20/12/08

9 Pertanyaan untuk Marco Kusuma Widjaja: Memahami Seni Secara Luas

Grathia Pitaloka
http://jurnalnasional.com/

DIKENAL sebagai arsitek dan ahli tata kota, namun dua tahun silam Marco Kusuma Widjaja terpilih menjadi ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Pro dan kontra mengiringi terpilihnya putera Pangkal Pinang ini, bahkan dua orang anggota DKJ memilih untuk mengundurkan diri.

Perdebatan berlarut-larut mengenai dirinya tak membuat Marco berkecil hati. Rumor yang mengatakan bahwa ia titipan dari komunitas tertentu dijawab dengan senyum dan lapang dada. "Yang penting bukan dari mana saya berasal, tetapi ke mana saya melangkah," katanya meyakinkan. Berikut petikan obrolan Marco dengan Jurnal Nasional di ruang kerjanya beberapa waktu lalu.

1. Selama dua tahun duduk sebagai Ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), apa target yang Anda inginkan sudah tercapai?

Saya tidak memiliki target. Target yang ingin dicapai merupakan target kolektif dari anggota DKJ yang berjumlah 23 orang, mereka bukan anak buah saya tetapi rekan sejawat. Mengenai target tersebut tentu saya akan menjawab masih banyak yang harus dilakukan.

Saya rasa kita memang tidak boleh cepat berpuas diri. Apalagi dengan kondisi negara yang sedang carut marut. Tetapi, saya cukup senang karena selama dua tahun ini kami sudah melakukan beberapa perubahan yang cukup signifikan.

2. Perubahan apa yang Anda maksud?

Kami menetapkan kode etik yang berlaku yakni para anggota DKJ tidak boleh memakai panggung dan fasilitas DKJ untuk memanggungkan karya seni. Kami hanya boleh terlibat sebagai steering committe tidak boleh menjadi panitia pelaksana karena kita adalah tuan rumah, sebaliknya seharusnya kita harus mengundang seniman lain untuk terlibat.

Memilih untuk "menyewa" profesional untuk menangani semua proyek. Misalnya saja Kencan Tari ada empat program officer, setiap kegiatan kami akan merekrut proyek officer yang bekerja hanya untuk proyek itu. Sehingga, staf kami berfungsi sebagai penghubung. Ini berat juga bagi kawan-kawan anggota karena mereka tidak dibayar sebagai panitia.

3. Hal apa yang belum terselesaikan?

Yang belum selesai adalah memisahkan antara dewan dan manajemen. Ketua dewan tidak seharusnya mengurusi masalah tetek bengek sehari-hari. Tentu maksudnya bukan untuk mendewakan anggota DKJ, tetapi supaya tencipta jarak sehingga ada self-critic dan evaluasi.

Ujungnya sebetulnya membangun manajemen organisasi DKJ yang modern. Organisasi yang menggunakan uang rakyat secara terbuka dan dikelola secara benar dengan harapan di masa datang DKJ juga didukung oleh banyak orang.

Hal itu pernah dicoba pada jaman Ramadhan KH. Ia merupakan mantan anggota DKJ yang duduk sebagai direktur eksekutif serta menjalankan tugas sehari-hari. Sistem manajemen seperti itu yang ingin kami laksanakan.

Hal lain yang harus dilakukan adalah perubahan sumber dana DKJ dari APBD menjadi dana endowment atau hibah. APBD itu berarti tiap tahun harus mengajukan dan kami harus dag dig dug, sementara kalau dana endowment, berarti sudah dianggarkan tiap tahun sehingga bisa terjamin.

Rencana tersebut belum terselesaikan karena memerlukan konsensus banyak pihak. Kesadaran hidup di negara dunia ketiga, di mana kesenian harus "bersaing" dengan banyak bidang membuat rencana ini terhambat. Kami juga sadar diri kalau pemerintah harus mengutamakan bidang kesehatan dan pendidikan. Untuk itu kita harus lebih menggalang dana masyarakat yang bisa kita gali dari para pecinta seni. Sementara kalau hanya mengandalkan APBD yang notabene dana bersama berarti kita harus mau berbagi dengan bidang-bidang lain.

4. Apa sebenarnya fungsi DKJ bagi dunia kesenian Tanah Air?

Pada awal kemunculannya, TIM merupakan satu-satunya pusat kebudayaan di Indonesia. Seiring berjalannya waktu bermunculan pusat-pusat kebudayaan, sehingga DKJ sebagai salah satu elemen TIM harus berbagi peran dengan pusat kebudayaan tersebut. Untuk itu DKJ memilih untuk menjalankan fungsi yang tidak dilakukan pusat kebudayaan lain misalnya saja pembibitan seniman-seniman muda. Pembibitan itu kami lakukan melalui beberapa cara misalnya menyelenggarakan Sayembara Novel DKJ.

Mungkin hadiah yang dijanjikan tidak sebesar sayembara serupa seperti Khatulistiwa Literary Award. Tetapi sayembara lain kan hanya mau mengakomodasi para penulis yang sudah jadi, sementara DKJ melakukan investasi pada tingkat yang paling hulu. Terbukti sayembara DKJ telah melahirkan banyak penulis hebat seperti Ayu Utami. Memang tidak semua pemenang sayembara novel DKJ sefenomenal Ayu, namun setidaknya dengan memenangkan sayembara tersebut mereka jadi memiliki akses untuk menerbitkan karya-karyanya.

Dari ruang tari kami juga mengadakan Kencan Tari. Di mana kami mengundang selusin penari muda dari seluruh Indonesia, lalu dipertemukan dengan kritikus utama untuk menjadi fasilitator. Nanti para penari itu akan mempresentasikan konsep yang mereka miliki dan diskusikan bersama sebelas rekan serta fasilitator.

DKJ juga mencoba membangun ruang yang mempertemukan seniman dengan publik. Misalnya lewat Lampion Sastra atau pameran seni rupa Bienale yang akan dilaksanakan pada waktu dekat ini.

Kami juga memberikan ruang apresiasi bagi masyarakat untuk lebih akrab dengan kesenian. DKJ bekerja sama dengan LPPM untuk memberikan semacam kuliah pendek tentang seni kepada mahasiswa S2 manajemen. Selain itu DKJ juga menciptakan ruang pembangunan kelembagaan. DKJ membangun hubungan kerja yang lebih baik dengan lembaga-lembaga yang lain dan memperbaiki manajemen kami sendiri.

5. Bagaimana tanggapan Anda mengenai komentar miring bahwa DKJ sering membatalkan acara secara sepihak secara mendadak?

Komentar itu benar. Tetapi, tentu ada alasan mengapa kami terpaksa membatalkan acara, anggaran yang kacau menjadi biang keladinya. Untuk tahun ini saja kami baru mendapat kepastian jumlah anggaran bulan September. Nah, sebelum mendapatkan kepastian anggaran, kami terpaksa berspekulasi dalam merancang program. Mengurangi biaya operasional tentu tidak mungkin dilakukan, terpaksa kami melakukan penyesuaian anggaran kegiatan. Oleh karena itu, banyak kegiatan yang harus batal atau tertunda.

Karena anggaran yang belum jelas, selama tujuh bulan anggota kami tidak menerima gaji. Bahkan, kami terpaksa menggunakan uang pribadi untuk membayar gaji karyawan. Sebenarnya kami tidak keberatan jika dana diturunkan belakangan, asalkan ada kepastian jumlah.

6. Apa yang membuat Anda tertarik menjadi anggota DKJ?

Awalnya saya sama sekali tidak tertarik, seorang kawanlah yang merekomendasikan nama saya. Saya yang ketika itu masih bekerja di Aceh berpikir apa salahnya, toh cuma jadi anggota. Kemudian tak berapa lama teman saya itu menelepon lagi dan mengatakan, setiap anggota harus mau dipilih menjadi ketua. Saya pikir-pikir lagi, toh saya belum tentu terpilih jadi ketua.

Saya berpikir siapa tahu ilmu yang saya miliki dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia seni Tanah Air. Saya memiliki "sedikit" pengetahuan mengenai arsitektur, seperti yang kita ketahui pada jaman Renaissance disebut mother of art, sebab semua bidang seni itu menempel atau mengambil tempat di dalam arsitektur.

Mengenai latar belakang saya yang bukan seniman, saya rasa itu bukan masalah. Menjadi anggota DKJ bukan berarti harus seniman kan? Saya rasa kita harus memahami secara luas apa itu seni dan seniman.

7. Bagaimana dengan pro dan kontra seputar terpilihnya Anda sebagai Ketua?

Saya rasa pro dan kontra merupakan sesuatu yang wajar. Hal tersebut merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sebuah proses demokrasi. Saya sangat menghargai pihak-pihak yang tidak setuju. Mungkin saya bukan sosok seniman besar seperti yang mereka harapkan. Itu sah-sah saja. Tetapi, sebagai pemangku amanat saya akan tetap menjalankan tanggung jawab yang telah dibebankan kepada saya.

Bagi saya kepercayaan merupakan sebuah modal penting untuk berbuat sesuatu. Lagi pula, kepemimpinan DKJ bersifat kolektif, di mana satu sama lain duduk sejajar. Sebagai Ketua saya hanya merangkum ke-25 energi dari masing-masing orang yang diarahkan mencapai tujuan bersama dan memastikan kalau energi yang tersalurkan ini berjalan dengan baik.

8. Tanggapan Anda mengenai kabar bahwa Anda merupakan "titipan" dari komunitas tertentu?

Saya adalah orang yang memegang prinsip, bukan dari mana saya berasal melainkan ke mana saya akan melangkah. Saya rasa tidak penting apakah seseorang itu titipan atau bukan, yang harus diperhatikan adalah apakah titipan itu disaring atau tidak.

Pemilihan anggota DKJ kali ini merupakan pemilihan yang paling demokratis, karena prosesnya terbuka dan diumumkan di dua koran nasional. Sejumlah 800 orang yang mendaftar dan didaftarkan disaring oleh tim yang diketuai Putu Wijaya. Dari 800 orang itu dipilih 30 orang yang kemudian diseleksi kembali oleh anggota Akademi Jakarta seperti Goenawan Mohammad, Rendra, Ajip Rosidi, NH Dini, Rosihan Anwar. Saya rasa seleksi dua tahap tersebut seharusnya dapat membuat semua pihak berbesar hati terhadap komposisi yang terpilih.

Saya rasa tidak masalah bila seseorang dekat dengan komunitas tertentu. Yang menjadi masalah adalah apabila dalam menjalankan tugasnya ia berat sebelah. Nah, untuk hal ini kami menerima untuk diawasi serta dikritik.

9. Seandainya Anda dicalonkan kembali apakah Anda sanggup?

Saya tidak percaya untuk menciptakan sesuatu yang baik harus diperpanjang hingga (periode) dua kali. Memang untuk memulai sesuatu yang baru selalu ada risiko buruk, tetapi bisa juga menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Apalagi dalam dunia kesenian yang mengalami perubahan dalam waktu cepat dibutuhkan orang-orang dengan pemikiran segar.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita