31/12/08

Masa Depan Teater Jawa Timur

Rakhmat Giryadi*
http://teaterapakah.blogspot.com/

Bicara problematik teater di Jawa Timur atau bahkan di Indonesia, kalau mau kita sederhanakan, sejak jaman Usmar Ismail dengan Sandirwara Mayanya, adalah hampir memiliki kesemaan. Sejak jaman Usmar Ismail sampai generasi teater Indonesia terkini teater masih bernasib sama, diperjuangkan sampai tetes darah terakhir.

Cerita tentang jual-menjual harta benda untuk sebuah pementasan terjadi sejak jaman itu, hingga sekarang. Ekonomi dan infrastruktur yang minim juga masih berlangsung hingga saat ini. Teater dijauhi penonton juga terjadi turun temurun. Teater termarjinalkan juga seperti kutukan, hinggap dalam tubuh teater hingga saat ini pula.

Memang berbicara teater selalu menyulut kemarahan, kesedihan, dan keputusasaan. Tetapi di balik kemuraman itu juga tersimpan harapan dan impian yang coba terus disusun meski kemudian runtuh lagi, persis seperti Sisipus. Teater masih tumbuh pada wilayah-wilayah lokal yang sempit di antara para individu yang saling kenal, meski kalau diibaratkan patah tumbuh hilang berganti.

Selama rentang 365 hari ini, apa yangg terjadi dengan teater di Jawa Timur? Kalau kita jujur, selama setahun ini tidak ada yang patut kita catat, meski ada letupan-letupan kecil, tapi itu hanya peristiwa yang muncul sesaat dalam lingkaran area kecil.

Letupan-letupan kecil itu seperti, beberapa performing art Ilham J Badai di berbagai forum, Pesta Pencuri garapan Zaenuri dari Bengkel Muda Surabaya, Percakapan Dari Dalam Kulkas sanggar Lentera STKIP Sumenep, Nyai Ontosoroh teater Institut Unesa, Satu Malam 3 Cerita Teater Nol Surabaya, Monumen-Monumen komunitas Jadul Surabaya, dan beberapa letupan lainnya. Namun letupan itu hanya berlalu begitu saja, kemudian sunyi.

Selebihnya kita kemudian berganti menyaksikan segala peristiwa keseharian yang ternyata lebih mengoyak kesadaran dan emosi kita. Kisah tentang lumpur Lapindo, pabrik narkotika, bencana alam, kriminalitas, korupsi, carut marut politik, lebih memiliki kekuatan dramaturgi dengan adegan-adegan yang lebih teatrikal.

Disaat seperti itu, teater (kita) hanya mampu berdiri di pojok panggung besar kehidupan ini sembari merasa sedih karena hampir potensi dalam dirinya ‘dimanfaatkan’ pihak lain. Lahan teater semakin menyempit, karena telah kehilangan momentum. Teater menjadi gagap menilai tanda bahkan gagap mengidentifikasi dirinya. Akibatnya ia merasa menjadi makluk yang terasing dalam pranata sosial dan budaya. Padahal sejak jaman bahula, teater hidup dalam pranata itu.

Karena itu (mungkin benar) tengara Radhar Paca Dahana bahwa dalam dekade terakhir teater mengalami stagnasi. Artinya, selama dekade terakhir ini pekerja teater tidak mampu memperlihatkan diri sebagai entitas yang kukuh. Sebenarnya, seratus tahun perjalanan teater (modern) adalah modal sejarah dan modal budaya yang pantas dimanfaatkan untuk menempatkan teater dalam posisi kultural yang lebih baik
Tanpa menafikan beberapa pencapaian sporadis, dalam dekade belakangan ini, pada umumnya teater maupun teaterawan, terasa inferior ketika berhadapan dengan lembaga-lembaga lain di luar dirinya. Teater menjadi lembaga yang klepto. Teater perlu seni rupa. Teater perlu tari. Teater perlu film. Teater perlu musik. Teater perlu pencanggihan estetika pertunjukan yang sekaligus merayakan pembunuhan aktor-aktornya.

Teater menjadi semacam subordinasi. Padahal sejak jaman bahula, teater merupakan entitas budaya yang melebur dalam kehidupan masyarakat. Karenanya teater tidak saja sebuah pertunjukan, tetapi bagian dari ritual, bahkan baian dari pandangan hidup tersendiri. Namun di tengah kebudayaan modern (baca : barat), teater menjadi subordinasi kebudayaan, bahkan semakin menyempit menjadi subordinasi seni.

Padahal seperti diungkapkan Jakob Sumardjo bahwa teater Indonesia telah ada ribuan tahun yang lalu. Dengan berbagai upacara yang menjadi ikon masyarakat, secara tidak langsung, teater telah menjadi bagian dari proses kehidupan masyarakat kita. Upacara-upacara yang digelar masyarakat kita, percakapan-percakapan soal hidup, soal cinta, telah masuk menjadi bagian dari ritus teater kita.

Memahami problim saat ini sebenarnya kita tengah membaca masa depan teater kita. Nasib teater di Jawa Timur ke depan, tergantung dari cara kita mengolah persoalan yang terjadi saat ini.

Letupan-letupan kecil yang terjadi dalam komunitas-komunitas mungkin akan menjadi amunisi yang dahsyat ledakannya, jika mampu kita kelola secara bersama-sama. Sementara ini, masing-masing masih terksesan berjalan sendiri-sendiri, sehingga upaya- menjadikan teater sebagai proses budaya secara utuh sulit tercapai.

Berteater memang berbeda dengan berseni rupa atau bersastra. Teater membutuhkan ikatan komunal. Berteater tidak bisa bekerja sendiri, meski harus diakui di dalam ikatan komunal itu ada stake holder yang menonjol, sebagai penggerak.

Karena itu, saya sepakat pada Goenawan Mohamad, saat deklarasi Federasi Teater Indonesia di Jakarta tahun 2004 lalu, agar aktivis teater membentuk semacam ‘gilda’ atau kelompok kerja menurut bidang masing-masing. Pembentukan gilda ini, sebagai tempat tukar pikiran para pekerja teater. Gilda-gilda juga berfungsi untuk tukar pengalaman dan memberikan masukan ke beberapa lembaga teater.

Pembentukan kelompok kerja ini, agar semua aktivis teater bisa tertampung. Karena tidak semua orang punya bakat main teater, tetapi mungkin ia punya bakat di organisasi. Inilah perlunya menampung semua orang yang punya minat di dunia teater.

Namun apakah ide itu efektif atau tidak, sebernanya bergantung dari upaya pekerja teater untuk melakukan perubahan. Sejauh ini saya melihat kelemahan teater (di Jawa Timur) terletak pada kerja kolektifnya yang sering saya sebut ‘civitas akademika teater’ yang terdiri dari pekerja teater, kritikus teater, dramaturg, media massa, dan penonton.

*) Pekerja teater tinggal di Sidoarjo.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita