25/11/08

Tulah

Ratih Kumala
http://jawabali.com/

Darah Domba di Pintu Budak.

Masuk, Joshua. Jangan kau tonton kematian itu. Biarkan malaikat maut tunaikan tugasnya. Itu sudah menjadi titah embannya. Menyedihkan bukan? Andai terkaruniai akal, tentu malaikat maut akan menangisi nasibnya. Beremban tugas yang paling tidak menyenangkan di dunia: mencabut nyawa. Ah, tentu dia akan berpikir sama dengan kita, bahwa dunia ini tak adil dan keadilan harus diperjuangkan. Seperti kita. Dan seperti aku, mungkin dia akan jadi pemberontak. Setidaknya mempertanyakan ulang cara kerja segala sistem aturan. Seperti kita.

Ayo, lekas tutup pintu, Joshua. Biarkan kematian lewat dan kita dengarkan jeritan-jeritan para ibu demi malam yang dikutuk ini, sekaligus malam pembebasan bagi kita sebab anak laki-laki sulung mereka akan mati. Mulai dari anak sulung domba, sapi milik mereka, para pengikut hingga anak sulung Firaun. Lalu mereka akan melihat kebenaran yang sudah lama kugembar-gemborkan namun tak hendak didengarkan.

Bithiah sudah datang pula. Ia kini menjadi salah satu dari kita. Ramses tak sudi lagi melihat wajahnya karena lebih dari tiga puluh tahun lalu perempuan itu berbohong pada Raja Mesir, memungutku dari sungai dan menenggelamkan kotak anyaman jerami yang mengapungkanku ke dalamnya padahal perca tua yang membungkusku adalah kain budak. Dan aku tak hendak melepaskannya sebagai jubahku kini. Sekarang dan nanti. Kau sudah mengoleskan darah domba itu di pintu-pintu kediaman budak, Joshua? Telah Tuhan titahkan padaku, dan kuwartakan padamu untuk mencelupkan seikat hisop dalam darah yang ada pada sebuah pasu. Darah dari anak domba saat Paskah. Darah itu harus kamu sapukan pada ambang atas dan pada kedua tiang pintu; seorang pun dari kamu tidak boleh keluar pintu rumahnya sampai pagi.

Aku tahu, kau pasti tak kan melewatkan satu pintu budak pun. Kau juga telah memberi tahu para orang tua keturunan budak untuk mengoleskan darah domba, bukan? Kau pasti telah memagari rumah-rumah budak dari kedatangan malaikat maut. Ini akan jadi malam yang sibuk bagi malaikat maut. Apabila ia melihat darah pada ambang pintumu, maka akan dilewati pintu itu. Pemusnah tak akan masuk ke dalam pintumu dan menulahi.

Kita harus menunggu dengan cemas sambil mencicip makan malam ini. Mencoba berpura-pura menikmati daging dan roti tak berragi, padahal malam ini tak lain adalah cekam. Tuhan tengah merayakan Paskah bagi dirinya sendiri malam ini. Lihat, kita bahkan berbondong-bondong menghadiri pesta-Nya, dengan pinggang berikat, kasut di kaki serta tongkat di tangan. Habiskan danging ini malam ini juga, yang dibakar dan dihidang dengan sayur pahit.

Tak kita rebus pula sayur ini. Dan jika pagi tiba namun sajian masih bersisa, haruslah kita tak meninggalkan apa-apa dari daging ini. Maka kita bakar dengan api hingga habis. Dengar, jeritan para perempuan lamat-lamat melengking mendapati anak laki-lakinya tiba-tiba terkulai tanpa nyawa. Malaikat maut menyisakan hanya raga nan alpa.

Ingatlah, Joshua! Malam ini seluruh raya akan mencatat hingga tak terhingga waktunya. Bahwa Firaun sendirilah yang telah menjatuhkan kutuk untuk pengikutnya. Duhai, Tuhan tak jua kunjung membuka hatinya. Lihatlah, ia akan mati dalam kesia-siaan. Dia tak lain adalah makhluk alpa. Tak berhenti ia mengaku bahwa dirinya adalah Ia. Padahal tak lain dirinya adalah sama dengan kita. Hayati. Dan tak ada hayati yang cukup tinggi untuk mengaku bahwa dirinya adalah jauh di atas orang lain apalagi sebagai penentu sebuah kematian. Tak ada.

Dan, kau lihat Joshua, apa yang terjadi kini? Kesombongan telah membawa seluruh putra sulung pengikutnya menjadi tak lebih dari mayat. Kita akan memegang ini sebagai ketetapan sampai selama-lamanya bagi kita dan bagi anak-anak kita.

Ketika Firaun terpuruk dalam kesendirian dan kesedihan kehilangan putra mahkotanya, saat itulah kita semua pergi. Para perempuan berjalan mendekap adonan-adonan, yang tak sempat diragi. Itulah bekal kita menuju negeri bernama Kanaan.

Di perjalanan para perempuan membakar adonan-adonan itu menjadi roti bundar. Roti yang keras, namun Tuhan menjadikan roti-roti tak beragi itu suci. Pun menjanjikan pada kita tiba di suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madu. Aku sendiri bertanya-tanya; apakah itu untuk menghibur lelah perjalanan kita, atau memang Ia sudah berrencana.

Kuberitahu sesuatu, Joshua. Kita takkan melewati Filistin, meski jalan itu yang paling dekat, melainkan berputar melalui jalan di padang gurun menuju Laut Teberau. Percayalah, Tuhan berjalan bersama kita; siang hari dalam tiang awan untuk menuntun perjalanan dan malam hari dalam tiang api untuk menerangi pandangan kita.

Aku, Laut Belah.
Namanya Miryam. Aku mengenalnya saat ia mengambil rebana dan semua perempuan mengikutinya memukul rebana serta menari-nari. Mereka bernyanyi, sebuah lagu panjang yang syairnya tak putus seperti lingkar. Ombakku bernyanyi di kunci F, saat Miryam dan para perempuan itu bernyanyi di kunci G. Aku ikut girang hingga tubuhku penuh gelombang. Orang-orang menyebutku Teberau. Tapi aku memanggil diriku sendiri Si Laut Belah. Kuceritakan padamu, kenapa aku memberi julukan itu pada diriku sendiri. Masih segar dalam ingatanku, hari itulah aku mengenal Miryam, perempuan yang mendekap buntalan berisi roti tak berragi dan selingkar rebana.

Ketika itu hari tenang. Tak ada Badai, temanku yang kadang berkunjung. Langitpun cerah, yang ada hanya langit terang kehijauan, saat sekelompak orang berbondong-bondong eksodus. Wajah mereka kebingungan dan salah satu dari mereka berteriak dengan marah, "Apakah kamu akan menjadikan lelaut ini sebagai kubur kami, Musa?"

"Musa, bagaimana kita akan melewati laut? Sementara Firaun menyusul kita?" bisik perempuan cantik dengan mata kehijauan. Wajahnya ketakutan. Lelaki yang dipanggil Musa itu berbisik pada perempuan bermata kehijauan, "Jangan takut Miryam,"

Ooo, Miryam nama perempuan itu. Lalu Musa berteriak, "Tuhan akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja."

Saat itulah aku mendengar gemuruh yang lain, berbondong-bondong dengan kuda-kuda gagah dan kereta-kereta perang indah menyusul kelompok eksodus yang berada di bibirku. Lantas, ehm, sebelumnya aku akan memperingatimu, bahwa cerita yang akan kukatakan berikut mungkin tak bisa kau percaya. Tetapi aku bersumpah atas nama seluruh ikan di yang hidup dalam tubuhku, bahwa aku berkata jujur. Sampai di mana aku tadi cerita? Oya. Lantas, lelaki yang disebut Musa itu mengangkat tongkatnya dan menepuk tongkat itu keras-keras ke tubuhku.

(Sungguh, aku kerap dilempari batu-batu oleh anak-anak yang piknik di bibir pantaiku, kerap pula digilas kapal-kapal yang begitu besar, hingga disambangi temanku Badai yang kurangajar berputar-putar, tapi tak pernah kurasakan tubuhku sesakit kali itu).

Kali ketika Musa memukul tongkatnya ke tubuhku, Aku bergidik, ngeri. Kupandangi wajahnya, ada pancaran kharisma yang tak pernah kulihat sebelumnya pada orang-orang yang pernah mengunjungiku. Lalu kuputuskan untuk memberinya ruang untuk berjalan. Ia dan Miryam, dan orang-orang rombongannya.

Itu adalah kali pertama aku memberi jalan bagi orang. Dan kukatakan padamu, jika kau mau coba-coba mengacungkan sebilah tongkat lalu memukulkannya ke tubuhku, takkan aku beri jalan. Lagipula, jika terus kuberi jalan, apa guna kapal-kapal yang berlayar di tubuhku? Kecuali jika kau bisa memukul tongkat itu sekeras Musa memukulnya padaku waktu itu.

Ketika rombongan eksodus itu telah sampai di seberang, Musa kembali memukul tongkatnya dengan keras. Aku kembali gentar, pukulan itu seperti hipnotis buatku. Seakan aku diperintah untuk menutup ruang jalan yang tadi kubuka, kupenuhi kembali dengan air. Tak peduli sekelompok pasukan berkuda gagah masih di tengah-tengah tubuhku. Kulahap mereka hingga ke pecut-pecutnya.

Jika kau tak percaya, selami aku dan carilah bangkai kuda-kuda, juga orang-orang, yang masih menyatu dengan kereta-kereta tempur yang mahal. Itu adalah harta karun yang tak hanya dicarai para bajak laut, tetapi juga para arkeolog dan sejarawan!

Tepat ketika aku menutup tubuhku itulah, kelompok eksodus yang sudah berada di seberang bersorak-sorai. Dan perempuan itu, Miryam, mengambil rebana lalu menyanyikan sebuah lagu panjang yang syairnya tak putus seperti lingkar. Ombakku bernyanyi di kunci F, saat Miryam dan para perempuan itu bernyanyi di kunci G. Matanya, aku tak akan lupa, warnanya cerah kehijauan seperti langit hari itu.

Sumber: Republika Online

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Anzib A. Junianto A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.D. Zubairi A.S. Laksana Abang Eddy Adriansyah Abdi Purmono Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W. M. Abdul Kirno Tanda Abdul Wachid B.S. Abdurahman Wahid Abidah el Khalieqy Abiyyu Abu Salman Acep Zamzam Noor Achiar M Permana Ade Ridwan Yandwiputra Adhika Prasetya Adi Marsiela Adi Prasetyo Adreas Anggit W. Adrian Ramdani Afrizal Malna Afthonul Afif Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus B. Harianto Agus Buchori Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Agus Utantoro Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Nurhasim Ahmad Sahidah Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajie Najmudin Ajip Rosidi Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Saefudin Akhmad Sekhu Akhmad Taufiq Akhudiat Alan Woods Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Alhafiz K Ali Shari'ati Alizar Tanjung Alvi Puspita Alwi Karmena Amarzan Loebis Amien Kamil Amien Wangsitalaja Amiruddin Al Rahab Amirullah Amril Taufiq Gobel Amy Spangler An. Ismanto Andrea Hirata Andy Riza Hidayat Anes Prabu Sadjarwo Anett Tapai Anindita S Thayf Anjrah Lelono Broto Anne Rufaidah Anton Kurnia Anton Suparyanto Anung Wendyartaka Anwar Holid Aprinus Salam Ari Dwijayanthi Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Aris Darmawan Aris Kurniawan Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran Arwan Tuti Artha AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asep Yayat Askolan Lubis Asrul Sani Asvi Marwan Adam Asvi Warman Adam Audifax Awalludin GD Mualif Awaludin Marwan Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Bambang Bujono Bambang Irawan Bambang Kempling Bambang Unjianto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Beni Setia Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshäuser Binhad Nurrohmat Bobby Gunawan Bonnie Triyana Bre Redana Brunel University London Budhi Setyawan Budi Darma Budi Hatees Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cepi Zaenal Arifin Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Cucuk Espe D Pujiyono D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damanhuri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Dantje S Moeis Darju Prasetya Darwin David Krisna Alka Dedy Tri Riyadi Deni Ahmad Fajar Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dian Hartati Dian Sukarno Dicky Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djenar Maesa Ayu Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Dodi Ambardi Dody Kristianto Donatus Nador Donny Anggoro Donny Syofyan Dorothea Rosa Herliany Dwi Arjanto Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Khoirotun Nisa’ Dwi Pranoto Dwicipta Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendri Saiful Eko Suprianto Emha Ainun Nadjib Endah Sulwesi Endi Haryono Endri Y Enung Sudrajat Erwin Erwin Dariyanto Erwin Setia Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evieta Fadjar F. Aziz Manna Fadjriah Nurdiarsih Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Farida-Suliadi Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Feby Indirani Felik K. Nesi Fenny Aprilia Festival Sastra Gresik Fikri MS Firdaus Muhammad Firman Nugraha Fuad Nawawi Galang Ari P. Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gregorio Lopez y’ Fuentes Gugun El-Guyanie Gunawan Budi Susanto Gunawan Maryanto Guntur Alam Gus tf Sakai Gusti Eka H Marjohan HA. Cholil Mudjirin Hadi Napster Halim HD Hamberan Syahbana Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Hanik Uswatun Khasanah Hans Pols Hardi Hamzah Haris del Hakim Haris Firdaus Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hawe Setiawan Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman RN Hermien Y. Kleden Herry Lamongan Heru Kurniawan Heru Nugroho Hudan Hidayat Hudan Nur Hudel Humaidiy AS Humam S Chudori I.B. Putera Manuaba Ibn Ghifarie Ibnu Rizal Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Idrus Ignas Kleden Ika Karlina Idris Ilham khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indra Intisa Indra Tranggono Indrian Koto Intan Indah Prathiwie Inung AS Iskandar Noe Iskandar P Nugraha Iwan Nurdaya-Djafar Iyut Fitra J.J. Rizal Jacques Derrida Jafar Fakhrurozi Jafar M Sidik Jafar M. Sidik Jaleswari Pramodhawardani Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jean Couteau Jean-Marie Gustave Le Clezio Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ Rizal JJ. Kusni Jodhi Yudono Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Jonathan Ziberg Joni Ariadinata Joni Lis Efendi Jual Buku Juli Jumari HS Junaidi Jusuf AN Kang Warsa Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasijanto Sastrodinomo Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Keith Foulcher Khansa Arifah Adila Khisna Pabichara Khrisna Pabichara Kirana Kejora Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristine McKenna Kritik Sastra Kukuh Yudha Karnanta Kurie Suditomo Kurniawan Yunianto Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto L. Ridwan Muljosudarmo Lan Fang Langgeng W Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Leo Kelana Leo Tolstoy Lia Anggia Nasution Linda Christanty Liza Wahyuninto LN Idayanie Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Abdullah Badri M Aditya M Anta Kusuma M Fadjroel Rachman M. Arman AZ M. Faizi M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S. M. Misbahuddin M. Mushthafa M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Makyun Subuki Maman S Mahayana Marcus Suprihadi Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Maroeli Simbolon S. Sn Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Mashuri Matroni Matroni El-Moezany Mawar Kusuma Max Lane Media: Crayon on Paper Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Misbahus Surur Miziansyah J. Moh. Samsul Arifin Mohammad Eri Irawan Muhammad Antakusuma Muhammad Firdaus Rahmatullah Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhammd Ali Fakih AR Muhidin M. Dahlan Mukhlis Al-Anshor Mulyo Sunyoto Munawir Aziz Murnierida Pram Musa Asy’arie Mustafa Ismail N. Syamsuddin CH. Haesy Nandang Darana Nara Ahirullah Naskah Teater Nazar Nurdin Nenden Lilis A Nezar Patria Nina Herlina Lubis Ning Elia Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Nobel Noor H. Dee Noval Jubbek Novelet Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nunik Triana Nur Faizah Nur Wahida Idris Nurcholish Madjid Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nuriel Imamah Nurman Hartono Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Obrolan Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Olivia Kristinasinaga Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Pandu Jakasurya Parak Seni Parakitri T. Simbolon PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Pembebasan Sastra Pramoedya Ananta Toer Pramoedya Ananta-Toer Pringadi Abdi Surya Pringadi AS Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Prosa Proses Kreatif Puisi PuJa Puji Santosa Puput Amiranti N PUstaka puJAngga Putu Wijaya Qaris Tajudin R.N. Bayu Aji Radhar Panca Dahana Rahmat Hidayat Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ranang Aji S.P. Ranggawarsita Ratih Kumala Ratna Sarumpaet Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Rengga AP Resensi Resistensi Kaum Pergerakan Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Risang Anom Pujayanto Riswan Hidayat Riyadi KS Rodli TL Rofiqi Hasan Rojil Nugroho Bayu Aji Rukardi S Sopian S Yoga S. Jai Sabrank Suparno Sahaya Santayana Sainul Hermawan Sajak Sakinah Annisa Mariz Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sari Oktafiana Sartika Dian Nuraini Sasti Gotama Sastra Sastra Liar Masa Awal Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Selo Soemardjan Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Sevgi Soysal Shinta Maharani Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Siswoyo Sita Planasari A Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitor Situmorang Slamet Hadi Purnomo Sobih Adnan Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sotyati Sri Wintala Achmad St. Sunardi Stefanus P. Elu Stevy Widia Sugi Lanus Sugilanus G. Hartha Suherman Sukardi Rinakit Sulaiman Djaya Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Surat Suripto SH Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susiyo Guntur Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi San Syafruddin Hasani Syahruddin El-Fikri Syaiful Amin Syifa Aulia Syu’bah Asa T Agus Khaidir Tasyriq Hifzhillah Tatang Pahat Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Presetyo Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tia Setiadi Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tony Herdianto Tosa Poetra Tri Purna Jaya Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Ulfatin Ch Umbu Landu Paranggi Umi Kulsum Universitas Indonesia Universitas Jember Urwatul Wustqo Usman Arrumy Utami Widowati UU Hamidy Veronika Ninik Vien Dimyati Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Heriyadi Wahyu Hidayat Wahyu Utomo Walid Syaikhun Wan Anwar Wandi Juhadi Warih Wisatsana Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Wayan Supartha Wendoko Wicaksono Adi William Bradley Horton Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Wong Wing King Y. Wibowo Yang Lian Yanuar Yachya Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yopie Setia Umbara Yos Rizal Suriaji Yoserizal Zein Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudhi Herwibowo Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusri Fajar Yuval Noah Harari Z. Afif Zacky Khairul Uman Zakki Amali Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae Zhou Fuyuan Zul Afrita