta api itu lewat ketika perempuan itu sudah menjadi mayat dan terkapar di depan rumahnya. Aku selalu membayangkan ada bekas-bekas darah di atas salju. Barangkali lebih baik mayat itu tidak ada, dan hanya ada bekas da-rahnya. Ada bekas seretan yang panjang dan berdarah.

Tapi sebetulnya aku hanya melihat seorang perempuan melangkah keluar dari rumahnya dalam hujan dan badai salju-aku bahkan tak tahu itu memang rumahnya atau bukan, dan aku tidak melihatnya membuka pintu, menutupnya kembali, dan melang-kah ke padang salju. Aku hanya melihatnya sedang berjalan dengan susah payah sehingga terbentuk jejak dari sebuah rumah ke tempatnya sedang melangkah.

Tapi mungkinkah bisa dipastikan peristiwa itu tidak pernah terjadi? Apakah ada sesuatu di dunia ini yang bisa kita ketahui dari segala kemungkinan, serentak, dan seutuh-utuhnya?

Di kereta api shinkansen yang meluncur dengan kecepatan peluru, aku hanya tahu perasaanku menjadi rawan. Memasuki daerah itu bola-bola salju berhamburan dan pecah di jendela. Semua itu mestinya tidak mungkin terjadi, tapi aku tidak pernah tahu apa yang telah dan akan terjadi. Betapa sedikit yang bisa kita ketahui dalam hidup yang begitu singkat.

Namun di Kyoto aku mengenal seorang perempuan.

Sayang sekali, aku tidak bisa menceritakan apapun tentang perempuan itu.

Durban - Cape Town, Maret 2002.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita