18/01/09

Malam Menggelepar di Tanjungkarang

Alex R. Nainggolan
http://www.suarakarya-online.com/

Udara dingin malam jatuh semaput merajut tubuh Pedro. Ia merasa nyerinya menusuk sampai ke tulang, barangkali kemarau telah sampai di akhir Juni ini. Tapi ia tetap saja berjalan, menelusuri jalan Tanjungkarang yang sebenarnya sudah akrab baginya. Ia ingin menuntaskan sesuatu, di kepalanya telah lama bertungkai pelbagai rencana: mungkin ke tempat hiburan malam, menenggak bergelas-gelas bir, mencari perempuan yang bisa menemaninya sebentar, atau bila segalanya tak satu pun yang terpenuhi, ia akan melamun sendiri, berdiam di dalam sunyi, menyimak kota Tanjungkarang yang dibalut warna-warni cahaya lampuan.

Ia melihat di ujung jalan, malam menggelepar, sepertinya semakin sunyi, barangkali siap-siap untuk masuk ke peraduan, ke dalam tidur yang panjang.

Ia masih saja berjalan. Mobil yang dikendarainya terus saja melaju, membelah udara. Ia merasa angin masih saja menampar dirinya, menelusup lewat jendela, yang tak bisa disingkirkan. Ia teringat pada kekasihnya yang baru saja menangis. Ya, beberapa jam lalu, ia baru saja bertengkar dengannya. Hanya karena ia tak menjemputnya pulang kemarin malam.

"Sialan! Benar-benar lucu, masak karena hal semacam itu saja ia menangis. Cengeng betul perempuan itu," umpatnya.

Ia tak paham, mengapa perempuan selalu saja berminat untuk diperhatikan yang berlebih. Hal lain yang membuat dirinya makin bingung, bila ini merupakan pertengkaran yang paling besar terjadi. Barangkali memang perempuan seperti sebuah teka-teki, sebagaimana percakapan yang didengarnya dalam film Biola Tak Berdawai.

Acapkali cinta hadir dengan berbagai kemungkinan yang tak bisa diterka dengan lugas. Sebuah getar yang ajaib, yang bisa menyedot atau sekadar menelantarkan. Terkadang lewat cinta, keajaiban datang tak terduga, seperti rajutan temali yang mengikat dua insan untuk terus bersama. Seakan-akan menawarkan kenangan tersendiri.

Kini ia berkelana, memasuki ruang-ruang sesak di dalam kota. ia menghisap sebatang tembakau, menghembuskannya ke luar jendela. Suara radio di dalam mobil sayup-sayup sampai, membuatnya tak lagi menyimak alunan lagu secara penuh. Dan udara dingin malam terus saja menjulur, seperti lidah yang sebeku es tengah menjilat beberapa bagian tubuhnya. Ia ingin memutar setir mobil ke arah taman kota, atau ke daerah pantai, mungkin akan ditemukan perempuan-perempuan muda yang menawarkan kehangatan tubuhnya. Tetapi urung, akhirnya ia cuma bisa berjalan ke arah bundaran gajah saja. ia membayangkan patung gajah-gajah itu benar-bermain bola di tengah kota. Saling membagi bola dengan belalainya. Ia melihat kiri-kanan jalan yang lengang, sudah pukul setengah dua belas malam saat itu. Ia merasa kota ini semakin malam, semakin mati.

Ingatannya mengembara ke Jakarta sewaktu liburan kemarin, di sana berbeda, pikirnya, makin malam, makin liar *). Jakarta selalu saja hidup, biarpun di saat malam. Ah, mungkin ini hanya perasaan dirinya saja, pikirnya. Ia membuang puntung rokok itu, masih bersinar, dan berpijar dengan nyala merahnya saat jatuh ke atas aspal hitam. Lagi-lagi, ditemukan malam semakin menggelepar. Ia jadi makin bimbang. Ia melihat malam jadi seorang raksasa, yang sedang duduk di antara cakrawala, jubahnya yang hitam itu berumbai, dan menutupi seluruh langit. Tetapi raksasa itu menggelepar, diam, tak bersuara.

Pikirannya tiba-tiba dikejutkan oleh klakson mobil dari belakang. "Hei, cepat! Jangan melamun kalau nyetir mobil!" umpat orang di dalamnya. Aneh, padahal sebelumnya ia tak melihat mobil di belakang lewat kaca spion. Ia menepi ke kiri, dan membiarkan mobil di belakang untuyk melewatinya. Sepintas ia sempat melirik dari bening kaca, wajah orang yang mengemudi mobil tersebut. Masih muda, sepantaran dirinya, dan barangkali kesepian sama seperti dirinya, baru saja berselisih dengan kekasihnya. Kemudian, mengendarai mobil malam-malam begini melintasi Tanjungkarang. Ya sama seperti dirinya, terkadang kesepian begitu menyakitkan.

Ia melintasi Jalan Diponegoro, melewati rumah-rumah yang dengan ukuran lumayan besar. Kembali ia dihadapkan kenangan pada kekasihnya yang kembali berdenyar. Meski baru saja ia menemui dirinya yang tengah hambar. Sungguh, sebetulnya ia seorang lelaki yang tak tahan melihat air mata jatuh dari kelopak mata perempuan. Ia kembali menakar-nakar, berapa lama mereka menjalin hubungan, adakah sesuatu yang tak lengkap ditemui pada diri perempuan itu? Bagaimana orang bisa mengenal orang lain? Seberapa lama? Ia menghitung waktu, ia seperti melihat hari-hari sempit menjelma jadi parit yang terus mengalir. Tanggalan berganti, pagi kembali datang, matahari datang menagih janji. Ia melihat kelebat tahun yang berulangan, seperti pembakaran besar, api unggun, tetapi ia tak mendapatkan apa-apa. Sedangkan ia merasa dirinya tinggal abu dan arang. Hitam dan berlalu.

Ia seperti ingin menggambar lagi hitamnya malam. Tetapi tetap saja ia bertemu pada wajah kekasihnya yang ditinggalkannya tadi, menangis sendirian. Malam mendadak jadi lebar di matanya, serpihan peristiwa pelan-pelan datang, bagaimana mereka tertawa bersama, bercakap-cakap, dan bercumbu. Ia merasa udara dingin malam yang masuk ke celah jendela, melemparkannya pada bau parfum yang kerap digunakan kekasihnya. Mendadak matanya berkaca, ada rindu yang menyergap tanpa ia pahami dari mana datangnya. Padahal malam masih seperti raksasa besar dengan jubah hitamnya yang memeluk langit, tertidur dengan pulas.
***

Pedro bertemu dengan perempuan itu pada akhir bulan Juni, dua tahun yang lalu. Pertemuan yang ganjil di sebuah acara konser musik, kebetulan perempuan itu bersebelahan dengannya. Saat lagu mengalun dibawakan oleh penyanyinya, mereka berdua bersenandung, sesekali melirik, dan menukik ke dalam kehangatan bola mata. Ya bola mata adalah sihir yang memukau. Sebuah dunia pertama di mana manusia membaca orang lain.

Maka dunia mereka berdua berubah. Kemana-mana berdua, duduk berdua di kafe lama-lama. "Aku sudah malas mencari hubungan dengan orang lain. Lebih baik memperbaiki hubungan dengan seseorang yang dicintai saat ini, ketimbang berpisah," ucap si-perempuan di suatu waktu.

Memang, di antara mereka berdua memiliki kesamaan. Dalam bidang apapun, sehingga tak ada yang patut direwelkan, perselisihan antara mereka juga jarang terjadi. Paling-paling kalau sudah begitu, esok harinya mereka akan bercanda lagi, saling berbagi cerita, dan tertawa bersama. Tetapi ini lain, Pedro seperti tak lagi mengenali kekasihnya itu. Ia merasa ini pertengkaran yang terhebat yang ditemui. Ia menebak, sehabis ini hubungan mereka akan berakhir. Sama seperti ajang kampanye yang berakhir setelah sesumbar janji berlalu, setelah pemilu dilaksanakan. Baru kali ini, Pedro melihat kekasihnya menangis. Air mata itu seperti tak patut mengalir dari pelupuk mata yang indah. Semestinya tak terjadi! Air mata yang membuat batinnya bergetar. Di mata itu pertama kali Pedro kepincut dengan bola matanya, semestinya tak begitu! Seharusnya bukan air mata yang menetes di situ, yang membuat diri perempuan itu tak lagi cantik.
***

Jalanan makin legam. Malam makin menggelepar. Pedro merasa ia mesti menghubungi ponsel kekasihnya, meminta maaf, kemudian ia memutar mobil ke arah rumah kekasihnya. Ia masih sempat mengingat-ingat, keinginannya tadi, ke tempat hiburan malam, menenggak bergelas-gelas bir, mencari perempuan yang bisa menemaninya sebentar. Ia hardik pikiran itu sambil setengah mengumpat, "Aku akan berusaha setia padamu!" Malam masih saja menggelepar di Tanjungkarang, seperti menggelar pelbagai kemungkinan.

Bandarlampung, Juni 2004

Catatan: *) diambil dari judul lagu Flowers

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita