M. Arman AZ
http://www.suarakarya-online.com/
Kota basah kuyup jam dua malam. Dari balik langit hitam, jemari raksasa itu belum juga letih menabur serbuk-serbuk air ke bumi. Jalanan senyap. Orang-orang mengurung diri dalam rumah. Sembunyi dari gigitan dingin. Sesekali terdengar desis roda mobil berlari menyibak gerimis. Tiang lampu jalan menjulang bagai pepohon besi tanpa daun dan ranting. Di pucuknya, lampu bundar memancarkan cahaya bulat keemasan.
Dabo gelisah tak bisa tidur. Punggungnya bersandar di tembok. Sepasang kakinya selonjor di atas bentangan tikar plastik usang dan kardus bekas. Sarung cokelat kumal yang melapisi badannya kalah melawan dingin. Wajah Dabo pucat. Bukan karena cuaca atau tempias yang sesekali membentur wajah. Sedang terjadi perang dalam perutnya. Dia merasa tak enak badan. Mungkin masuk angin. Sejak tadi tangan kanannya mengeram di balik kaos kumal. Mengelus-elus perut yang terasa tegang melilit. Sesekali bibirnya gemetar lirih mendesiskan nama Tuhan. Dabo butuh obat, tapi dalam cuaca buruk macam itu tak ada gerobak warung yang masih buka. Cuma minyak kayu putih dalam botol kecil di genggaman tangan kirinya yang dipakai mengurapi perut dan sesekali dihirup aromanya. Kepala Dabo mendongak. Entah menatap serbuk gerimis yang menari ritmis di bawah sorot lampu jalan atau berharap Tuhan memberi sedikit perhatian kepadanya.
Emper trotoar di mulut jalan sebuah komplek pertokoan tua di jantung kota. Itulah rumah Dabo. Ruko-ruko dua lantai berderet di ruas jalan itu. Toko elektronik, pakaian, sepatu, bakery, atau pangkas rambut. Siang hari jalan itu riuh rendah. Aneka wajah dan kendaraan hilir mudik. Pekik klakson kendaraan-kendaraan yang gusar karena terjebak macet atau mencari ruang parkir menambah keruh suasana. Sebagian trotoar di ujung jalan dipenuhi deretan lapak kayu milik pedagang kaki lima yang menjual buah-buahan, mainan anak-anak, kaset atau VCD bajakan. Ruas jalan itu sunyi senyap kala malam. Hanya ada beberapa mobil pemilik ruko parkir di tepi jalan. Bangunan-bangunan tua nampak murung. Suasana remang menerbitkan kecemasan.
Dua ratus meter belok kanan dari mulut jalan tempat Dabo tergolek, ada taman kota dengan tugu menjulang di tengahnya. Pemulung, gelandangan, waria, dan anak jalanan biasa berkumpul di sana. Ada yang sibuk memilah dan merapikan barang bekas, ngobrol ngalor ngidul menunggu pagi, ada juga yang menjejali perut dengan arak murahan. Sempat terfikir dalam benak Dabo untuk ke sana. Seorang dari mereka tentu bisa dimintai tolong mengerik punggungnya. Tapi, jangankan melangkah, bangkit pun Dabo seperti tak punya tenaga sama sekali.
Dabo jarang kumpul bersama mereka. Dia lebih suka menyendiri di mulut ruas jalan itu. Bagi warga liar di taman, Dabo seperti lelaki tanpa masa lalu. Tak ada yang tahu siapa nama aslinya. Pada setiap orang yang bertanya asal usul dan keluarganya, jawaban Dabo selalu berbeda. Anak istrinya di pulau seberang, anak istrinya tewas dalam kecelakaan, istrinya dibawa kabur lelaki lain, bahkan pernah Dabo mengaku bujang lapuk. Jika ada yang dongkol karena merasa dikibuli, Dabo cuma nyengir. Apalah pentingnya riwayat pemulung, celetuk Dabo ringan.
Taman yang sudah puluhan tahun jadi penanda kota itu kerap di razia. Selain mengganggu ketertiban, mereka dianggap merusak pemandangan. Mujur nasib Dabo. Dia selalu luput dari razia karena sedang berburu sampah dan barang bekas. Setiba di taman sore hari, dari beberapa anjal yang selamat setelah lari lintang pukang dari kejaran pamong praja, dia dapat kabar banyak yang diciduk. Dabo cuma melongo. Di benaknya tergambar sosok-sosok aparat berseragam gelap membawa pentungan yang satu saat kelak bisa saja menciduknya. Tapi begitulah, setelah razia, semua kembali berjalan seperti biasa. Taman kembali ramai dengan pemulung, gelandangan, waria, dan anak jalanan. Wajah-wajah asing pun datang dan pergi menghiasi penanda kota itu.
***
Hajat besar sudah di depan hidung kota itu. Tak lama lagi pemilihan gubernur di gelar. Kota menjelma rimba iklan. Kian hari kian banyak saja spanduk, poster, sticker, umbul-umbul dan baliho di sepanjang jalan. Semua berisi gambar calon gubernur dan kelompok pendukungnya. Yang ukuran kecil di tempel di tembok, halte, tempat ibadah, warung makan, atau dipaku di batang pohon peneduh jalan. Spanduk dan bendera dipasang di tiang telepon, atau marka jalan. Ada yang berisi pantun bernada humor, meniru iklan, atau memakai bahasa daerah. Umbul-umbul dan baliho besar ditancapkan di tempat-tempat strategis. Bahkan Dabo pernah melihat sepasang bendera raksasa berkibar di puncak bukit pinggiran kota. Gambarnya pasangan calon gubernur dan logo sebuah partai.
Beberapa waktu lalu Dabo melihat arak-arakan manusia menyesaki separoh badan jalan. Semua mata tertuju ke sepasang becak di bagian terdepan. Bukan pengayuh becak berkepala plontos berkaus sebuah partai yang jadi pusat perhatian, namun dua lelaki gagah berseragam safari yang duduk di masing-masing becak. Mereka mengumbar senyum seraya melambaikan tangan ke sana ke mari. Beberapa orang sibuk mengawal di kiri kanan becak. Ratusan orang lainnya mengekor jalan kaki. Dahi mereka berkilat tertimpa cahaya matahari siang bolong. Beberapa wartawan sibuk memotret penumpang becak.
Dari celetukan orang-orang, Dabo tahu mereka iring-iringan calon gubernur dan wakilnya yang mau mendaftar ke sebuah kantor. Dabo nyengir kuda melihat betapa jenakanya mereka. Sambil melanjutkan mendorong gerobak, Dabo bertanya-tanya dalam hati. Apa mereka naik becak karena tak sanggup lagi beli bensin setelah BBM naik? Apa mereka masih mau naik becak jika jadi gubernur? Tapi, Dabo lebih yakin mereka cuma cari muka.
Dabo meringis. Dia ingin sakit perutnya cepat sirna. Magrib tadi ada pemulung memberitahu tentang calon gubernur yang mau kampanye di alun-alun besok siang. Dabo mau ke sana. Dia tak keberatan berkerumun siang bolong, berteriak mengikuti yel-yel sambil sesekali mengepalkan tangan ke udara. Biasanya usai kampanye ada acara bagi uang di sudut yang agak jauh dari panggung kampanye. Itu yang diincar Dabo. Dua puluh atau lima puluh ribu rupiah bakal mengisi kantongnya. Belum lagi jika ada orkes dangdut. Tak usah ditawari dua kali, dia akan berjoget, menghibur hidup yang miskin menahun.
Celoteh orang-orang di atas panggung? Dabo tak ambil pusing. Baginya, mereka cuma menabur janji menebar simpati yang kelak berbuah pepesan kosong. Dabo memang melarat, tapi tak bodoh. Dia cuma ingin mengambil apa yang bisa di ambil dari semua calon gubernur. Dia pernah berhasil membawa pulang dua plastik berisi sembako setelah antri berdesakan-desakan. Pernah pula mendapat sehelai kaos tipis. Peduli setan siapa yang kelak terpilih. Toh tak ada bedanya buat Dabo. Berapa kali ganti gubernur, berapa kali ganti presiden, nasibnya tak berubah. Tetap saja cari makan dari tumpukan sampah.
Subuh buta ketika warga kota masih menyelesaikan mimpinya, Dabo sudah berenang di tempat pembuangan sampah. Memunguti dan membersihkan apa saja yang masih bisa dijadikan uang. Kardus, botol, atau plastik bekas air mineral. Ditemani cericit gerombolan tikus got dan denging lalat hijau yang mencari sisa makanan, dia tak merasa kesepian. Mereka pun tak dianggap sebagai saingan. Setelah gerobak penuh, setelah malamnya dibersihkan, besok siangnya barang-barang itu dijual ke penampung. Dia selalu punya alasan untuk menaikkan harga hasil memulungnya, terlebih setelah BBM naik.
***
Gencatan senjata dalam perut Dabo tak tahan lama. Baru sebentar tidur, perutnya bergolak lagi. Dia mengerang menahan kesal dan sakit. Kali ini ada yang berontak dalam perutnya. Mendesak dan kian mendekati ujung anus. Dabo bergegas balik badan, mundur dua langkah, nungging di tepi trotoar. Suara berondongan sember kontan terdengar begitu Dabo memelorotkan jeans buntung berikut kolor kumalnya. Kepalanya menengok ke belakang. Memastikan cairan cokelat keruh dan gumpalan-gumpalan kecil itu larut bersama genangan air, raib ke dalam lubang selokan.
Dabo membuang nafas lega. Disekanya keringat dingin di dahi dengan punggung tangan kiri. Sampah dalam perutnya telah dikuras habis. Tapi masalah baru menyusul. Bagaimana membersihkan dubur? Tak mungkin pakai sarung kumal yang melilit lehernya. Pandangan Dabo menyapu sekeliling. Bola matanya berkilau saat menemukan sesuatu tergolek di trotoar tak jauh dari tempatnya jongkok. Tanpa pikir panjang Dabo bangkit. Langkahnya lucu saat berjingkat dengan kaki mengangkang sambil memegangi celana yang menggantung separuh paha.
Hujan angin merontokkan spaanduk putih seukuran bendera itu dari tiang marka jalan. Ada sosok pria gagah berpeci tersenyum di dalamnya. Seorang calon gubernur. Dabo tak peduli. Setengah memaksa diloloskannya ikatan spanduk dari kayu. Digenggam, dikibas-kibas mengusir pasir yang melekat, lalu diremasnya spanduk basah itu. Dabo celingukan kiri kanan. Memastikan tak ada yang memergoki kelakuannya. Setelah dirasa aman, tangan kirinya menjulur ke selangkangan. Disekanya anus yang basah dengan spanduk itu. Setelah beberapa kali poles, Dabo puas duburnya telah bersih meski masih terasa lembab. Sebelum dicampakkan, disempatkannya melirik spanduk. Dabo menyeringai jijik melihat sisa tinjanya melekat di mulut pria dalam spanduk itu.
* Bandarlampung, 2008
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
18/01/09
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Anzib
A. Junianto
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abang Eddy Adriansyah
Abdi Purmono
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W. M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Wachid B.S.
Abdurahman Wahid
Abidah el Khalieqy
Abiyyu
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achiar M Permana
Ade Ridwan Yandwiputra
Adhika Prasetya
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Adreas Anggit W.
Adrian Ramdani
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunarto
Agus Utantoro
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Nurhasim
Ahmad Sahidah
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajie Najmudin
Ajip Rosidi
Akbar Ananda Speedgo
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Saefudin
Akhmad Sekhu
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alan Woods
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Alhafiz K
Ali Shari'ati
Alizar Tanjung
Alvi Puspita
Alwi Karmena
Amarzan Loebis
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Amiruddin Al Rahab
Amirullah
Amril Taufiq Gobel
Amy Spangler
An. Ismanto
Andrea Hirata
Andy Riza Hidayat
Anes Prabu Sadjarwo
Anett Tapai
Anindita S Thayf
Anjrah Lelono Broto
Anne Rufaidah
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anung Wendyartaka
Anwar Holid
Aprinus Salam
Ari Dwijayanthi
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Aris Darmawan
Aris Kurniawan
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
Arwan Tuti Artha
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asep Yayat
Askolan Lubis
Asrul Sani
Asvi Marwan Adam
Asvi Warman Adam
Audifax
Awalludin GD Mualif
Awaludin Marwan
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Bambang Bujono
Bambang Irawan
Bambang Kempling
Bambang Unjianto
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Beni Setia
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshäuser
Binhad Nurrohmat
Bobby Gunawan
Bonnie Triyana
Bre Redana
Brunel University London
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Hatees
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cepi Zaenal Arifin
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Cucuk Espe
D Pujiyono
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Dantje S Moeis
Darju Prasetya
Darwin
David Krisna Alka
Dedy Tri Riyadi
Deni Ahmad Fajar
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dicky
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djenar Maesa Ayu
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Dodi Ambardi
Dody Kristianto
Donatus Nador
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Arjanto
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Khoirotun Nisa’
Dwi Pranoto
Dwicipta
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendri Saiful
Eko Suprianto
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulwesi
Endi Haryono
Endri Y
Enung Sudrajat
Erwin
Erwin Dariyanto
Erwin Setia
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evieta Fadjar
F. Aziz Manna
Fadjriah Nurdiarsih
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Farida-Suliadi
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Feby Indirani
Felik K. Nesi
Fenny Aprilia
Festival Sastra Gresik
Fikri MS
Firdaus Muhammad
Firman Nugraha
Fuad Nawawi
Galang Ari P.
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gregorio Lopez y’ Fuentes
Gugun El-Guyanie
Gunawan Budi Susanto
Gunawan Maryanto
Guntur Alam
Gus tf Sakai
Gusti Eka
H Marjohan
HA. Cholil Mudjirin
Hadi Napster
Halim HD
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Hanik Uswatun Khasanah
Hans Pols
Hardi Hamzah
Haris del Hakim
Haris Firdaus
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hawe Setiawan
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman RN
Hermien Y. Kleden
Herry Lamongan
Heru Kurniawan
Heru Nugroho
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Hudel
Humaidiy AS
Humam S Chudori
I.B. Putera Manuaba
Ibn Ghifarie
Ibnu Rizal
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Idrus
Ignas Kleden
Ika Karlina Idris
Ilham khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indra Intisa
Indra Tranggono
Indrian Koto
Intan Indah Prathiwie
Inung AS
Iskandar Noe
Iskandar P Nugraha
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut Fitra
J.J. Rizal
Jacques Derrida
Jafar Fakhrurozi
Jafar M Sidik
Jafar M. Sidik
Jaleswari Pramodhawardani
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jean Couteau
Jean-Marie Gustave Le Clezio
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ Rizal
JJ. Kusni
Jodhi Yudono
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Jonathan Ziberg
Joni Ariadinata
Joni Lis Efendi
Jual Buku
Juli
Jumari HS
Junaidi
Jusuf AN
Kang Warsa
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasijanto Sastrodinomo
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Keith Foulcher
Khansa Arifah Adila
Khisna Pabichara
Khrisna Pabichara
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristine McKenna
Kritik Sastra
Kukuh Yudha Karnanta
Kurie Suditomo
Kurniawan Yunianto
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
L. Ridwan Muljosudarmo
Lan Fang
Langgeng W
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Leo Kelana
Leo Tolstoy
Lia Anggia Nasution
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Abdullah Badri
M Aditya
M Anta Kusuma
M Fadjroel Rachman
M. Arman AZ
M. Faizi
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S.
M. Misbahuddin
M. Mushthafa
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Makyun Subuki
Maman S Mahayana
Marcus Suprihadi
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Maroeli Simbolon S. Sn
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Mashuri
Matroni
Matroni El-Moezany
Mawar Kusuma
Max Lane
Media: Crayon on Paper
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Misbahus Surur
Miziansyah J.
Moh. Samsul Arifin
Mohammad Eri Irawan
Muhammad Antakusuma
Muhammad Firdaus Rahmatullah
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhammd Ali Fakih AR
Muhidin M. Dahlan
Mukhlis Al-Anshor
Mulyo Sunyoto
Munawir Aziz
Murnierida Pram
Musa Asy’arie
Mustafa Ismail
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nandang Darana
Nara Ahirullah
Naskah Teater
Nazar Nurdin
Nenden Lilis A
Nezar Patria
Nina Herlina Lubis
Ning Elia
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Nobel
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novelet
Nu’man ‘Zeus’ Anggara
Nunik Triana
Nur Faizah
Nur Wahida Idris
Nurcholish Madjid
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nuriel Imamah
Nurman Hartono
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Obrolan
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Olivia Kristinasinaga
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Oyos Saroso H.N.
Pandu Jakasurya
Parak Seni
Parakitri T. Simbolon
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Pembebasan Sastra
Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta-Toer
Pringadi Abdi Surya
Pringadi AS
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Puput Amiranti N
PUstaka puJAngga
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R.N. Bayu Aji
Radhar Panca Dahana
Rahmat Hidayat
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ranang Aji S.P.
Ranggawarsita
Ratih Kumala
Ratna Sarumpaet
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Rengga AP
Resensi
Resistensi Kaum Pergerakan
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Risang Anom Pujayanto
Riswan Hidayat
Riyadi KS
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rojil Nugroho Bayu Aji
Rukardi
S Sopian
S Yoga
S. Jai
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Sainul Hermawan
Sajak
Sakinah Annisa Mariz
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sari Oktafiana
Sartika Dian Nuraini
Sasti Gotama
Sastra
Sastra Liar Masa Awal
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Selo Soemardjan
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Sevgi Soysal
Shinta Maharani
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitor Situmorang
Slamet Hadi Purnomo
Sobih Adnan
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sotyati
Sri Wintala Achmad
St. Sunardi
Stefanus P. Elu
Stevy Widia
Sugi Lanus
Sugilanus G. Hartha
Suherman
Sukardi Rinakit
Sulaiman Djaya
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Surat
Suripto SH
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susiyo Guntur
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi San
Syafruddin Hasani
Syahruddin El-Fikri
Syaiful Amin
Syifa Aulia
Syu’bah Asa
T Agus Khaidir
Tasyriq Hifzhillah
Tatang Pahat
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Presetyo
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tia Setiadi
Tita Maria Kanita
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tony Herdianto
Tosa Poetra
Tri Purna Jaya
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Ulfatin Ch
Umbu Landu Paranggi
Umi Kulsum
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Utami Widowati
UU Hamidy
Veronika Ninik
Vien Dimyati
Vino Warsono
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W Haryanto
W. Herlya Winna
W.S. Rendra
Wahyu Heriyadi
Wahyu Hidayat
Wahyu Utomo
Walid Syaikhun
Wan Anwar
Wandi Juhadi
Warih Wisatsana
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Wayan Supartha
Wendoko
Wicaksono Adi
William Bradley Horton
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Wong Wing King
Y. Wibowo
Yang Lian
Yanuar Yachya
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yopie Setia Umbara
Yos Rizal Suriaji
Yoserizal Zein
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudhi Herwibowo
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuval Noah Harari
Z. Afif
Zacky Khairul Uman
Zakki Amali
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Zhou Fuyuan
Zul Afrita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar