26/12/08

Mahasiswa, Demonstran Seksi

Misbahus Surur
http://indonimut.blogspot.com/

Tonggak sejarah berdirinya republik ini tak bisa dilepaskan begitu saja dari peran mahasiswa di dalamnya. Perlawanan terhadap kolonialisme setelah tahun 1900-an banyak dipelopori oleh gerakan kaum muda (baca: mahasiswa). Lahirnya Boedi Oetomo (1908), sebagai pelopor perjuangan bangsa ini dalam melawan kolonialisme juga di dominasi oleh kaum muda. Boedi Oetomo menjadi tempat persemaian bibit-bibit pergerakan nasional. Dengan watak perjuangan yang terorganisir kaum muda ingin meninggalkan model perjuangan lama, yakni sebelum tahun 1900 yang masih bersifat kedaerahan. Semenjak diterapkannya sistem Tanam Paksa (Cultuur Stelsel) yang menyebabkan penindasan dan eksploitasi kekayaan negeri ini, gelagat perjuangan kaum muda mulai berkobar.

Di Indonesia, gerakan mahasiswa lahir atas kondisi historis untuk menjawab kondisi penindasan bangsa tersebut. Akar gerakan kaum muda mempunyai orientasi yang cukup panjang. Dimulai sejak depresi ekonomi tahun 1878 yang menyebabkan munculnya kebijakan Cultuur Stelsel hingga lahirnya penentangan terhadap kebijakan tersebut dari Social Democratische Arbeider Partij (SDAP) yang kemudian melahirkan kebijakan baru, ”Politik Etis” tahun 1895 (hlm. 76-77).

Dalam menentang kebijakan penguasa yang tak memihak rakyat, mahasiswa punya sejumlah nostalgia sejarah yang kisahnya tak bisa dilupakan begitu saja. Perjuangan tersebut bisa direkam lewat beberapa insiden antara lain; peristiwa Malapetaka 15 Januari (Malari) tahun 1974, sebuah protes dan penentangan mahasiswa atas kebijakan pemerintah terhadap pemodal/ investor asing (Jepang & Amerika) yang dinilai merugikan bangsa. Kemudian tragedi Trisakti 1998 hingga Semanggi I & Semanggi II. Seluruh tragedi tersebut merupakan akumulasi dari kekecewaan mahasiswa atas kebijakan pemerintah yang cenderung tidak memihak rakyat. Walau harus mengorbankan nyawa, nyatanya mahasiswa selalu menjadi yang terdepan dalam menentang kebijakan & represi negara.

Namun apa yang terjadi sungguh menjadi suatu ironi. Gaya hidup mahasiswa sekarang banyak terperosok ke arah prinsip hidup hedonisme yang kalau boleh dibilang, justru menjerumuskan diri mereka pada jurang kapitalisme. Dalam budaya kapitalisme, tubuh direduksi sebagi komoditas yang terus dieksploitasi. Semua itu dengan tujuan bagaimana bisa menarik dan menciptakan massa supaya hanya bisa beli dan beli. Akhirnya semuanya digiring pada obsesi yang sulit untuk dipenuhi. Karena pada dasarnya libido manusia memang tidak akan pernah mengalami rasa puas.

Sifat acuh terhadap realitas sosial, pergaulan yang serba permisif dan gaya hidup glamour yang mengikuti trend masa kini membuat mahasiswa menjadi apatis, menggadaikan idealisme demi kesenangan & hasrat untuk melampiaskannya. Maka lakon yang dibawakan hanya sebatas berburu lawan jenis, pacaran dan seterusnya. Begitu pula sistem pendidikan di sekolah maupun di kampus dinilai tidaklah mendidik, tetapi malah menjauhkan pelajar & mahasiswa dari permasalahan sosial dan membuat mereka menjadi produk-produk statis dan tidak punya integritas sosial.

Mahasiswa dengan kungkungan sistem pendidikan kapitalis seperti sekarang, aktivitas mereka cenderung ke arah mencari kesenangan & foya-foya dari pada menekuni teori yang mengantarkan pada penemuan yang berdampak besar bagi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, atau menggagas perubahan menuju tatanan sosial yang lebih adil & memihak rakyat. Di era kapitalisme yang menyelimuti mereka, mahasiswa seharusnya bangun dari mimpi buruk ini dan menengok sejarah guna mengambil sebuah pelajaran berharga.

Dalam konteks kekinian gerakan mahasiswa semestinya diarahkan pada proses pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Karena di samping sebagai insan akademik, mahasiswa juga menjadi motor utama dalam mengawal setiap perubahan yang terjadi di negeri ini. Dengan memikul tugas besar sebagai pengontrol kebijakan pemerintah yang tidak memihak rakyat. Baik melalui kritik sosial semisal aksi demonstrasi maupun dalam ranah pemikiran. Dalam pemikiran mereka bisa meningkatkan kapasitas dirinya dengan kegiatan intelektual yang kreatif dan produktif. Apalagi saat ini, di tengah keadaan negeri yang dipenuhi oleh beragam bencana tanah longsor dan banjir yang tak berputus-putus, sangat diharapkan sekali peran mahasiswa. Tugas besar inilah yang mengilhami Nurani Soyomukti menulis buku ini.

Ketika gerakan & tuntutan rakyat ditumpulkan oleh penguasa, dan wakil rakyat yang seharusnya membela hak rakyat ternyata hanya bisa duduk dikursi empuk dan enak-enakan tidur ketika sedang diajak membicarakan masalah rakyat (tidak dapat berbuat banyak untuk rakyat), maka mahasiswalah yang selalu tampil sebagai penyambung lidah rakyat.

Buku ini ditulis bukan karena hajatan untuk merayakan pornografi layaknya ”Jakarta Undercover” dan sejenisnya, juga bukan dengan niat menghakimi mahasiswa sebagai pelaku secara hitam putih, justru sebaliknya adanya buku ini mengajak mereka sadar dan kritis terhadap kuasa kapitalisme yang terus menghimpit kehidupan mereka sehari-hari. Buku ini meletakkan mahasiswa sebagai obyek (korban) kapitalisme dan hedonisme. Dalam industri budaya kapitalisme kontemporer memang secara besar-besaran mahasiswa menjadi korban empuknya. Dan ironis, mahasiswa tidak cepat-cepat menyadarinya.

Untuk itu, sebagai seorang anak muda yang punya keprihatinan tinggi terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, penulis buku ini bermaksud mengingatkan kembali peran penting mahasiswa di tengah masyarakatnya. Mahasiswa perlu menyadari akan jati diri mereka, bukan terlalu muluk adalah sebagai pelaku sejarah sekaligus sebagai subjek perubahan (agent of change). Mahasiswa harus kembali ke hakikatnya sebagai manusia normal. Mahasiswa bukan benda yang statis dan tidak pula mengutamakan pemuasan hasrat libido seksual layaknya binatang. Jika kita memandang sekitar kita dan segalanya sesuatu terjadi secara alami dan mengalir seperti biasa, maka sejatinya daya kritis mahasiswa telah mati.

Hadirnya buku ini juga sekaligus akan melengkapi sederet buku-buku yang memfokuskan pada hal yang sama. Diantaranya, ”Bangsa Yang Belum selesai: Indonesia Sebelum dan Setelah Orde Baru” karya jurnalis peneliti Australia, Max Lane dan ”Penakluk Rezim Orde Baru; Gerakan Mahasiswa ’98” yang diedit oleh Muridan S. Widjojo. Sekilas pertama melihat buku ini, saya mengira adalah sebuah novel remaja, karena tampilan cover yang menurut saya tidak terlalu cocok untuk buku yang mengetengahkan serial mahasiswa. Terlepas dari itu, di tengah zaman yang serba pragmatis ini, jika berfikir kritis, bertindak produktif dan bijaksana jarang mereka lakukan, maka hakikat mahasiswa akan terus menjadi paradoks. Atau mahasiswa memang perlu, meminjam istilah Nurani, ”menerapi diri sendiri” untuk mengembalikan kenormalan ini. Jawabannya akan kita temukan di sekujur buku ini.

Judul Buku: Dari Demonstrasi Hingga Seks Bebas; Mahasiswa di Era Kapitalisme dan Hedonisme
Penulis: Nurani Soyomukti
Penerbit: Garasi, Jogjakarta
Cetakan : I, Januari 2008
Tebal : 182 Halaman

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita